11. Air mata Rain

7.8K 667 24
                                    

Tolong vote ya
.
.
Typo tolong tandai
.
.
~o0o~

Perpisahan yang menyakitkan adalah berpisah karena kematian, sekuat apapun kamu merindukannya ia tidak akan pernah kembali.

~Samuel~

~o0o~

"Rain, hey, kau harus tenang." Ucapan sang Daddy tidak membuahkan hasil.

Air mata Rain mengalir deras, bersama kesedihan yang menyesakkan. "Bagaimana aku bisa tenang dad, di saat kekasih ku meninggalkan ku untuk selamanya."

Suhaila Aurora, kekasih Rain, telah tiada, dan itu yang mereka lihat di papan bunga tadi.

"TURUT BERDUKACITA, ATAS KEPERGIAN SUHAILA AURORA."

Dan Rain masih belum percaya akan hal itu. Mengapa kekasihnya pergi di saat Rain sudah sangat berharap akan membahagiakan gadis cantik itu.

Seluruh tamu, melihat kearah Rain dengan tatapan sendu. Kehilangan seseorang yang di cintai sangatlah menyakitkan. Dan mereka tahu itu.

"Paman, dimana Suha?"

Indra, ayah dari Suhaila menuntun mereka kearah peti sang anak. Di sana terlihat kakak laki-laki Suha yang masih menangis.

Dengan langkah yang lambat, rain berjalan menuju peti tempat sang kekasih berbaring. Ia melihat wajah pucat sang kekasih. Mengapa harus sekarang?

Air mata Rain kembali mengalir. Dia sangat terpukul dengan apa yang terjadi saat ini. Rain berharap semua ini adalah mimpi. Namun, setelah melakukan apapun untuk menyakinkan dirinya. Dia tetap tidak bisa mengelak bahwa ini nyata.

Tangan Rain mengelus lembut pipi dingin sang kekasih. "Sayang, mengapa kamu tidur disini? Mengapa begitu cepat?"

Rain mengangkat piala yang ia bawa. "Lihatlah, kamu dapat juara umum, apakah kamu tidak bahagia? Mengapa kamu tidur di sini? Tolong jangan tinggalkan aku."

Tangisan rain yang begitu menyayat hati, membuat Gilbert dan Monica, mencoba untuk menenangkannya.

"Mengapa kamu pergi? Mengapa meninggalkan ku?!" Sedih, sakit, hancur. Itulah yang dirasakan oleh rain saat ini. 6 tahun mereka bersama, namun mengapa secepat ini sang kekasih pergi?

Monica mencoba untuk memberikan kata-kata penenang untuk sang anak. "Ikhlaskan kepergian Suha boy, Tuhan lebih menyayanginya."

"Tuhan menyayanginya?" Bukannya tenang rain semakin histeris di pelukan kedua orangtuanya.

"AKU TAHU TUHAN MENYAYANGINYA, NAMUN AKU MENCINTAI SUHA! TIDAK BISAKAH TUHAN MEMBERIKAN WAKTU LEBIH LAMA UNTUK AKU MEMBERIKAN CINTA PADA SUHA!"

"AKU JUGA MENYAYANGI NYA TUHAN! AKU MENCINTAINYA! NAMUN MENGAPA KAU LEBIH DULU MENDAPATKAN NYA?! MENGAPA?!"

Monica tidak tega melihat putranya menangis seperti ini. Pelukan hangat ia berikan, untuk memberi ketenangan bagi putranya. "Mengapa? Mengapa Tuhan mengambilnya mom?.... Aku ingin lebih lama bersama Suha....."

Tangisan yang sangat menyakitkan itu, membuat semua orang yang berada di sana tidak bisa menahan air mata mereka.

Samuel hanya terdiam, dia tidak memiliki emosi untuk saat ini. Dan dia juga sudah mengetahui hal semacam ini akan terjadi. Satu hal yang membuatnya terdiam, sejak di kehidupan pertamanya, dia akan mendengar tangis pilu keluarga dari pasien yang sudah menyerah.

Dan pasti ada tangisan yang ia dengar setiap harinya. Dan itu memilukan.

Namun, satu hal yang menggangu pikirannya. Di bertanya-tanya, apakah saat dia mati waktu itu, keluarganya menangisinya seperti ini?

Takdir Ku Berubah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang