꧁ Part 02 ꧂

124 9 2
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Sore itu di sebuah rumah mewah bertingkat dua.

Claire membawa Airyn berkeliling di koridor. "Ada empat tombol alarm di lantai atas dan empat lagi di lantai bawah. Polisi akan segera datang saat alarm berbunyi. Kau juga dibekali ini." Ia menyerahkan sebuah tas.

Airyn menerimanya. "Ada apa di dalamnya?" tanyanya.

"Alat kejut listrik, obat bius, borgol, tali, dan yang lainnya," papar Claire.

Airyn mengangguk. "Aku mengerti."

"Orang-orang kepercayaanku mengisi dua rumah yang mengapit rumah ini. Rumah yang di seberang sana juga. Jika alarm dan peralatan dalam tas tak bisa digunakan, kau tinggal berteriak saja," ucap Claire.

"Baik, aku mengerti," sahut Airyn.

Claire menatap Airyn. "Mau bagaimana pun juga, aku harap dia tidak muncul."

Airyn mengangguk. "Aku juga berharap begitu."

Kedua wanita itu pun keluar dari rumah dan melanjutkan berkeliling di halaman belakang.

"Apakah ini rumah yang sama yang ditempati oleh Zeus dan istri sebelumnya?" tanya Airyn.

"Bukan. Ini rumah yang berbeda. Tinggal di rumah yang sama hanya akan membangkitkan kenangan buruk bagi Zeusten," jelas Claire.

Airyn mendengarkan.

"Rumah Zeus dan jalang itu dalam kondisi berantakan karena pertengkaran dan perkelahian. Mana mungkin aku membiarkanmu menempati rumah seperti itu," imbuh Claire.

"Padahal bisa saja aku dan Zeus tinggal di rumahku," kata Airyn.

Claire menggeleng. "Rumahmu berada di tempat yang sepi. Keamanannya juga kurang maksimal. Di sini, aku yakin bisa mengurangi kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi. Aku sudah mengatur semuanya. Ini demi keselamatanmu dan demi nama baik keluarga Wilhelm."

Airyn tak merespon.

"Meski Zeusten adalah aib keluarga, tapi dia tetaplah adik bungsuku," gumam Claire.

Airyn melihat ketulusan seorang kakak di mata Claire.

"Oh ya, besok dia akan keluar dari rumah sakit. Setelah itu, kalian akan pergi ke gereja terdekat dan menikah di sana. Menurutmu, bagaimana dengan resepsinya?" papar Claire diakhiri dengan pertanyaan.

"Aku harap tak ada pesta apa pun. Setelah pulang dari kantor, aku akan datang ke gereja untuk melangsungkan pernikahan," jawab Airyn.

Claire tampak berpikir.

Airyn menatap Claire. "Apakah harus tetap ada pesta demi harga diri keluarga Wilhelm?" tanyanya.

Claire mengibaskan tangan. "Aku tidak berpikir begitu. Aku hanya berpikir jika ini tak adil untukmu. Kau menikahi pria yang pernah menikah, pria berbahaya, pernikahan dadakan, tak ada pesta sama sekali. Kau putri tunggal dari keluarga Jovnch. Kau memikul beban yang lebih berat dariku," ujarnya.

"Kau membahas itu lagi. Aku bosan mendengarnya," gerutu Airyn.

Claire terkekeh. "Baiklah, aku akan berhenti membahas itu. Bagaimana pun, kau akan menjadi adik iparku." Ia merangkul Airyn.

"Jangan harap aku akan memanggilmu kakak, Zeus juga tak memanggilmu kakak, kan?" celetuk Airyn.

"Kau dingin sekali, tapi tidak apa-apa. Dengan memanggil nama depanku secara langsung, aku merasa awet muda," tutur Claire.

Airyn tersenyum kecil.

Keesokan harinya di gereja.

Airyn masih memakai pakaian kantor, sementara Zeus memakai pakaian rumahan. Mereka berdua berdiri berhadapan di depan pastor. Hanya ada Claire dan beberapa orang saja yang menjadi saksi pernikahan mereka berdua.

Freesia RefractaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang