Bab 20

119 16 9
                                    

Siang hari, setelah pengecekan rutin. Minji merenungi setiap kejadian yang ia lalui sebelumnya. Rasanya, tubuhnya yang kini terbaring di rumah sakit baru saja terbangun dari tidur yang panjang. Kenapa? Karena ketika ia mengingat lagi, rasanya mustahil ia berada dalam situasi berbahaya seperti itu.

Tapi, luka yang belum mengering yang ada di tangan kanannya seakan menampar kuat minji, menyadarkannya kalau semua kejadian itu nyata dan ia terlibat langsung di sana.

Kali ini ia sendirian, sebelumnya ada Tzuyu di sini, tapi perempuan bersuara rendah itu ada keperluan mendadak dan harus meninggalkan anak kedua dari sahabatnya itu di ruang inap. Dan sesuai perjanjian,

Tzuyu enggak akan buka mulut sampai minji sendiri yang minta, meski ke jihyo yang mengenal dan satu sekolah dengan minji. Tangan kirinya menggenggam erat benda persegi panjang berwarna hitam yang sudah banyak terkena goresan.

Berapa kali kukunya mengetuk layar ponselnya itu, bimbang. Secuil keinginan timbul di dalam hatinya untuk pulang ke rumah. Tapi rasa takut menekan niatnya itu dalam-dalam.

Lagi, tanpa sadar tangan minji menyalakan ponselnya yang dari awal mati.Masih sama, tampilan lock screen dengan foto keluarganya. Dipandanginya lekat-lekat.

Minji menghela nafas, rasa sesak di hatinya membuat dahinya terasa sakit, menahan air mata yang ingin sebanyak-banyaknya ia keluarkan.

Tubuhnya yang sekarang dalam kondisi lemah, duduk di bawah jendela. Membiarkan angin yang bertiup dari luar membuat rambutnya berantakan. Sengaja pendingin ruangan ia matikan, hanya untuk menikmati angin musim semi yang sangat ia sukai.

Kepalanya yang menunduk perlahan mengadah, menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan.

Jari minji mengusap layar ponselnya, mencari satu kontak nomor dan berusaha menghubunginya. Ia tau kalau ini masih jam sekolah, setidaknya ia berusaha. memberitahu kalau ia ingin bertemu dan membicarakan sesuatu.

🦥🦌

15 panggilan tidak terjawab, dan 20 pesan masuk. Semuanya dari minji. Itu yang tertera di layar ponsel milik Danielle dan jihyo bisa membacanya dengan jelas.

"Lalu?" tanya jihyo karena dia sendiri enggak tau apa alasan Danielle
memperlihatkan semua notifikasi itu ke
Jihyo.

"Pasti minji dalam bahaya. Aku mau cobal telpon polisi!"

"Haaa?? Jangan berprasangka buruk dulut Coba baca pesannya, siapa tau dia mau ajak ketemuan"

"Ng.. i-iya"

Selagi Danielle sibuk membaca satu persatu pesan masuk yang ada di ponselnya, jihyo juga jadi salah satu orang yang mendapat 'getahnya'. Bagaimana tidak?

Pasca minji kabur dari olimpiade, dia mendadak jadi artis yang tiap sebentar ditanyain sama kepala sekolah dan guru yang membawa kelompok olimpiade ke Surabaya. Jihyo juga diklaim enggak
becus menjaga anggota dan dianggap gagal menjadi ketua kelompok.

"Gimana?"

"Katanya mau ajak ketemuan, sore ini"

"Dimana?"

"Pinggiran sungai, tempat biasa kalau aku dan dia duduk berdua setelah pulang sekolah. Aku rasa, dia udah pulang ke rumah"

"Yakin? Ya udah kalau gitu, temui dia. Aku capek ditanyai kepala sekolah terus. Oh! Sekalian kasih surat dari kepala sekolah untuk dia ya. Aku jadi bawa surat itu tiap hari gara-gara dia"

"Surat?"

"Iya. Aku juga enggak tau itu surat apa.
Aku enggak mau mikir jelek sih, tapi..
kalau yang namanya surat dari kepala
sekolah, mau enggak mau.. aku bisa
prediksi kalau minji-"

Continuation Of The Family Kukang (BXG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang