.
.
.
.
.
.
.Aster ada di sebuah ruangan luas dengan tirai menjulang bernuansa abu. Dia terbaring di sofa panjang itu dengan mata tertutup tangannya sendiri.
Sedangkan Gio sibuk mencari-cari sesuatu di dapur yang memang tak jauh dari ruang tengah itu. Dia membuka kulkas dan mematung lumayan lama ketika melihat isi di dalamnya. Kemudian pandangannya beralih pada jam di tangannya.
Sumpah. Ini bahkan belum malam. Matahari di luar sana masih enggan tenggelam dan masih terang benderang karena memang Aster malah pulang ke tempat ini. Padahal kelas tadi masih belum selesai.
Kenapa juga pengen minum pun godaannya begitu berat? Isi kulkas itu hampir semua minuman beralkohol. Meski dalam kadar ringan, tapi tetap saja gak elok jika minum-minum siang bolong begini. Pikir Gio.
"Gak punya minuman soda lu?" Tanya Gio pada orang yang tiba-tiba keluar dari sebuah pintu di samping dapur. Sepertinya itu pintu menuju parkiran belakang. Orang itu pun terlihat sedikit basah terkena cipratan air. Sepertinya memang baru saja selesai mencuci mobil.
Diperhatikan seperti apapun, orang yang baru saja bergabung bersama Aster dan Gio itu adalah orang yang sama dengan pegawai resepsionis hotel tempat pesta Lovelyn kemarin.
"Minum aja yang ada! Ribet amat lu!" Cecarnya yang kemudian melangkah mendekati Aster dan duduk di sofa sambil menghela napas. "Kenapa lagi lu?" Tanyanya melihat Aster yang masih dalam posisi yang sama tanpa bergerak sama sekali.
Gio hanya bisa menuangkan beberapa balok es batu ke dalam gelas untuk ia cairkan nanti. Disana benar-benar tak ada minuman normal. Tahan. Jangan sampai tergoda. Malam nanti masih harus ketemuan sama Leyli. Dia gak suka bau alkohol. Kalaupun harus putus besok, setidaknya Gio harus usahakan yang terbaik. Bukankah cinta memang harus diperjuangkan?
"Heh! Bayu! Mentang-mentang lu kagak sekolah tiap hari mab**ok ae kerjaan lu!" Tuduh Gio yang kemudian ikut bergabung bersama mereka. Tak ada jawaban apapun dari Bayu atas tuduhan Gio tadi. Dia hanya memasang wajah masam sambil bersandar lebih nyaman lagi di sofa itu. Sedangkan Aster terlihat masih enggan bergerak sama sekali. Entah apa yang sedang ia pikirkan sekarang. Aster terlihat kelelahan.
"Ter! Kenapa si Lu?" Gio makin heran dengan tingkah sahabatnya itu. Bayu sempat saling pandang dengan Gio penuh tanya, selagi menunggu Aster menjawab.
"Ter?" Bayu kembali bertanya karena tak kunjung mendapat jawaban.
"Gue butuh darah Lovelyn.." Ujarnya lalu bangkit dan duduk dengan kedua tangan saling bertaut dengan wajah serius.
Deg!
"Set***an lu!" Gio tentu saja mengutuk tanpa ragu. Bukankah kemarin mereka sempat memukuli Kiyai Zidan karena meminta Aster buat nyan***tet seseorang? Kenapa sekarang malah minta bun***uh orang? Pikir Gio.
Aster membuka tangannya kemudian perlahan bangkit dan memandang Gio dengan serius.
"Gue ragu golongan darahnya B.. Dia sempet bohong sama gue. Kayaknya bukan B atau O. Bisa jadi beneran darah Emas." Ungkap Aster dengan polosnya tanpa tau apa yang kedua sahabatnya itu pikirkan sekarang.
"As..tagaah.." Gio mengelus dada sedangkan Bayu terlihat lega dengan apa yang Aster ungkapkan pada akhirnya. Awalnya mereka pikir Aster bener-bener ingin membu***Nuh orang. Tapi ternyata hanya ingin tau dengan pasti golongan darah Lovelyn? Kocak sih. Pikiran mereka sudah terbang kemana-mana namun ternyata Aster tidak sejauh itu.
"Gue harus cek darah dia depan mata gue sendiri." Aster masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Gio dan Bayu kembali saling lirik tanpa bisa berkomentar apapun. Mereka pun tak tau dimana letak masalahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aster
Fantasy(FOLLOW DULU ATUH, BIAR SAMA-SAMA ENAK YE_KAN..) CERITA INI MENGANDUNG KETIDAKJELASAN, KEGABUTAN, KEHOREAMAN, KEGILAAN, KESIN**TINGAN, KEJENUHAN, KEBISINGAN, KEHENINGAN SEMUANYA POKONAMAH.. JADI JANGAN TERLALU BEREKSPEKTASI TINGGI.. BISI KECOA.. ~ ...