Bab 4

22 3 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.

Let's party guys..

🥳🥳

.
.
.
.

Lovelyn sebenarnya enggan datang. Namun ada beberapa pesan masuk di ponselnya. Gak! Bukan beberapa. Tapi ada dua puluh lima lebih nomor baru yang meminta Lovelyn datang tepat waktu di pesta malam itu. Dan semuanya, sama sekali tidak dia kenal. Tak ada satupun!

Bahkan setiap sepuluh menit sekali, ada nomor baru yang memanggilnya dan begitu di angkat, orang di seberang sana meminta hal yang sama. Yaitu, jangan terlambat di pesta malam ini. Hanya itu saja.

Sempat terdiam memandangi tas sekolah bertuliskan Utopia Internasional High School yang tergeletak di atas kasur kamarnya, Lovelyn mulai menimang-nimang untuk pergi atau tidak.

Kenapa juga Aster bersikeras mengadakan pesta untuknya? Pesta macam apa memangnya? Lovelyn benar-benar penasaran. Lalu, jika dia tak datang memangnya apa yang akan terjadi? Gumam Lovelyn.

Ah..

Tapi memangnya siapa sih Aster? Bukankah mereka hanya teman sekelas yang pasti umurnya pun tak jauh berbeda dengannya. Itu artinya, pemikirannya pun bisa jadi hampir sama kan? Lagian pesta yang mereka maksud pesta apa si? Makin di pikirkan, Lovelyn makin penasaran hingga pada akhirnya..

Oke! Pergi saja!

.
.
.

Lovelyn hanya ingin tau. Memangnya pesta macam apa yang Aster maksud? Dia bahkan tidak mempersiapkan apapun. Pakaian seadanya. Hanya kaos oversize hitam dengan celana pendek longgar dan sebuah waist bag yang sengaja ia kenakan untuk menyimpan ponsel. Bahkan rambut pun, hanya ia gerai seperti biasa. Benar-benar polos tanpa persiapan apapun.

Dia memesan taxi online menuju tempat yang mereka tunjuk sejak pulang dari sekolah tadi. Oke lah. Soal menyesal karena berangkat malam itu, urusan nanti saja. Lovelyn hanya penasaran.

Lima belas menit menempuh perjalanan, akhirnya Lovelyn sampai di tempat itu.

Ah.. Ternyata hotel lama. Mereka boleh juga. Tipe-tipe anak manja yang suka hura-hura dan menghabiskan duit orang tuanya. Mereka kayaknya generasi perusak bangsa. Lovelyn hanya bisa menggeleng selagi melenggang masuk menuju tempat pesta.

"Nona Lovelyn?" Tanya seorang pria berseragam hotel itu ramah. Loh? Kenapa kenal? Dia bahkan belum bertanya apapun sejak masuk ke dalam lobby.

"Iya?" Lovelyn heran.

"Mas Aster sudah menunggu Nona.." Ujarnya ramah.

"Aster?" Aster doang yang nunggu? Anjir gue di jebak? Jangan-jangan mau diperkosa? Pikiran Lovelyn mulai melayang kemana-mana.

"Ya! Mas Aster dan semua teman-temannya sudah sampai di sini sejak sore tadi. Mereka sedang bersenang-senang di swimming pool. Mas Aster meminta saya untuk menunggu Nona Lovelyn di sini." Ungkapnya sangat sangat ramah. Pria itu meminta Lovelyn mengikuti langkahnya ke arah kanan meja resepsionis. Mau tak mau, dia mengikuti dengan sopan. Aneh sih, hotel tua itu terlihat sangat sepi. Meski bersih, wangi, dan temaram lampu yang cantik, namun tetap saja terlihat kosong. Apa di sewa seluruhnya? Pegawai itu bahkan meninggalkan meja resepsionis kosong hanya untuk mengantarnya ke tempat pesta.

Sepertinya ini bukan kali pertama Aster memesan Hotel ini untuk pesta. Atau jangan-jangan Hotel ini milik keluarganya? Gumam Lovelyn kembali sibuk dengan pikirannya sendiri.

Lupakan soal pikiran kotor Lovelyn tadi. Dia malu sendiri ketika pria ramah itu berkata jika Aster sudah datang bersama semua teman-temannya. Gilak gak tuh? Memangnya berapa orang kira-kira yang datang?

AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang