꧁ Part 16 ꧂

44 4 0
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Perlahan Zeus membuka mata. Lagi-lagi ia mendapati dirinya berada di ruangan gelap. Namun, kali ini tidak segelap sebelumnya. Terdapat penerangan yang remang berwarna merah di dalam sana.

"Situasi seperti ini... biasanya saat aku bangun, aku tak ingat apa pun. Apakah ini artinya Xander sedang menguasai tubuhku?" gumam Zeus.

Pria itu melihat ke sekeliling. Ternyata ia berada di sebuah ruangan tak berujung. Tak ada sekat atau apa pun. Sejauh mata memandang hanyalah ruang hampa.

"Aku harus bangun dan mengambil alih tubuhku lagi. Jika tidak, mungkin Xander akan melakukan sesuatu yang lebih buruk dari sebelum-sebelumnya." Zeus bangkit untuk berdiri.

Pria itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling, lalu berlari mencari jalan keluar. "Di sini sunyi dan temaram. Sangat tidak menyenangkan. Aku bahkan bisa mendengar detak jantungku sendiri."

Langkah Zeus terhenti. Muncul bayangan wajah Xander di belakangnya dengan ukuran raksasa. Xander tertawa. Suaranya menggema di dalam ruangan tak berujung itu.

Zeus berbalik. Beberapa tongkat besi berjatuhan dari atas dan menancap ke lantai. Besi-besi itu membentuk sangkar dan mengelilingi Zeus.

"Berhenti mempermainkanku!" Zeus membentak Xander. "Aku adalah pemilik asli tubuh ini!"

Kepala raksasa Xander mendekat. "Kau terlalu lemah. Aku lebih kuat dari pemilik asli tubuh ini. Jadi, mulai sekarang aku akan mengambil alih tubuhmu sepenuhnya."

Zeus mengeratkan pegangannya pada tongkat besi yang mengurungnya. "Kau tidak bisa melakukan itu."

"Aku bisa," sahut Xander. "Aku bisa memiliki semuanya, termasuk Airyn."

"Airyn milikku!" hardik Zeus.

"Jika bukan aku yang memperkosanya, dia tidak akan mau menikah denganmu, Bodoh!" timpal Xander.

"Berengsek," geram Zeus.

"Tetaplah di sini mulai sekarang dan selamanya." Xander menghilang disertai dengan tawa yang menggema.

Zeus memukuli jeruji besi yang mengurungnya. "Keluarkan aku dari sini, Keparat!!!"

Zeus jatuh tertekuk. "Sialan. Kenapa aku lemah sekali? Kenapa aku tidak bisa melakukan apa pun di saat-saat seperti ini?" gerutunya sembari meninju jeruji besi.

Kembali terngiang perkataan Xander yang menyebutnya lemah. "Dia benar. Aku terlalu lemah sehingga dia yang kuat bisa mengambil alih tubuhku," gumam Zeus.

Wajah Airyn terbayang dalam benak Zeus. Senyuman bahagia di wajah istrinya itu akan muncul setiap kali Zeus melakukan hal-hal kecil. Meski tegas dan terkesan tenang, Airyn memiliki sisi lembut yang hanya ditunjukkan pada Zeus.

"Sudah berapa lama aku di sini? Aku merindukan Airyn." Zeus duduk dan memeluk lututnya.

"Di sini dingin dan sesak." Perlahan Zeus menutup kedua matanya. "Aku tidak boleh tidur."

Beberapa saat kemudian, Zeus kembali membuka mata. Manik birunya melihat ke sekeliling.

Zeus bangkit, lalu mencengkeram batang besi yang mengurungnya. "Ini tubuhku, ini wilayah kekuasanku. Si keparat itu mungkin menggunakan ilusi pikiran untuk mengurungku di sini. Dia tahu aku lemah dan mudah dibodohi. Jadi..."

Tiba-tiba jeruji besi itu meleleh menjadi air. "Aku pemilik asli tubuh ini. Aku bisa lebih kuat dari dia."

Ruangan tak berujung dengan penerangan merah temaram itu memudar dan berganti menjadi ruangan putih tak berujung.

Freesia RefractaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang