.
.
.
.
.
.
.
."Kamu gak boleh ke sini!" Ibu Leyli tiba-tiba menyalak hingga membuat Lovelyn tertegun. Aster masih terpaku di depan pintu. Sangat kentara, Leyli panik sekarang.
"Kenapa si Bu?" Tanya Lovelyn heran. "Kayak ketahuan mesum aja elah.." Ceplos Lovelyn tanpa takut sama sekali. "Jangan-jangan beneran mesum?" Tuduh Lovelyn pada akhirnya.
Aster menghela napas berat lalu memegang kedua pundak Lovelyn. Persis seperti ketika dia hendak menceburkan Lovelyn ke kolam waktu itu. Dan sialnya, jantung Lovelyn malah berdebar tak tau malu. Ayolah, harap kondisikan! Lovelyn enggan membuat dirinya sendiri terjebak.
"Biar saya yang urus Bu.." Ujarnya sekilas menoleh ke arah Leyli yang lalu mengangguk dan pergi dari sana.
Ditinggal berdua begitu, bukannya tenang, malah membuat Lovelyn makin panik. Aster itu gil**a. Orang-orang menyebutnya seperti itu dan dengan kesadaran yang penuh, Lovelyn pun mengakui hal ini. Dia tidak pernah paham dengan apa yang dia lakukan. Memangnya apa lagi? Dia stress karena terlalu kaya keknya. Gumam Lovelyn dalam hati.
Cklek..
Aster kembali membuka pintu itu kemudian menarik tangan Lovelyn untuk masuk ke dalam. Eh.. Eh.. eh.. Tunggu? Memangnya mau apa?
Tentu Lovelyn menepis enggan ikut masuk. Tapi Aster kembali menariknya paksa lalu menutup rapat-rapat pintu itu lagi.
Woaaahhhh.. Ruangan itu...
Oh?
Ada orang lain juga ternyata. Mampus! Kayaknya Lovelyn sudah bicara sembarangan tadi. Disana terlihat Gio sedang duduk di sofa dengan laptop di pangkuannya.
Jadi mereka ada kelas khusus kah? Hanya mereka berdua? Tunggu! Apa tadi? Lovelyn bilang mesum? Fiks. Keterlaluan! Lovelyn pun menyesali perkataannya tadi. Mata Aster sekarang sudah hampir membun***uhnya. Panik gak sih? Panik lah.. Masa enggak? Wew..
"Yo.. Panggil orang UKS.." Ujar Aster tiba-tiba.
Loh? Kenapa? Lovelyn sampai harus memperhatikan seluruh tubuh Aster namun tak menemukan luka apapun di sana. Apa Gio? Pikirnya yang kemudian kembali ia telisik dengan teliti namun nihil. Gio selalu tertutup rapat bahkan mengenakan sweater turtle neck yang nyaman itu. Meski selalu mengenakan celana Utopia, sejak pertama kali bertemu, Lovelyn tidak pernah melihat Gio memakai seragam atau kemeja. Selalu saja sweater, entah itu jaket, atau juga kaos dan cardigan stylish. Dia paling nyentrik diantara semuanya memang.
Lalu, untuk apa petugas UKS?
"Apa si? Gue mau ke kelas." Lovelyn kembali berusaha kabur. Tapi tidak semudah itu. Aster tak mendengarkan sama sekali dan bahkan malah kembali menarik tangan Lovelyn dan membawanya duduk di sofa itu bersama Gio.
"Masalah gue baru kelar, lu malah bikin masalah baru Ter.." Keluh Gio yang kemudian dengan tenang mengambil ponsel di saku kemudian mengetik-ngetik sesuatu. "Dah.." Ungkapnya yang kemudian kembali mengantonginya.
Aster ikut duduk menunggu.
"Hello.." Lovelyn tentu saja membutuhkan penjelasan kan? Kenapa juga dia harus di sana sekarang? "Gue mau ke kelas. Permisi.." Lovelyn di himpit Aster dan Gio. Tentu tak bisa kemana-mana. "Apaan si?!" Lovelyn kembali mempertanyakan. Harus lebih santun karena takut justru Aster yang meledak nantinya. Dia masih tak bisa menanganinya jika itu terjadi. Setidaknya untuk saat ini.
"Ngapain si lu di sini?" Tanya Gio yang kini malah berubah genit. "Kayak menyerahkan diri gitu sama Aster? Lu suka, sama Aster? Lagi nyari-nyari dia yah?" Gio menunjuk Lovelyn dan Aster bergantian. Tuduhan tak berdasar itu tentu membuat keduanya meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aster
Fantasy(FOLLOW DULU ATUH, BIAR SAMA-SAMA ENAK YE_KAN..) CERITA INI MENGANDUNG KETIDAKJELASAN, KEGABUTAN, KEHOREAMAN, KEGILAAN, KESIN**TINGAN, KEJENUHAN, KEBISINGAN, KEHENINGAN SEMUANYA POKONAMAH.. JADI JANGAN TERLALU BEREKSPEKTASI TINGGI.. BISI KECOA.. ~ ...