Bab 23

14 4 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aster memperhatikan Lovelyn yang kini terlihat sedang bicara dengan para pak polisi yang tiba-tiba datang tanpa di undang itu. Eh, bukan. Sepertinya memang ada pelaporan sebelumnya. Mereka tak mungkin tau Evan di sini jika tidak ada laporan. Ya kan? Tapi penangkapannya berlangsung cepat. Evan juga tak memberontak sampai yang bagaimana. Dia sepertinya sudah tau jika memang telah dicari sebelumnya.

"Bubar aja.." Ujar Aster pelan kemudian berjalan menuju tempat dimana dia menyimpan tas futsalnya bersama yang lain.

Mendengar perintah Aster, semua ikut bubar. Aster sempat membuka sebotol air putih ketika kembali ke bangku penonton yang memang sudah ia siapkan sejak awal, kemudian menegaknya beberapa kali. Pandangannya masih tak bisa lepas dari Lovelyn yang terlihat kebingungan ketika Evan sudah dibawa pergi oleh mereka. Kini dia terlihat gagu sendiri di sana.

Lovelyn sepertinya sibuk mencari kontak yang bisa dihubungi. Mungkin Ayahnya? Siapa lagi memang? Namun bukankah tadi dia sudah bilang pada ayahnya akan pulang bersama Evan? Ayahnya sudah percaya dan kemungkinan sekarang tengah meninggalkan ponselnya di suatu tempat sedangkan dia sibuk dengan laptop. Jam-jam segini, memang waktunya Anthony sibuk di ruang kerja rumahnya. Terbukti ketika Lovelyn menghubunginya beberapa kali dan tak ada jawaban sama sekali.

"Balik?" Tanya Bayu. Aster mengangguk kemudian menutup kembali air mineral yang belum sempat ia habiskan seluruhnya.

"Butuh yang seger gue." Gio tiba-tiba datang dengan raut yang masih emosi. Maksud Gio kemungkinan besar dugem. Entah sudah membicarakan apa bersama mereka yang jelas Gio terlihat marah-marah gak jelas.

"Gak usah macem-macem." Kali ini Aster tidak merestui dan malah memandangnya tajam. Gio mengangguk lalu balik lagi buat gabung gibahin si Evan bersama yang lain. Pandangan Aster lagi-lagi masih tertuju pada Lovelyn yang kini malah berjalan menuju keluar gedung. Aster sedikit terhenyak bahkan tiba-tiba bangkit.

"Yuk!" Bayu kembali mengajak Aster kemudian menarik baju belakang Gio meski dia masih koar-koar sana sini dengan semangat.

"Eh.. eh.. Bang**ke! Sakit!" Keluh Gio yang lalu melambai pada teman-temannya yang lain. "Kita lanjut di sekolah nanti ya!" Pamit Gio yang tak mungkin bertahan bersama mereka sedangkan Aster dan Bayu memintanya pergi.

"Buru-buru amat si lu?" Gio menyenggol Bayu karena menarik bajunya seperti itu dan membenahinya biar kembali rapi. Gio sangat memperhatikan penampilan kan? Pantang kalau harus acak-acakan.

Namun jawaban Bayu tentang sikapnya, hanya sebuah kedipan yang menujuk Aster yang tengah berjalan mengikuti Lovelyn. Meski agak berjauhan, tapi sangat jelas pandangan Aster tidak bisa lepas darinya.

Bahkan hingga depan gerbang gedung pun, Aster makin terlihat mendekat dan lebih dekat ke arah Lovelyn.

"Lyn.." Setelah menunggu-nunggu sepanjang perjalanan, Gio dan Bayu mendengar Aster memanggil Lovelyn pada akhirnya. Ini dia. Setelah menanti Aster memanggil sepanjang perjalanan, mereka akhirnya mendengar juga.

Lovelyn menoleh. Bayu dan Gio sempat salting sendiri melihat mereka.

"Gue tunggu di mobil." Ujar Bayu sambil menarik Gio pergi dari sana. Meski penasaran, namun mereka tentu paham Aster butuh privasi.

"Balik bareng kita aja." Ajak Aster.

Lovelyn yang masih memikirkan kenapa Evan sampai menjadi seperti itu, kini malah melihat wajah menyedihkan Aster lagi. Saat melihat Aster mengajaknya ragu-ragu dan kebingungan seperti itu entah mengapa membuat Lovelyn terenyuh. Hatinya berasa makin remuk akhirnya. Apalagi melihat luka lebam di pipi Aster. Pasti sakit. Pikir Lovelyn.

AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang