꧁ Part 17 ꧂

44 4 2
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Airyn mencengkeram bagian depan baju Xander. "Tidak! Kembalikan Zeus!"

Zeus menyeringai. "Dia akan selamanya terjebak di alam bawah sadar. Dengan kata lain, aku telah membunuhnya secara tidak langsung"

Airyn memukuli dada Xander sembari menangis. "Beraninya! Beraninya kau melakukan itu pada suamiku."

"Aku suamimu juga." Xander memeluk Airyn yang masih memukulinya. 

"Lepaskan aku!" teriak Airyn. 

Xander menyesap leher Airyn. "Aku tahu semuanya. Soal operasi dan janin itu," bisiknya. 

Airyn terdiam. "Bagaimana dia bisa tahu? Saat itu, aku menceritakannya pada Zeus, bukan Xander," batinnya. 

Xander menyelipkan tangannya ke selangkangan Airyn. "Kau ingin punya anak, kan? Itulah sebabnya kau mempertahankan rahimmu. Sekarang kau harus terangsang sebelum aku 'mengisimu' agar kau tidak kesakitan seperti waktu itu."

Airyn merapatkan pahanya. "Jangan sentuh!" teriaknya sembari menyingkirkan tangan Xander dari sana.

"Jika kau tidak bisa dirangsang, aku akan melakukannya dengan paksa lagi seperti waktu itu," ancam Xander.

Airyn berhenti melawan. Wanita itu kembali teringat dengan kejadian 11 tahun lalu, di mana Xander memperkosanya. Itu adalah awal dari penderitaan Airyn hingga ia pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

"Jadi, ayo lakukan dengan pelan," rayu Xander sembari menyentuh payudara Airyn yang terbungkus gaun tidur.

Airyn menahan tangan Xander. Dari wajahnya tersirat kalau wanita itu tak rela disentuh oleh Xander.

"Jadi, kau lebih suka bermain dengan cara yang kasar?" Xander menyeringai dingin.

Airyn terkulai pasrah dengan wajah menoleh ke samping. Buliran bening mengalir dari sudut matanya. Rasa sakit itu masih membayangi Airyn. Ia tahu Xander akan tetap berbuat kasar jika Airyn terus menolak.

Airyn menggigit bagian bawah bibirnya. "Lakukan dengan pelan," ucapnya dengan suara bergetar.

Kedua alis Xander terangkat mendengar perkataan Airyn. Pria itu menangkup wajah istrinya itu, lalu mengecup bibirnya dengan lembut.

Airyn hanya diam, membiarkan Xander menyentuh tubuhnya. Di dasar hatinya yang paling dalam, Airyn tidak ingin melakukan itu dengan Xander. Namun, ia juga tak ingin merasakan rasa sakit yang luar biasa. Meski tak melawan, tubuhnya tetap memberikan penolakan secara tak langsung.

Xander menyentuh selangkangan Airyn. "Aku tidak mengerti, kenapa kau tidak bisa dirangsang?" geramnya.

"Aku tidak tahu," jawab Airyn pelan. "Aku sudah berusaha."

Xander menarik celana tidur Airyn dengan paksa. Tamparan keras mendarat di wajahnya. Itu bukan perbuatan Airyn. Rupanya Xander yang menampar dirinya sendiri.

Airyn menutup mulut dengan tangan karena terkejut melihat Xander yang tiba-tiba menampar diri sendiri.

"Hentikan berengsek!" teriak Xander sembari meninju wajahnya sendiri hingga terjungkal dari ranjang.

Airyn beringsut menjauh.

"Sepertinya kau menemukan jalan keluar, ya?" gumam Xander. "Kau yang seharusnya berada di sini!"

Airyn mengambil alat kejut listrik di lantai untuk melumpuhkan Xander, tetapi saat melihat Xander berbicara sendiri dengan kalimat percakapan dua arah, Airyn berpikir jika Xander sedang berbicara dengan Zeus. Ia pun mengurungkan niatnya.

"Sialan! Kau itu lemah!"

"Kau itu tidak punya hati!"

"Aku adalah kau jika kau punya keberanian!"

"Aku tidak butuh!"

Di ruangan putih tak berujung.

Zeus dan Xander sedang berkelahi merebutkan tubuh fisik mereka satu-satunya. Xander menindih tubuh Zeus dan mencekiknya.

"Jika aku tidak bisa memiliki tubuh ini, maka kau juga tidak boleh!" bentak Xander.

Zeus berusaha menyingkirkan tangan Xander yang mencengkeram lehernya. "Aku menyesal karena terlalu lemah hingga menciptakan sisi lain, yaitu dirimu. Aku juga ingin kuat seperti dirimu. Aku ingin melindungi diriku dan juga Airyn," ucapnya.

"Aku ingin dicintai dan dihargai. Aku ingin memiliki tubuh fisikmu! Aku tidak ingin berada di ruangan ini!" hardik Xander.

"Maaf, tapi tak ada tempat untukmu selain di sini." Zeus mendorong dada Xander. Cahaya biru muncul memenuhi ruangan putih tak berujung.

Xander panik dan melihat ke sekeliling. "Apa yang kau lakukan?!"

"Aku hanya ingin mengambil kembali tempatku dan mengembalikan tempatmu. Seharusnya kau dihilangkan, tapi aku tidak tahu bagaimana caranya. Semoga ini berhasil menghentikanmu," papar Zeus.

Muncul air dari bawah lantai mengelilingi Xander, membentuk seperti angin puting beliung.

"Kau bercanda, kan?" tanya Xander dengan suara bergetar.

"Tidak," sahut Zeus.

Air menelan Xander dan menenggelamkannya. Pria itu meronta-ronta di dalam air. Beberapa saat kemudian, Xander berhenti bergerak. Tubuhnya melayang di permukaan air.

Panel kaca empat sisi jatuh dari atas dan mengurung Xander yang ditelan air. Panel kaca yang terakhir menutup bagian atas dari empat panel sebelumnya. Dengan begitu, Xander terjebak di dalam akuarium.

Perlahan Zeus membuka matanya. Wajah Airyn yang pertama ia lihat. Istrinya itu terlihat khawatir.

"Airyn," panggil Zeus. Ia mendapati tubuhnya terikat ke kursi. "Apakah kau ingin mencoba hal baru dengan mengikatku seperti ini?"

Kedua mata Airyn membulat sempurna. Wanita itu menghambur dan memeluk suaminya. "Zeusten!" Tangisannya pecah.

"Aku kembali. Maaf membuatmu khawatir," kata Zeus.

Airyn melepaskan pelukannya, kemudian mendongak menatap suaminya. "Lalu, apa yang terjadi dengan Xander?" tanyanya.

"Dia tak akan bisa mengambil alih tubuhku lagi. Aku sudah membuatnya tenang," jawab Zeus.

══════════ ꧁꧂ ══════════

Di rumah sakit.

Claire tengah duduk di ruang tunggu. Ia terlihat begitu khawatir. "Xander. Si berengsek itu." Ia mengepalkan tangan geram.

Terdengar suara pintu ruangan dibuka dari dalam. Seorang pria berjas putih keluar dari ruangan tersebut.

Claire bangkit dan menghampiri dokter. "Bagaimana kondisinya, Dokter?"

Dokter menjawab, "Dia ingin berbicara denganmu, Nona Wilhelm."

Berakhirnya kalimat yang diucapkan dokter, Claire pun segera masuk ke dalam ruangan. Ia melihat Izevel terbaring lemah di ranjang. Luka yang ia alami telah diobati dan dibalut perban.

"Claire," panggil Izevel sembari menoleh pada kakak tertuanya.

"Aku di sini." Claire duduk di kursi samping ranjang, lalu menggenggam tangan Izevel. "Semuanya baik-baik saja. Aku tak akan membiarkanmu mati," imbuhnya.

"Claire, ada hal yang harus kau ketahui," ucap Izevel.

Claire mengernyit.

"Seharusnya aku memberitahumu sejak awal. Namun, aku terlalu bodoh dan pengecut," kata Izevel.

Claire mendengarkan.

══════════ ꧁꧂ ══════════

⚠️ HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG. ⚠️

Judul : Freesia Refracta
Penulis : Ucu Irna Marhamah
19.38 | 02 Desember 2019
Instagram :
@ucu_irna_marhamah
@novellova
@artlovae

Freesia RefractaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang