Bab 35

29 1 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aster tertidur ketika sampai di CIT mall. Tomi bahkan sudah memarkir mobilnya di parkiran basement sejak tadi namun enggan membangunkannya. Tomi hanya ingin Aster beristirahat meski hanya sejenak. Meski lama-lama khawatir juga. Jangan-jangan mati? Pikir Tomi.

"Emh.. Kenapa gak bangunin?" Aster tiba-tiba menggeliat kemudian sedikit meringis lagi. Namun sepertinya tak separah tadi. Tomi sebenarnya lebih ingin membawa Aster ke rumah sakit untuk cek semuanya sekarang. Setidaknya kalaupun memang benar kesakitan Aster karena cintanya pada Lovelyn, kalau sudah dipastikan di rumah sakit bukankah lebih masuk akal? Meski mengikuti Aster sudah lama, Tomi masih tetap ingin berpikir logis.

"Mas.. Kayaknya saya lihat dia baru aja keluar sama laki-laki. Mereka pergi pakai mobil kuning." Tomi sepertinya sudah siap kena semprot bahkan sebelum mengatakan kalimat itu. Andai Tomi tidak melihat mereka pun, dia akan tetap membiarkan Aster tidur supaya bisa beristirahat.

Aster menatap tajam ke arah Tomi tentu saja. Namun dia sedang tak ada tenaga untuk meledak. Akhirnya hanya berpikir untuk menyusul mereka saja.

"Ke rumah Lovelyn!" Titah Aster dingin. Mendapat perintah seperti itu, membuat Tomi sedikit merasa bersalah. Bukankah seharusnya dia kena marah dulu? Sikap Aster benar-benar membuat Tomi makin khawatir. Jika seperti ini, bukankah jelas, Aster bahkan enggan membuang energinya percuma?

Tomi akhirnya hanya mengangguk kemudian melaju tanpa babibu.

"Mereka pakai baju apa? Ingat gak?" Aster sempat mempertanyakan. Bukan apa-apa, sekilas dalam mimpinya, Aster melihat outfit biru yang mereka kenakan.

Tomi tersenyum kecut sebelum menjawab. "Mereka kayak couple. Pakai kaos biru-biru. Makannya saya langsung sadar karena mencolok Mas.." Jawab Tomi yakin. Sedangkan Aster berpikir lebih banyak dari itu. Apa mungkin tadi dia melihat masa depan Tomi? Tapi bukankah dia hanya tertidur saking lelahnya menahan sakit? Pikirnya yang bagaimanapun caranya menerka, tetap tak menemukan jawaban pasti.

"Cepat Tom.." Pinta Aster kali ini melihat ke depan seolah benar-benar berharap cepat menyusul mereka.

"Baik Mas.." Tomi menyanggupi dan langsung tancap gas.

Arah rumah Lovelyn sepertinya hanya satu dari jalur itu. Menurut perkiraan Tomi, seharusnya mereka belum jauh.

"Oh?" Ada! Tomi melihat mobil kuning itu di depan. "Itu mobilnya Mas!" Tunjuk Tomi yang kemudian berusaha lebih dekat dengan mobil mereka.

"Ikuti aja di belakang." Ujar Aster yang kemudian memperhatikan dari belakang. Rasanya ingin menghentikan mobil itu dan melabrak mereka, kalau bisa merobek-robek baju yang mereka kenakan. Semakin dipikir,  kaos yang mereka kenakan malah semakin jelas. Bahkan Aster bisa melihat tulisan nama mereka pada masing-masing baju itu dan membuatnya makin panas. Jantung itu mulai berulah lagi. Sakit..

"Gak papa Mas?" Tomi memperhatikan meski sedang mengemudi. Namun tak ada jawaban. Pandangan Aster masih lurus tak lepas dari mobil kuning yang mereka ikuti. Bahkan laju mereka begitu pelan. Maksudnya apa? Biar makin lama di perjalanan dan makin lama bersama? Kocak! Kalau Aster yang menggenggam kemudi itu, kayaknya mereka bakal di gelinding habis. Gatal sekali rasanya.

Mereka mulai masuk ke dalam komplek rumah Lovelyn hingga sampai di depan rumahnya. Bahkan setelah berhenti pun tak cepat-cepat turun. Apa yang sedang mereka lakukan sebenarnya?

Deg!

Gak bisa!

Nunggu aja bisa-bisa makin gila. Aster memutuskan untuk turun dan melihat sendiri dengan mata kepalanya.

"Mas!" Tomi berusaha mempertanyakan namun terlambat. Lagipula Aster tak mungkin menjawab. Tomi hanya bisa ikut turun untuk berjaga-jaga. Meski Aster memiliki cukup ilmu bela diri, tapi dia gak bisa hanya berdiam saja. Apalagi, kondisinya tau sendiri kan? Aster bisa tumbang kapan saja. Padahal penyebab Aster kesakitan pun, belum bisa dipastikan dengan jelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang