Hari-hari setelah pertemuan Yeji dengan Hyunjin di atap gedung dipenuhi dengan latihan, wawancara majalah maupun televisi, dan penampilan. Yeji menyibukkan diri dengan pekerjaannya, berharap bahwa kecepatan yang tak kenal lelah akan meredam gejolak di hatinya. Namun, sesibuk apa pun dia, pikiran tentang Hyunjin—dan sekarang Karina—tetap ada di benaknya, menolak untuk dibungkam.
Yeonjun adalah jangkarnya selama ini. Kehangatannya, dukungannya yang tak tergoyahkan, dan caranya yang mudah untuk membuatnya tersenyum memberinya rasa damai yang sangat dibutuhkannya. Setiap kali mereka bersama, Yeji mendapati dirinya lebih bersandar padanya, mencari kenyamanan dalam pelukannya, seperti cara dia mencium keningnya dengan lembut atau memeluknya erat ketika dunia terasa terlalu berat.
Suatu malam, Yeji dan Yeonjun mendapati diri mereka sendirian di apartemennya setelah seharian bekerja keras. Lampu-lampu kota berkedip-kedip di luar, memancarkan cahaya lembut ke dalam ruangan. Yeonjun telah memasak makan malam untuk mereka berdua—tidak ada yang mewah, hanya beberapa hidangan sederhana yang mereka berdua sukai—tetapi perhatiannyalah yang membuat hati Yeji dipenuhi kasih sayang.
Saat mereka duduk di sofa, Yeonjun menarik Yeji ke dalam pelukannya, mengecup pelipisnya. "Kamu jadi pendiam akhir-akhir ini," bisiknya, suaranya dipenuhi kekhawatiran. "Apakah semuanya baik-baik saja?"
Yeji ragu-ragu, pikirannya kembali ke momen di atap itu, ke cara Hyunjin menatapnya, kata-kata yang diucapkannya. Dia menyingkirkan ingatan itu, fokus pada pria di depannya, orang yang tidak lain adalah orang yang baik dan sabar. "Aku hanya lelah," dia berbohong, menyunggingkan senyuman kecil. "Akhir-akhir ini banyak hal yang terjadi, kau tahu?"
Yeonjun mengangguk, tangannya dengan lembut mengusap punggung Yeji dengan gerakan memutar yang lambat dan menenangkan. "Aku mengerti. Tapi kau tahu aku di sini untukmu, kan? Apa pun itu, kau tidak harus melaluinya sendirian."
Yeji merasa bersalah mendengar kata-katanya. Di sini ada Yeonjun, menawarkan seluruh hatinya. Namun hatinya terbagi, terbagi antara cinta yang dimilikinya untuknya dan perasaan yang belum terselesaikan yang ditimbulkan Hyunjin. Dia ingin menceritakan semuanya, untuk mengakui kebingungan dan rasa sakit yang telah menggerogotinya, tetapi dia tidak sanggup melakukannya. Tidak ketika dia sendiri bahkan tidak tahu bagaimana memahaminya.
"Aku tahu," bisiknya, mencondongkan tubuhnya ke arah Yeonjun, berharap kedekatan itu akan menyingkirkan keraguan. "Kau selalu ada untukku, dan aku sangat bersyukur untuk itu."
Yeonjun mempererat pelukannya, dan untuk sesaat, Yeji membiarkan dirinya rileks dalam pelukannya. Di sinilah dia ingin berada—dengan seseorang yang peduli padanya, yang memahaminya, yang membuatnya merasa aman. Tetapi bahkan ketika dia mencoba untuk melupakan dirinya dalam kenyamanan kehadiran Yeonjun, gambaran Hyunjin dan Karina terus merayapi pikirannya, seperti bayangan yang tidak dapat dia hindari.
Karina adalah sahabatnya, orang yang dia percaya. Membayangkan dirinya dekat dengan Hyunjin—seseorang yang pernah sangat berarti bagi Yeji—terasa seperti pengkhianatan, meskipun dia tahu tidak adil untuk berpikir seperti itu. Karina tidak tahu tentang perasaan Yeji yang belum terselesaikan, dan Hyunjin... yah, Hyunjin punya hak untuk melanjutkan hidup, seperti yang Yeji coba lakukan pada Yeonjun.
Namun, luka itu masih ada, mentah dan belum sembuh. Ini bukan hanya tentang Hyunjin dan masa lalu yang mereka lalui bersama; ini tentang rasa takut kehilangan koneksi yang dimilikinya, melihat orang-orang yang ia sayangi pergi begitu saja ke pelukan orang lain. Ini tentang rasa sakit karena melihat dari pinggir lapangan saat orang-orang yang ia cintai menemukan kebahagiaan dengan orang lain, sementara ia harus bergulat dengan hatinya sendiri yang berkonflik.
"Yeji?" Suara Yeonjun memecah pikirannya, menariknya kembali ke masa kini. Yeji menatapnya dengan khawatir, alisnya berkerut saat ia mengamati wajahnya. "Kau yakin kau baik-baik saja?"
YOU ARE READING
Dear You
Fanfiction"Why you still my remedy?" - Hyunjin. "I will never let go what's already mine," - Yeonjun "Is this a love game for you?" - Yeji Complicated love triangle between 4th generation idols.