2 SO U || Fatal Trouble

44 4 24
                                    

⚠️
Mulai sekarang Shienna kita panggil Zenaya ya, yeorobun..
   

   

• TWO SIDE OF YOU •

— Sudah sejauh ini, apa yang harus dilakukan untuk mengakhiri kegilaan ini? ..

~ Happy Reading! ~

.
.
Hening, cukup lama ruangan luas hunian bernuansa putih itu bertahan tanpa instrumen apapun. Dua pribadi yang menjadi pengisi, saling mendiamkan tanpa konversasi —atau barangkali belum ada pembahasan yang lain.

Gemericik air yang tertuang pada gelas, pada akhirnya menjadi suara pertama usai situasi diselimuti tenang. Lalu sang empu menyesap cairan beralkohol itu perlahan, selaras atensi bergulir —menatap pribadi yang lain di hadapan, sedang berkutat dengan handphone di tangan.

"Jico."

Atensi tertarik naik, Jico serta-merta menyelesaikan perkutatannya —sebab memang tidak ada kepentingan serius. Lalu meletakkan benda elektronik itu dengan sedikit lemparan, pada sofa sisi tubuh.

Tatapan penuh tanya yang tersorot, sudah cukup menjadi perintah agar maksud panggilan diperjelas. "Ini sudah cukup lama. Kenapa kau lambat sekali merencanakan serangan terhadap Black Death?"

Benar. Sudah satu bulan berlalu sejak kembalinya Zenaya —atas kehendaknya sendiri. Dan Jico belum mengambil tindakan apapun lagi perihal Jo, terlebih Black Death.

Jico hanya benar-benar fokus pada kebersamaannya dengan Zenaya. Gadis itu kembali dengan pribadi yang jauh lebih lekat —daripada sebelum dia kehilangan ingatannya. Dan jelas, Jico tidak akan melewatkan perhatian sebesar dan sepenuh itu dari Zenaya. Jangan lupakan, itu menjadi yang paling Jico dambakan sejak kecil.

Cinta dan kasih sayang Zenaya yang tertuju sepenuhnya hanya padanya. Jico sungguh mendapatkannya sekarang.

Tapi, bukan pula Jico melupakan tujuannya terhadap Jo dan Black Death.

"Tidakkah kau ingin segera menyelesaikan ini?" ..menyelesaikan hidup Jo dan teman-temannya, barangkali begitu jelasnya.

Jico terkekeh, licik berdalih merasa pertanyaan itu lucu. "Tidakkah kau lihat? Bahkan Jo sedang sekarat sekarang." Sekarat dalam artian lain, dan semudah maksud difahami sang lawan bicara.

"Jadi kau sengaja? Ingin membunuhnya secara perlahan?"

"Tidak menyenangkan jika langsung membunuhnya." Jico meraih gelas berisi americano di meja hadapan, menyesapnya sedikit guna membasahi tenggorokan. "Biarkan dulu seperti ini, menyiksanya secara tidak langsung ..ini menyenangkan. Kau sendiri tahu, sekarang hidup Jo sudah kacau. Dan sebentar lagi dia akan mati ..dengan sendirinya, atau oleh dunia-nya."

Lelaki itu terangguk-angguk, teramat memahami meski kalimat terakhir Jico tidak cukup deduktif. "Omong-omong tentang gadis itu —"

Terhenti hanya sampai disana, sebab panjang umur ..seseorang yang dimaksud memunculkan eksistensi, dari arah lantai atas.

Zenaya —menuruni anak tangga kala atensi bertumbuk dengan Jico, lalu bergulir bersitatap dengan pribadi yang lain —Zenaya tidak tahu namanya sebab tidak cukup peduli, yang ia tahu hanyalah lelaki itu rekan mafia Jico. Keduanya sudah beberapa kali bertemu, selama sebulan Zenaya berada di rumah Jico.

Maka Zenaya hanya tersenyum sebagai bentuk sapaan —pun berbalas hal serupa. Kontak mata terputus sepihak, intens bagaimana perguliran sepasang netra hitam itu mengikuti gerak Zenaya —menuju dapur. Sebuah perhatian tak biasa hingga seulas senyum mencurigakan muncul, tetapi Jico segera menangkap maksud tatapan itu.

Two Side Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang