.
.
.
.
.
.
."Gue cuma bisa pake Betadine Ban**gsat!!" Sentak Lovelyn setelah menutup mata padahal mereka benar-benar menunggu hal baik bahkan keajaiban mungkin?
Aster kembali tertegun mendengar jawaban Lovelyn dan melihat reaksinya ternyata seperti itu. Gak bisa! Seharusnya ini bisa dijelaskan oleh logikanya sendiri. Kalau gini caranya, sepertinya ia perlu mencari cara lain untuk mendapat jawaban yang ia mau dengan cara apapun. Jika bukan dengan ini, pasti dengan cara lain. Pikir Aster yang akhirnya menyimpulkan jika kekuatan Lovelyn bukanlah ini. Dan biar bagaimanapun, Lovelyn sudah terlanjur tau banyak. Aster ingin mengungkap jati dirinya saja tanpa sekat apapun. Setidaknya dengan begitu, dia akan lebih mudah mencari tau, cahaya emas apa yang Lovelyn miliki itu.
Dia kembali mengambil tangan Lovelyn yang sempat terlepas lalu mengunakan telapak tangan itu untuk menutup lukanya lagi. Genggaman Aster begitu kuat hingga Lovelyn tak lagi bisa menghindar meski berontak seperti apapun. Bayu dan Gio hanya diam memperhatikan. Mereka tentu tau apa yang sedang Aster lakukan sekarang.
Kali ini jika bukan Lovelyn yang menggunakan kekuatannya, biar dia saja. Terlalu rumit jika harus menjelaskan pada Lovelyn tentang ini. Biar dia yang melihatnya sendiri.
Aster mulai menutup matanya. Tangannya yang bebas menumpuk tangan Lovelyn hingga lebih erat menggenggam luka itu. Dia terlihat fokus sekarang. Perlahan tapi pasti, Aster mengusap luka sepanjang tujuh senti itu dari arah atas lalu ke bawah hingga semua permukaannya tertutup kembali dengan ajaib. Meski setelahnya, Aster ambruk karena kehilangan banyak energi.
Bayu dan Gio sudah khatam soal ini. Mereka tak terlihat heran melihat Aster menyembuhkan lukanya sendiri seperti itu. Meski tak sering, namun Aster memang pernah melakukannya beberapa kali.
Hanya Lovelyn yang kini melongo tak percaya. Padahal darah di tangan putih milik Aster masih berlumuran di tangannya bahkan dia pun bisa merasakan basahnya. Tapi luka robekan yang semula menganga tiba-tiba menghilang tanpa berbekas. Dibolak-balik seperti apapun, Lovelyn tak menemukan bekasnya dan hanya melihat darah berceceran bekas sayatan tadi.
Sontak ia melempar tangan Aster kemudian menjauh dengan panik. Sumpah! Kini seluruh tubuh Lovelyn kebas tak terkendali dengan keringat dingin dimana-mana. Jantungnya mulai berasa tertindih beban hebat.
"Lyn?" Aster mencoba mendekat meski dengan sisa-sisa tenaga namun kembali hanya mendapat tepisan kasar.
"GAK!! Jangan deket-deket!" Jerit Lovelyn yang entah mengapa tiba-tiba menangis sejadi-jadinya. Dia hanya ingin mengeluarkannya sekarang. Jika tidak, dadanya akan semakin terhimpit dan itu sakit.
Bukannya mendengarkan, Aster malah semakin mendekat kemudian sempat mengelap bekas darah di tangannya dengan tisu lalu setelah memastikan semua bersih, Aster mencoba meraih tangan Lovelyn lagi dengan lembut.
"Lyn.." Aster kembali menangkap netra emas itu. Mencoba mengambil fokusnya supaya bisa kembali diajak bicara.
"Lu.. Kenapa.." Lovelyn kehabisan kata-kata. Entah mengapa air matanya malah semakin berjatuhan tak terkendali. "Tadi.." Masih berusaha mempertanyakan, namun yang keluar hanya kicauan gagu yang bahkan dirinya pun tak mengerti. "Apa?!.." Lovelyn berteriak. Kini benar-benar melepasnya. Terserah saja. Dia ingin menangis dulu sekarang. Tak masalah jika harus menjerit-jerit sekalipun.
Gep..
Deg!
Aster tak tega dan malah memeluknya sekarang.
Bayu dan Gio salting sendiri.
"Kita pergi aja." Ajak Gio yang ternyata sudah menemukan kunci yang tergeletak di lantai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aster
Fantasy(FOLLOW DULU ATUH, BIAR SAMA-SAMA ENAK YE_KAN..) CERITA INI MENGANDUNG KETIDAKJELASAN, KEGABUTAN, KEHOREAMAN, KEGILAAN, KESIN**TINGAN, KEJENUHAN, KEBISINGAN, KEHENINGAN SEMUANYA POKONAMAH.. JADI JANGAN TERLALU BEREKSPEKTASI TINGGI.. BISI KECOA.. ~ ...