Into The Rain

70 5 0
                                    


Langit di atas Seoul terbuka, melepaskan hujan lebat yang membasahi jalan-jalan kota. Hujan turun dengan deras, membasahi kerumunan yang ramai saat orang-orang bergegas mencari tempat berteduh. Namun Yeji tidak bergerak. Dia berdiri di sana, terpaku di tempat, hatinya hancur berkeping-keping saat dia melihat pemandangan yang terbentang di hadapannya.

Seharusnya itu adalah perjalanan singkat untuk mengambil sesuatu di kantor agensinya, hanya singgah sebentar sebelum kembali ke tempat Yeonjun. Namun saat dia melangkah keluar gedung dari pintu belakang, dia melihat Hyunjin dan Karina. Awalnya, dia membeku, napasnya tercekat di tenggorokannya saat melihat mereka bersama. Namun, cara Hyunjin menarik Karina ke dalam pelukannya, memeluknya erat saat hujan turun di sekitar mereka, yang telah menghancurkannya.

Mereka tampak begitu akrab, begitu dekat, seolah-olah di dunia ini hanya ada mereka berdua. Tangan Hyunjin berada di belakang kepala Karina, jari-jarinya dengan lembut menyisir rambut Karina saat dia mencondongkan tubuhnya ke arahnya, mencari kenyamanan. Yeji tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, tidak bisa memahami ekspresi di wajah mereka, tetapi pemandangan itu saja sudah cukup untuk mengirimkan rasa sakit yang menusuk di dadanya.

Hujan membasahi pakaiannya, membuatnya kedinginan sampai ke tulang, tetapi dia hampir tidak menyadarinya. Yang bisa dia lihat hanyalah Hyunjin, memeluk Karina dengan cara yang dulu dia rindukan. Kenangan masa lalu mereka membanjiri kembali, tanpa diminta dan tanpa henti, masing-masing mengingatkannya akan apa yang telah hilang, tentang cinta yang telah menyelinap melalui jari-jarinya.

Dia ingin berpaling, berbalik dan lari, tetapi dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari mereka. Dia terjebak, dipaksa untuk menyaksikan pria yang pernah dicintainya dan rekan sejawat yang telah menjadi teman baiknya, sehingga kenyataan itu terasa seperti pisau di hatinya. Dia tahu dia tidak seharusnya merasa seperti ini, bahwa dia telah memilih untuk melanjutkan hidup bersama Yeonjun, tetapi rasa sakit itu masih ada di sana, mentah dan belum sembuh.

Dan kemudian itu terjadi—Hyunjin membungkuk, mengecup kening Karina dengan lembut, bibirnya menempel di sana seolah menawarkan kenyamanan, untuk meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Itu adalah tindakan sederhana, tetapi itu menghancurkan sesuatu di dalam diri Yeji. Air mata yang telah dia tahan akhirnya tumpah, bercampur dengan hujan saat dia berdiri di sana, merasa lebih sendirian daripada sebelumnya.

Dia tidak tahan lagi. Melihat mereka bersama,kenyataan bahwa dia telah digantikan dalam kehidupan Hyunjin oleh seseorang yang selalu dia anggap sebagai teman, terlalu berat untuk ditanggung. Tanpa berpikir panjang, Yeji berbalik dan berlari, kakinya memercik melalui genangan air saat dia melarikan diri dari tempat kejadian. Dia tidak tahu ke mana dia pergi, tidak peduli. Yang dia inginkan hanyalah melarikan diri dari rasa sakit, untuk menghindari sakit hati yang mencabik-cabiknya.

Hujan turun lebih deras, angin bertiup kencang di jalanan seakan ingin mengusirnya. Namun, seberapa cepat pun ia berlari, bayangan Hyunjin dan Karina tetap ada di benaknya, terpatri seperti merek yang tak dapat dihapus. Hatinya terasa seperti diremas dengan kuat, rasa sakitnya begitu hebat hingga ia hampir tak dapat bernapas. Ia tersandung, hampir jatuh karena emosinya menguasainya, tetapi ia memaksakan diri untuk terus berjalan, putus asa untuk menghindari penderitaan yang mengancam akan menguasainya.

Akhirnya, ia sampai di sebuah taman kecil, sepi diguyur hujan. Ia jatuh terduduk di bangku taman, dadanya naik turun saat ia terengah-engah. Hujan terus turun, membasahi rambutnya, pakaiannya, kulitnya, tetapi ia tidak peduli. Ia menyambut dinginnya, mati rasa yang ditimbulkannya, berharap entah bagaimana hal itu akan menenggelamkan rasa sakit di hatinya.

Tetapi tidak. Tidak peduli seberapa keras ia mencoba menepisnya, rasa sakit itu tetap ada, rasa sakit yang tak kunjung hilang yang menolak untuk diabaikan. Bayangan Hyunjin yang sedang memeluk Karina, kelembutan dalam sentuhannya, cara Hyunjin menciumnya dengan lembut—semua itu terus terputar di benaknya, menyiksanya dengan pengingat bahwa ia telah kehilangan Hyunjin, bahwa Hyunjin telah melupakannya.

Dear YouWhere stories live. Discover now