22. Sekolah

4.6K 538 16
                                    

Vote dong biar aku seneng
.
Typo tolong tandai
.
~o0o~

Setelah persiapan yang sangat berlebihan, akhirnya Samuel akan berangkat ke sekolah barunya. Saat ini  ia sedang menatap datar perdebatan antara keluarganya.

"Mas, kamu pergi ke kantor aja, biar aku yang antar Samuel ke sekolahnya. Nanti kamu terlambat loh." Monica berucap dengan tangan yang membelai manja rahang sang suami.

Namun, Gilbert tidak mau kalah, dia melingkarkan lengannya di pinggang ramping sang istri. "Kamu tenang aja, aku gak akan terlambat. Kalaupun aku terlambat, tidak akan ada yang memarahi ku di kantor, karena aku bos nya." Ucap Gilbert dengan senyuman tampannya.

Sedari tadi Samuel hanya bisa mempertahankan saja, dia tidak diberi kesempatan untuk berbicara. Bahkan Louisa sedari tadi diam di belakang Rain.

"Begini saja, biar Rain yang mengantarkan El sekolah. Kalian bermesraan saja di rumah, tidak usah kerja, bagaimana?" Usul Rain yang tidak mau kalah dari kedua orang tuanya.

"Eii~, tidak bisa Rain, kita harus ke kampus sekarang juga." Louisa menarik tas punggung Rain dan membawa pemuda yang sedang cemberut itu ke mobil.

Kepergian Rain tidak membuat perdebatan suami istri itu terhenti, bahkan mereka seperti akan saling merekam.

"Aku iri dengan Lio." Gumam Samuel.

'Andai saja T-rex berada di sini, pasti dia bisa menghentikan mereka. Tapi, dia berada di luar kota.'

Dia sangat berharap ada seseorang yang bisa menghentikan mereka berdua. Atau setidaknya, buat mereka untuk mengantarkannya, sungguh dia pasti akan terlambat di hari pertamanya.

"Dad? Mom?" Wah, suara dari seseorang yang menjadi pahlawannya di setiap perdebatan.

Bukan hanya Samuel, Gilbert dan Monica juga menghentikan perdebatan mereka karena kedatangan putra sulung mereka.

"Ada apa Arthur?" Tanya Monica.

"Ini sudah pukul 7 pagi, apakah kalian tidak berpikir bahwa Samuel akan terlambat?" Pertanyaan si sulung membuat mereka mulai sadar.

Gilbert dan Monica menatap kearah Samuel yang terlihat sudah sangat bosan. Karena merasa bersalah, pasutri itu menghampiri si bungsu dan meminta maaf.

"El, maafin Daddy dan mommy ya, maaf membuat mu menunggu." Permintaan maaf itu, membuat Samuel luluh, dia sangat tidak bisa jika seperti ini.

"El memaafkan. Ayo antar El ke sekolah." Samuel menggandeng kedua orang tuanya. Dia ingin egois saat ini. Bolehkan?

"El ingin Daddy dan mommy mengantar El, boleh?" Pinta Samuel dengan senyuman manisnya.

Gilbert dan Monica terkejut melihat senyuman manis dari Samuel. Ini adalah pertama kalinya bagi mereka.

Mereka ikut tersenyum saat melihat binar di mata yang selama ini redup. Gilbert dan Monica mengelus lembut rambut Samuel. "Kami akan mengantarkan bungsu kami." Ucap mereka.

Momen yang sangat mengharukan dihari pertama bersekolah. Dulu, Samuel tidak mendapatkan hal semacam ini.

"Hei, jika tidak bergegas, kalian akan terlambat." Yah, ucapan Arthur merusak momen hari itu. Akan tetapi, mereka bergerak untuk mengantarkan Samuel sekolah.

Arthur tersenyum melihat Daddy dan mommy nya yang bersikap adil. Dulu saat Arthur dan Rain pertama kali masuk SD keduanya di antar oleh Daddy dan mommy.

"Sekarang giliran mu adik. Kau harus bahagia bersama kami." Ia tersenyum tipis melihat binar di mata Samuel.

Samuel melambaikan tangannya pada Arthur, dan hal itu membuat Arthur menjadi gemas. Ingin rasanya ia menggigit pipi gembil Samuel.

Takdir Ku Berubah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang