Bab 12

14 3 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pertemuan dengan Kiyai Zidan cukup menegangkan. Pihak sana pun tak lagi main-main sekarang. Tentu saja di pukuli sampai masuk rumah sakit menjadi pelajaran berharga bagi Kiyai Zidan. Dia kini membawa lebih banyak orang untuk menjadi bekingan.

"Saya sudah memberi banyak uang sama Ayah kamu! Jangan sampai saya sebar ke media kalau kamu itu bisa di sejajarkan dengan dukun juga. Bahkan kamu otak dari semua dukun-dukun di negri ini." Ungkapnya dengan penuh penekanan saking kesalnya.

"Kiyai juga hancur kalau saya naik ke media. Berikut teman-teman anda dan semua circle berlabel dukun. Semua habis. Saya yang ambil alih semua. Inget? Kalian gak punya kemampuan apa-apa tapi ngaku-ngaku jadi dukun, bahkan ngaku-ngaku jadi keturunan Nabi? Konyol." Ucap Aster terkekeh tenang sambil duduk dengan elegan di temani teman-temannya. Udah kayak mafia yang lagi diskusi tentang barang haram gak sih?

"Pokoknya saya gak mau tau. Kembalikan uang saya!" Kiyai tetap tak mau rugi.

"Pak Kiyai.." Aster memandangi pria paruh baya dengan sorban putih dan slendang hijau andalannya itu. "Perjanjian anda dengan ayah saya awalnya tentang apa?" Tanya Aster masih dengan tenang.

"Klien saya ingin tau seberapa besar potensi bisnis yang dia punya."

Brakkkk..

"Nah! Cuma itu kan? Kenapa jadi santet?" Aster sampai menggebrak meja hingga membuat beberapa pagar betis Kiyai hendak turun tangan. Namun si Kiyai gadungan menahan dengan wajah tegang.

"Ya.. Masih mirip-mirip lah..?" Si Kiyai mulai gelagapan.

"Bagian mana yang sama?! Orang bego-pun tau, itu dua kalimat yang jauh berbeda! Anda sehat Pak?" Sambar Aster yang lagi-lagi membuat Kiyai tersentak beberapa kali. Sepertinya Aster curiga Kiyai Zidan punya transaksi lain dengan kliennya itu.

"Ya.. mm.. i.. y... Pokoknya balikin duit saya!" Kiyai masih enggan mengaku meski terlihat takut-takut.

"Tomi!" Panggil Aster.

"Ya Mas?" Tomi sigap menghampiri.

"Bawa klien Kiyai Zidan ke sini sekarang!" Ujar Aster sambil menatap tajam ke arah Kiyai.

"Iya iya.." Kiyai akhirnya memotong. Sepertinya ingin mengakui sesuatu. "Klien memang nawarin uang lebih banyak kalau bisa nyantet musuhnya." Aku Kiyai Zidan sambil menunduk lebih dalam karena kian menciut.

Aster makin naik darah dibuatnya.

"Anda makin tersesat Pak Kiyai." Tuduh Aster yang kini benar-benar kecewa. "Awalnya saya kenal anda, saya pikir anda hanya seorang Agamawan yang gila hormat. Tapi nyatanya anda setan yang nyamar jadi Agamawan?" Kekeh Aster dengan senyuman miris.

"Oke!" Aster kini bangkit. Dia sudah sampai pada kesimpulan akhir. "Anda mau uang? Saya kasih dengan senang hati." Ungkapnya. "Tapi saya pastikan, selain uang yang anda dapat dari saya, Anda tidak akan mendapatkannya lagi mau dalam jumlah kecil, atau besar. Seumur hidup anda akan selalu merasa kekurangan." Mata Aster berbinar biru ketika mengatakan semua itu dan Kiyai Zidan melihatnya bak terhipnotis.

"Orang-orang yang pernah menjadi teman anda satu-persatu menghilang. Entah pergi menghindar, mat**i, kabur ketakutan, ataupun sakit. Di sisa-sisa kehidupan yang anda punya, anda akan merasa kesepian. Dan anda akan merasa jika semua yang terjadi terhadap hidup anda saat itu adalah akibat dari kesalahan anda sendiri. Ingat itu."

Kelebat mata biru itu kembali berbinar bak menutup sesi hipnotis. Aster bergegas pergi meninggalkan mereka yang masih terlihat melamun dengan pandangan kosong.

Tomi, Bayu, juga Gio ikut keluar dari tempat pertemuan mereka dan bisa lega karena ini berarti masalah sudah tuntas.

"Lu gak lupa hapus memori Kiyai tentang lu kan?" Tanya Gio.

AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang