꧁ Part 19 ꧂

46 4 0
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Di pemakaman keluarga Wilhelm.

Terdapat beberapa batu nisan di sana, Nyonya Wilhelm, Tuan Wilhelm, Claire, Hansen, dan Alvaro.

Izevel berjongkok di samping batu nisan Claire sembari menangis tanpa suara. Di belakangnya ada Zeus dan Airyn. Mereka bertiga memakai pakaian serba hitam sebagai tanda duka cita.

"Maafkan aku, Claire, Hansen, Alvaro, Ayah, Ibu," ucap Izevel.

Setelah upacara pemakaman selesai, Izevel mengunjungi rumah Zeus.

Airyn menyajikan minuman dan camilan, kemudian meninggalkan kakak beradik itu berduaan di ruang tamu. Ia ingin memberikan mereka ruang dan waktu untuk berbicara empat mata.

Zeus dan Izevel duduk bersebelahan. Keduanya sama-sama diam dan merenung. Tak ada satu pun dari mereka yang berniat memulai pembicaraan.

"Izevel, aku benar-benar menyesal karena tak bisa melindungi Hansen dan Alvaro. Xander juga sempat melukaimu dengan parah, kan? Dan aku juga minta maaf soal kematian Ibu. Aku juga tak bisa menolong Claire di detik-detik terakhir melakukan bunuh diri. Seharusnya aku minta maaf lebih awal karena meminta maaf sekarang sama sekali tak ada gunanya," papar Zeus.

Izevel terlihat sedih. "Kau korban dari semua ini, Zeus. Kau tidak salah. Aku yang salah. Aku...."

"Jangan terlalu banyak menyalahkan dirimu, Izevel." Zeus menepuk bahu kakak ke-3.

"Maafkan aku, Zeus." Izevel memijit pelipisnya. "Ini adalah hukuman terberat untukku dari Claire. Rasanya lebih menyakitkan dari apa pun."

"Hukuman terberat?" tanya Zeus.

Izevel menatap adik bungsunya. "Zeus, kau tidak perlu khawatir. Mulai sekarang, kau bebas melakukan apa pun yang kau mau. Namun, berjuanglah bersamaku demi keluarga Wilhelm," ucapnya sembari mengulurkan tangan.

Zeus menerima uluran tangan Izevel. "Baik, aku mengerti."

"Jaga Airyn dengan baik. Dia menantu terhormat dari keluarga Wilhelm," kata Izevel lagi.

"Aku tahu," sahut Zeus.

Izevel berpamitan untuk pergi. Airyn dan Zeus mengantar sampai di depan gerbang rumah mereka.

"Ini pertama kalinya aku berbicara cukup lama dengan saudaraku. Dan rasanya beban di hatiku seperti menghilang," ujar Zeus sembari menyentuh dadanya.

Airyn tersenyum sendu sembari mengusap punggung suaminya. Zeus menggenggam tangan sang istri.

Setelah kematian Claire, Zeus dan Izevel mengurus semua aset milik keluarga Wilhelm. Keduanya harus menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi terbaru mereka.

Airyn juga disibukkan dengan pekerjaan di kantor. Namun, ia sering pulang lebih awal untuk memasak makan malam dan menghabiskan waktu lebih banyak bersama suaminya. Sama halnya dengan Zeus. Ia ingin memiliki lebih banyak waktu dengan istrinya.

Hari ini, Zeus dan Airyn pergi ke luar negeri untuk berbulan madu meski sudah sangat terlambat. Namun, pasangan itu tetap menikmati liburan mereka.

Sore harinya.

Zeus berenang di kolam penginapan yang mereka sewa khusus untuk berdua. Kolam tersebut menghadap langsung ke hutan pegunungan yang indah. Airyn hanya duduk di tepian sambil memakan buah-buahan dalam wadah yang mengapung di permukaan air kolam.

"Airyn Sayang, kemarilah." Zeus berenang ke arah Airyn, lalu menyentuh kakinya yang berselonjor ke dalam air.

"Aku tidak terlalu suka berenang. Jadi, aku akan duduk saja di sini," tolak Airyn.

Freesia RefractaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang