26. Ngambek

3.5K 496 27
                                    

Typo tolong tandai
.
Vote dong biar aku seneng
.
.
.
.
.





"Kubilang aku ingin selimut ku." Ucap Samuel lirih.

Lino hanya bisa tersenyum pasrah, dia belum terbiasa dengan sifat baru sahabatnya ini.

"Kita menunggu Arthur terlebih dahulu. Sepertinya   10 menit lagi dia akan selesai meeting." Ucapan Lino di jawab anggukan oleh Samuel.

Senyuman Lino tidak kunjung luntur. "Hey, apakah kau ingin ku peluk seperti ini? Sampai Arthur datang?" Tanya Lino dengan nada bercanda.

Samuel tak memperdulikan ejekan itu, dia sudah merasa nyaman di pelukan sahabatnya ini.

Lino tersenyum tipis melihat Samuel yang tak merasa risih ketika di peluk seperti saat ini. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada Samuel, agar anak itu tenang kembali.

10 menit berlalu, namun Arthur belum juga kembali. Hal itu membuat Lino frustasi, apalagi saat Samuel tak ingin di peluk lagi. Samuel sepertinya marah karena sang kakak yang tidak tepat waktu menyelesaikan pekerjaannya.

"Ayolah Arthur, di mana kamu?" Lino sudah mencoba untuk membujuk Samuel, namun anak itu tidak ingin di dekati sama sekali.

"Aku ingin cepat pulang." Gumam Samuel.

Dengan terpaksa Lino harus memanggil Arthur. Karena, pria itu meninggalkan ponselnya di meja kerjanya.

Lino berjalan menuju pintu dan memutar kenop pintu itu. Namun, baru saja akan membuka pintu, Arthur sudah tiba dengan raut wajah santai nya.

"Eh, ada apa?" Tanya Arthur.

Ah, akhirnya pria ini kembali. Lino akhirnya bisa bernafas lega. "Cepat pulang, adikmu, sudah kesal sedari tadi." Ucap Lino.

Mendengar itu, tentu saja Arthur menjadi bingung. Samuel? Adik bungsunya yang sangat datar itu? Dia ngambek? Bagaimana bisa?

Dengan rasa penasaran penuh, Arthur mendekat pada si bungsu. "Adik, kenapa kesal?" Tanya Arthur.

"Aku ingin pulang. Aku ingin selimut." Ucapan Samuel membuat Arthur mengerti. Adiknya ini, tidak bisa sehari saja tanpa selimutnya itu.

"Baiklah kita pulang." Senyuman dari Arthur membuat Samuel akhirnya mau bergerak dari tempatnya.

Beruntung pekerjaan Arthur dan Lino telah selesai sore ini, maka dari itu mereka bisa pulang lebih cepat dari biasanya.

Di perjalanan pulang, Samuel masih saja diam. Seakan-akan remaja itu memang sedang kesal. Yah, setidaknya tidak seperti beberapa menit yang lalu.

Arthur dan Lino tidak membuka percakapan sama sekali. Mereka tahu, jika Samuel tidak akan merespon mereka, walaupun mereka membuat keributan. Jadi, biarkan remaja itu tenang terlebih dahulu.

Hingga akhirnya mereka sampai di pekarangan mansion. Samuel langsung turun dari mobil dan berlari kecil menuju mansion.

Brak!

Pintu besar itu di dobrak dengan tubuh kecil Samuel. Bayangkan saja seberapa kuat tenaga remaja itu.

"Mommy! Mommy! El pulang!"

Pertama kali dalam sejarah, Samuel berteriak heboh di mansion Weiner. Arthur, Lino bahkan para pekerja di mansion, di buat tercengang dengan suara lantang Samuel.

"Dia berteriak?" Tanya Lino tak percaya.

"Ya, ini bukan mimpi." Ucap Arthur yang sama seperti Lino.

"Ada apa?" Monica panik saat mendengar bungsunya yang berteriak dengan heboh.

Takdir Ku Berubah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang