Bab 18

10 3 0
                                    

.
.
.
.
.
.

"Heh! Gak ada sopan-sopannya yah lu!" Lovelyn enggan berdiam diri saja sekarang. Kayaknya sudah cukup untuk menahan diri selama ini. Ada sebulan kan ya? Atau kurang pun bulatkan saja. Lovelyn enggan membiarkan sikap Aster yang makin semena-mena kayak gini. Bahkan ketika di tuduh seperti itu, Aster malah memalingkan wajah lalu menarik selimut memunggungi Lovelyn. Kurang ajar kan?

"Kalau bukan di suruh bokap, gue mana mau nungguin cowok penyakitan kayak lu! An**Ying emang ni orang.." Gerutu Lovelyn pelan selagi menahan geremet. Harusnya gak dia tahan sejak lama gak sih? Sigma Aster yang begitu dibuat-buat itu, bahkan gosip-gosip tak berdasar yang kini terasa dilebih-lebihkan itu membuat Lovelyn tak percaya karena sudah termakan omong kosong dengan begitu mudahnya. Satu kesimpulan yang kini bisa ia runutkan dengan mudah tentang Aster adalah.

Dia Lemah!

"Pergi gak lu.." Aster kembali menoleh lalu menatap Lovelyn penuh ancaman.

"Anj**ing yah lu!" Tunjuk Lovelyn tak percaya karena lagi-lagi di usir bahkan dengan tatapan seperti itu.

"Gak! Gue mau di sini! Kenapa? Gue seneng lu terganggu! Mau apa lu hah?!" Lovelyn malah sengaja melunjak. Terserah aja. Udah gedeg juga sama kelakuannya. Gelud gelud dah.

Aster menatap cewek itu tak percaya. Bisa-bisanya dia bar-bar begitu padahal beberapa hari ke belakang, dia membantunya menghindari makhluk kuy**ang raksasa itu supaya tidak melukainya. Makin dipikir makin kesal. Tapi Aster hanya bisa menelannya dalam-dalam. Kalau bisa harusnya Aster kabur dan menghindar dari cahaya emas yang menyilaukan itu. Sayang, tubuhnya payah sekarang. Bahkan rasa sakit di dadanya masih belum kunjung hilang. Mereka apakan dadanya? Kenapa masih sakit dan kaku sampai sekarang?

"Nih.. Liat!" Lovelyn yang sempat membuka sebuah chat dan membacanya, langsung memperlihatkan isi chat itu pada Aster.

"Jagain dulu Aster. Papah sama Om Erlangga mau cari Om Sera dulu.."

Jam --> 00.54 WIB

Aster membacanya lalu melihat jam di sudut kiri layar ponsel. Ya. Solusinya memang ada di orang itu. Orang yang membuat makhluk itu ada dan berkeliaran bahkan menganggu serta menyakiti Lovelyn dan Om Anthony tanpa mereka sadari. Ayahnya Erlangga pasti sudah tau persis bagaimana cara menyelesaikan masalah tentang makhluk aneh itu. Aster bisa istirahat sekarang. TAPI..

Kenapa harus sama kuy**ang yang satu ini? Keluh Aster dalam hati.

"Gue gak bisa apa-apa kalau ini perintah bokap. Jadi, lu jaga sikap! Jangan sampai gue cekek lu! Dan gak usah ngusir-ngusir segala! Gue juga gak mau di sini kok." Lovelyn kembali menjelaskan dengan gamblang seolah ingin memberi paham begitu Aster hendak membuka mulut kembali.

"Ya kalau gak mau pulang!" Aster kekeuh tak ingin ditemani apalagi oleh Lovelyn. Bukankah selama ada dia, energinya akan terkuras habis? Dan lagi, tadi bahkan Aster sempat mati suri gara-gara kekuatan Emas milik Lovelyn? Ah.. Dia berbahaya.

"Ihz! Lu yah..!" Lovelyn hampir melayangkan pukulan namun ia urungkan ketika Aster mengerinyit ketakutan. Eh?

Kenapa? Terlalu berlebihan kah? Pikir Lovelyn karena tiba-tiba rasa iba itu kembali menyelusup dalam hati kecilnya. Aster kini terlihat setengah bersembunyi dibalik selimut.

"Udah diem aja deh lu! Istirahat! Tidur! Gue di sini." Lovelyn kembali dengan ponselnya berusaha untuk tidak peduli dengan ocehan kecut Aster yang nyatanya malah terlihat menyedihkan itu.

"Mana bisa tidur kalau lu di sini." Keluh Aster lagi. Dan mau tak mau, kembali membuat Lovelyn naik darah.

"Butuh pingsan lagi lu biar bisa tidur?" Lovelyn sengaja mendekati wajah Aster yang sontak langsung menjauh selagi menutup sebagian wajahnya dengan selimut. Dia benar-benar terlihat takut. Lagi.

AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang