꧁ Part 18 ꧂

42 3 2
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Airyn melepaskan tali yang mengikat tubuh Zeus. Saat tali sudah terlepas, Zeus memeluk istrinya dengan erat. Airyn membalas pelukan suaminya.

"Kau mengikatku karena melihat aku mulai menyakiti diri sendiri?" tanya Zeus.

Airyn mengangguk dalam pelukan suaminya. "Tadinya aku mau menyetrummu, tapi aku merasa jika itu pilihan buruk. Karena kau semakin kasar pada dirimu sendiri, aku pun memutuskan untuk mengikatmu saja," paparnya.

Zeus tersenyum. "Itu pilihan yang tepat. Jika tidak, mungkin salah satu dari kami akan menguasai tubuh ini saat tersadar. Dan aku tidak akan pernah bisa mengakhirinya. Pergantian kepribadian ini akan terus berlangsung. Namun, sekarang kita tidak perlu mengkhawatirkannya lagi."

Terdengar suara langkah kaki menuju ke kamar mereka.

Zeus dan Airyn melepaskan pelukan, lalu melihat ke pintu.

"Ada orang lain di rumah ini?" tanya Zeus.

"Hanya ada kita berdua di sini," sahut Airyn.

Langkah orang misterius itu berhenti di depan pintu. Beberapa saat kemudian, pintu dibuka. Claire muncul dengan pistol di tangannya. Wanita itu menodongkan pistol tersebut pada Zeus.

Airyn bersuara, "Claire, apa yang...."

Claire menarik pelatuk, peluru melesat dan mengenai lengan Zeus. Pria itu meringis merasakan peluru yang kini bersarang di lengannya. Darah segar merembes membasahi kemejanya.

"Claire! Kau!" Airyn menghalangi Zeus dari Claire. "Kau sudah gila?! Kau telah menembak adikmu sendiri!"

Claire menggoyangkan tangannya yang memegang pistol. "Minggir, Airyn. Aku harus membunuh iblis sialan itu meski harus membunuh Zeusten sekali pun," paparnya. 

"Tidak! Xander sudah berhasil diatasi! Kau tidak boleh membunuh Zeus!" teriak Airyn.

"Aku telah kehilangan adik-adikku gara-gara dia. Dia harus dihukum," kata Claire.

Airyn dan Zeus terkejut mendengarnya. "A-apa?!"

Claire melanjutkan, "Tidak hanya para bodyguard-ku, tapi adik-adikku juga.... Sekarang aku tidak peduli lagi. Kau harus membayarnya, Xander!" Claire kembali menarik pelatuknya, tetapi Airyn menarik tangan Claire, sehingga tembakannya meleset ke dinding.

"Hansen, Izevel, Alvaro? Mereka...." Zeus masih syok mendengar perkataan Claire. Ia menatap kedua tangannya yang gemetar.

"Adikmu meninggal karena Xander. Kau juga tahu itu, kan?!" Airyn berusaha menyadarkan Claire.

Claire menautkan alisnya. "Jika Zeus masih hidup, Xander juga. Kepribadian tidak bisa dibunuh. Mereka akan terus hidup dalam tubuhmu," geramnya.

Airyn menangkup wajah Claire. "Bukankah Zeus juga adikmu? Jika kau membunuh Zeus, maka kau kehilangan semua adikmu!"

Claire menatap Airyn dengan tajam. "Aku kira, kau bisa mengatasi Xander. Namun, kau juga tidak bisa diharapkan. Kau juga korban, kan? Jadi, ayo bunuh Xander."

Airyn terdiam, lalu ia pun bersuara, "Ya, aku memang benci Xander karena dia telah memberikan begitu banyak trauma dan penderitaan panjang padaku. Namun, aku mencintai Zeus. Dia suamiku. Dia satu-satunya orang yang aku punya, yang bisa menerimaku apa adanya."

Kedua mata Zeus membulat mendengar pengakuan cinta Airyn terhadapnya. Itu adalah yang pertama kalinya.

Claire beralih menodongkan pistolnya ke dahi Airyn. "Menghilang tanpa kabar setelah dikasari oleh suaminya yang punya kepribadian ganda."

Freesia RefractaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang