꧁ Part 14 ꧂

40 5 2
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Airyn memeluk tubuhnya sendiri. "Waktu itu... waktu itu sakit sekali. Aku... aku hampir kehilangan rahimku. Aku ingin mengakhiri hidupku. Aku ingin mati. Ta-tapi, aku tidak bisa. Aku takut." Wanita itu berbicara tak jelas di sela tangisannya.

"Bahkan saat itu... janin malang itu... dia terpaksa dikeluarkan dari rahimku. Bekas operasi ini...." Airyn tak melanjutkan kata-katanya karena ia tak sanggup. Wanita itu menangis sesenggukan.

Buliran hangat menetes ke wajah Airyn. Itu bukan air matanya. Ia mendongak menatap Zeus yang berada di atasnya. Airyn terkejut saat mengetahui Zeus menangis dalam diam sembari menatapnya dengan tatapan penuh luka.

"Maafkan aku." Zeus memeluk Airyn dengan erat. Air matanya terus mengalir disertai penyesalan yang mendalam.

Airyn masih gemetar ketakutan di dalam kungkungan suaminya.

"Airyn, maafkan aku." Zeus mengeratkan pelukannya.

"Lepaskan aku." Airyn berusaha melepaskan diri dari pelukan Zeus.

"Permen mint. Hanya itu satu-satu yang kau suka," ucap Zeus.

Airyn terdiam mendengar perkataan suaminya. "Zeus... kau...."

Zeus melepaskan pelukannya, lalu menatap Airyn. "Aku suamimu. Zeusten."

Airyn menutup mulutnya karena terkejut. Selain itu, ia telah mengatakan semuanya. "Dari awal...."

"Iya, dari awal kau pulang aku memang Zeus," ujar pria itu.

Hening.

Pasangan suami istri itu tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Jam menunjukkan pukul 8 malam. Makanan di dalam kantong belanjaan sudah dingin.

"Jadi, pria yang memperkosamu itu adalah aku?" tanya Zeus setelah dirasa Airyn sudah tenang.

"Itu tidak seperti yang kau pikirkan. Kau bahkan tidak mengingatnya, kan?" sanggah Airyn.

"Jadi, sisi lain dari diriku yang melakukannya? Orang bernama Xander itu?" tanya Zeus lagi.

"I-iya." Airyn mengalihkan pandangan. Wanita itu menggigit bagian bawah bibirnya.

"Dan kau sempat mengandung?" Suara Zeus bergetar membayangkan kesulitan yang dialami oleh Airyn pada saat itu.

"Tolong jangan bahas itu lagi. Meski sudah 11 tahun berlalu, aku masih merasa sakit saat mengingatnya," kata Airyn.

"Airyn." Zeus memeluk istrinya. "Maafkan aku. Maaf."

"Itu bukan salahmu. Itu bukan kau," ucap Airyn sembari membalas pelukan suaminya.

"Tapi, bodohnya aku yang tak bisa mengendalikan diriku sendiri, hingga iblis itu yang mengendalikan tubuhku," tutur Zeus.

"Ini salahku. Jika saja waktu itu aku tidak menolak perasaanmu, mungkin Xander tak akan muncul sebagai sisi lain dari dirimu," ujar Airyn.

"Tidak, Airyn. Aku rasa... orang ini muncul sejak aku masih kecil," sanggah Zeus.

Airyn melepaskan pelukannya, lalu mendongak menatap Zeus. "Maksudmu?"

"Saat itu, saat aku masih tinggal di rumah lama bersama mendiang ibuku, aku melihat ibuku terkapar dengan pisau yang menancap di perutnya. Aku tak ingat dengan apa yang terjadi beberapa saat sebelumnya. Namun, tanganku berlumuran darah," jelas Zeus.

Airyn mencerna ucapan suaminya. "Itu sudah pasti ulah Xander. Hanya ada Zeus dan mayat ibunya di rumah itu," batinnya.

"Saudara-saudaraku menyalahkanku, terutama Claire. Mereka mengutukku. Saat itu, aku masih kecil dan tidak mengerti apa pun. Namun, setelah dewasa dan merenung, akhirnya aku menyadari jika dalam diriku ada iblis," tukas Zeus.

Freesia RefractaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang