꧁ Part 11 ꧂

55 8 0
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Kelopak mata itu terbuka, menunjukkan manik biru terang yang bersembunyi di baliknya. Zeus telah tersadar. Pria itu kebingungan karena mendapati tangan kanannya terborgol ke kepala ranjang. Zeus merasakan sakit kepala. Pandangannya berkunang-kunang.

Pintu kamar terbuka. Airyn memasuki ruangan. Ia terkejut melihat suaminya yang sudah tersadar.

"A-apa yang terjadi? Kenapa aku terborgol seperti ini?" tanya Zeus.

Airyn tampak berpikir, lalu ia naik ke atas tubuh Zeus dan menduduki perut suaminya. "Tadi kita sedang bermain-main dan mencoba hal baru," jawabnya sembari memainkan telunjuknya di wajah tampan Zeus.

Kedua pipi Zeus memerah. "Be-begitukah?"

Airyn tersenyum nakal. Wanita itu mendekatkan wajahnya, membuat keningnya dengan kening Zeus bertemu. "Apakah aku boleh memesan kue cokelat?"

"Tidak, kau alergi cokelat," larang Zeus.

"Ah, berarti dia Zeus, bukan Xander," batin Airyn. Wanita itu menghela napas lega.

"Aku tidak ingat apa pun. Ini jam berapa?" Zeus melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 1 siang. "Apakah aku melakukan sesuatu hal yang buruk?"

"Tidak. Kau tidak melakukan hal buruk." Airyn membuka borgol yang mengunci tangan kanan suaminya. "Ngomong-ngomong, di mana lubang kuncinya?" gerutunya karena tak menemukan lubang untuk kunci borgol.

"Airyn, setiap aku tidak ingat dengan apa yang terjadi, lalu tiba-tiba aku tersadar, semua orang pasti menatapku dengan penuh kebencian. Entah itu saudaraku, mantan istriku, temanku, karyawanku, atau siapa pun itu. Namun, kau selalu bertindak seolah tak pernah terjadi sesuatu," gumam Zeus.

Airyn menatap suaminya.

"Saat aku mendapatkan tatapan seperti itu, aku yakin jika aku telah melakukan sesuatu yang buruk. Airyn, apakah aku menyakitimu?" Zeus mendongak menatap istrinya.

Airyn menangkup wajah Zeus. "Kau tidak pernah melukaiku sedikit pun."

"Namun, sisi lain dari dirimu yang menghancurkanku dan memberikan banyak penderitaan di masa lalu. Itu bukan salahmu," imbuh Airyn dalam hati.

"Setidaknya jelaskan padaku apa yang telah terjadi," kata Zeus memohon.

"Lebih baik kau tidak mengetahuinya sama sekali. Jika kau mengetahuinya, tidak hanya kau yang menyesal, tapi aku juga," papar Airyn.

Zeus mencerna ucapan istrinya.

"Akhirnya." Airyn berhasil melepaskan borgol yang mengunci tangan Zeus.

Tiba-tiba Zeus mendorong Airyn dan menindihnya. "Jadi, hal baru seperti apa yang kau maksud, Sayang? Sampai-sampai kau harus menggunakan borgol. Apakah permainan yang agak kasar?"

Airyn melongo. "Bisa-bisanya dia berubah menjadi mesum setelah merengek seperti anak kecil tadi. Perubahannya cepat sekali," batinnya.

Zeus mengecup bibir Airyn yang sedikit terbuka, kemudian memperdalam ciumannya.

Airyn mendorong dada suaminya. "Hanya permainan kecil. Tidak perlu dibahas."

"Seperti yang kau tahu, aku tidak ingat apa pun. Bisakah kau mengulanginya lagi?" Zeus menggoda Airyn, tetapi laki-laki itu meringis kesakitan sembari memegangi kepalanya.

"Sebaiknya tenangkan dirimu," kata Airyn sembari membaringkan tubuh Zeus. "Sepertinya obat biusnya masih bekerja," batin wanita itu.

Zeus memegangi lehernya, lebih tepatnya bekas luka dari peluru jarum bius.

Freesia RefractaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang