.
.
.
.
.
.
NEXT JANGAN YE..
Menerka-nerka itu suatu kejahatan!
Lovelyn keluar dari gerbang rumahnya dan menemukan sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan pagar. Tadi Evan mengirim sebuah chat yang katanya sedang menunggunya di depan. Ada apa memangnya? Kalau diingat-ingat ketika di sekolah, Evan bahkan sempat terlihat enggan bicara dengannya bahkan menghindar. Tapi sekarang malah minta ketemu? Aneh si ini.
"Masuk!" Ujar Evan ramah yang ternyata masih enggan turun dari mobilnya.
"Ada apa?" Tanya Lovelyn heran. "Lu mau futsal?" Ia kembali bertanya karena melihat Evan memakai kaos jersey bertuliskan Utopia.
"Heem bentar lagi." Evan sempat melihat jam di tangan kemudian kembali tersenyum ramah pada Lovelyn. "Mau ikut gak?" Ajaknya setelah Lovelyn sukses masuk ke dalam dan duduk di sampingnya.
"Kemana?"
"Latihan futsal." Jawab Evan semangat. Sejak datang tadi, wajahnya sedikit berbinar meski dengan mata yang memerah kayak iritasi bahkan terlihat berair. Atau sudah menangis?
"Van, lu bukannya sakit? Kenapa harus olahraga yang berat-berat si?" Tanya Lovelyn heran.
"Penyakit gue gak seberat itu kali Lyn." Kekehnya. Lovelyn masih melihat keanehan itu. Evan tak terlihat tulus seperti Aster. Apa mungkin selama ini dia salah? Mungkinkah seharusnya yang ia curigai itu Evan? Atau mungkin ini akibat dari keseringan interaksi sama Aster?
Lovelyn hanya bisa mengangguk seolah-olah paham.
"Jadi gimana? Ikut gak?" Evan kembali menawari.
"Boleh deh." Gak enak juga kalau harus menolak. Kayaknya dia bakal kecewa kan? Lagian Evan siapa sih? Lovelyn juga sudah mengenalnya sejak lama. Meski tak yakin dengan dia yang sekarang itu seperti apa, tapi Lovelyn bisa pastikan ini Evan yang dulu.
"Ya udah, pake sabuk pengamannya." Pinta Evan.
"Lah? Gue ganti baju dulu kali.." Lovelyn hanya memakai sporty hot pants dan tanktop putih yang dibalut kardigan rajut. Setelan rumahan yang mana boleh digunakan buat jalan? Apalagi sama doi ye kan? Eh? Maksud Lovelyn seenggaknya kalau mau pergi jauh dari rumah bukankah pakaiannya tidak seperti ini?
"Ngapain ganti baju? Gini aja udah cantik.." Ungkap Evan yang seketika membuatnya merinding. Gak tau kenapa rasa yang dulu pernah ada menghilang entah kemana. Mungkin tergantikan kali ya? Ada banyak cowok lain yang pesonanya lebih bikin sesak daripada Evan. Aster misalnya.
Heh! Jangan mikir kejauhan! Maksudnya Ayaz! Bukan Aster ya! Inget! Lovelyn berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Terlalu cetek kalau harus disebut jatuh cinta pada Aster secepat ini kan? Lagipula, masih ada Ayaz di hatinya. Ya! Ini harus terus menerus diulang biar gak lupa diri.
"Masa gue pake ginian si Van.. Gue juga mau bawa duit dulu." Lovelyn melihat kembali kardigan tipis yang ia kenakan bahkan tak bisa menahan dinginnya malam itu. Atau setidaknya bawa duit lah. Meski recehan, tapi buat jaga-jaga kan?
"Duit lu masih ada di gue. Kenapa juga kemarin tf gue 10 juta si Lyn?" Tanya Evan mulai membahas padahal selama ini tak pernah mempertanyakan. Entah tak sempat melihat ponsel, atau memang tak peduli. Lovelyn makin curiga dengan tingkahnya ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/375933888-288-k865785.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aster
Fantezie(FOLLOW DULU ATUH, BIAR SAMA-SAMA ENAK YE_KAN..) CERITA INI MENGANDUNG KETIDAKJELASAN, KEGABUTAN, KEHOREAMAN, KEGILAAN, KESIN**TINGAN, KEJENUHAN, KEBISINGAN, KEHENINGAN SEMUANYA POKONAMAH.. JADI JANGAN TERLALU BEREKSPEKTASI TINGGI.. BISI KECOA.. ~ ...