Bab 32

15 3 1
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dari sekian banyak minuman beralkohol di kulkas rumah Bayu, Aster hampir menuntaskan setengahnya. Padahal hari masih terang benderang namun mereka memilih untuk menepi di rumah Bayu. Tadinya supaya Aster lebih tenang. Tapi nyatanya malah diam makin parah dan tak berhenti minum sejak datang tadi.

Ketika meninggalkan Aster di gedung belakang, Lovelyn langsung berlari kemudian meminta Bayu dan Gio untuk menyusulnya di sana.

"Padahal kalian saling suka. Kenapa malah gini sih? Heran gue. Si Lovelyn kenapa malah milih pacaranya? Padahal gak masalah kalau perasaan udah berubah mah wajar-wajar aja. Kolot banget pemikirannya." Gio kembali mengomentari namun sama sekali tak ada respon apapun dari Aster.

"Udah Ter.." Bayu mencoba membuat Aster berhenti meminum minuman itu namun tentu di tepis kasar. Bahkan tatapannya pun benar-benar tak bersahabat.

"Percuma Ter! Gak akan ngaruh di elu!" Gio yang malah setengah tebleng kembali bergumam sendiri. "Mau minum satu toren pun lu gak bakal mab**ok!" Gio tau betul akan hal ini. Aster kayaknya memang kebal alkohol. Dia tak pernah sekalipun mab**UK meski minum banyak.

Sreeettt brakkk..

Aster melempar semua botol-botol kosong itu hingga hancur berserakan di lantai. Dia bahkan hanya bisa kembali mengusap wajahnya berkali-kali karena entah mengapa lagi-lagi tak bisa berhenti menangis.

"Ancur parah dia.." Bayu menghela napas berat kemudian hanya bisa melipat tangannya di dada sambil menggeleng pelan.

"Lu tau kan sekarang? Rasanya ditinggal Leyli tuh persis kayak begitu!" Gio malah ikut melantur. Dia bahkan ikut menangis ketika ingatan tentang Leyli kembali tanpa diundang. "Sakit Ter! Sakit!" Gio menunjuk-nunjuk dadanya kemudian kembali menegak minuman haram itu lagi.

"Udeh.. Lu gak bakal bisa bangun besok.." Cegah Bayu. Harus ada salah satu yang sadar diantara ketiganya. Setidaknya Bayu harus mengawasi. Hah.. Memang tak ada yang normal di sana. Pikir Bayu.

Tuk
Tuk
Tuk

Ting..
Ting..

Suara ketukan yang di lanjut dengan pencetan bel itu pasti orang yang sama. Bayu sudah hafal dengan kebiasaan itu.

"Masuk aja Tom!" Bayu berteriak enggan bangkit dari duduk nyamannya.

Cklek..

Tuk
Tuk
Tuk
Tuk
Tuk

Suara pentopel khas dari Tomi selalu bikin nyaman. Jika Tomi sudah ke sini, artinya ini adalah jam pulang sekolah kan? Dia pasti ke sekolah dulu untuk menjemput Aster. Dan sesuai perkiraan, jika tak ada di sekolah, mereka pasti ke sini. Tomi sudah benar-benar hafal.

"Mas.. Tuan minta Mas ke padepokan Mbah Gun lagi hari ini." Tomi bahkan tidak mempertanyakan keadaan yang kacau balau itu terlebih dahulu.

"Dih.. Jahat lu. Paling enggak tanya kabar Bos lu dulu kek. Baru suruh dia kerja! Gak ada sopan-sopannya perasaan." Gio yang masih melantur kembali mengomentari sikap Tomi tanpa rasa takut.

"Mab**ok dia.. Gue aja sama Aster.." Bayu hendak bersiap.

"Gak.. Mas Aster aja." Tomi kali ini tidak meminta Bayu untuk ikut. "Perintah dari Bapak Mas.. Mbah Gun katanya minta Mas aja yang kesana." Jelas Tomi dengan tenang.

"Ah.." Bayu mengangguk paham tanpa mempermasalahkan.

"Mas?" Tomi masih menunggu reaksi Aster yang masih meringkuk di atas karpet sambil bersandar ke sofa dan menutup mata dengan tangannya sejak tadi tanpa bergerak sama sekali.

"Ter?" Bayu mulai panik lalu melompat turun. Perlahan, ia mengguncangkan tubuh Aster sedikit berharap dia memberinya respon. "Aster.." Bersamaan dengan panggilan Bayu, Tomi ikut berjongkok kemudian mencoba menggenggam tangan Aster.

AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang