Hari ini, Karabella di perbolehkan pulang setelah dua hari di rawat. Mavell yang selalu menemani Karabella pun kini tengah menuntunnya untuk berjalan ke arah mobilnya. Selama Karabella dirawat, Mavell merasa ada yang aneh dengan sikap Karabella.
Karabella sering melamun saat wanita itu ditinggalkan sendirian.
Mavell bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apa yang sedang tunangannya itu pikirkan? Dirinya juga tak menampik bahwa perbuatan Javier waktu itu, pasti masih terbayang di pikirannya. Selama perjalanan pulang, Mavell tak pernah melepaskan genggamannya pada tangan Karabella. Sesekali Mavell mengecup punggung tangan yang lebih kecil darinya itu.
Sesudah sampai di rumah, mereka langsung pergi ke kamar. Karena di rumah hanya ada pembantu, dan mereka berdua; Wilo yang masih bersama Susan, dan Maudy yang kini sudah mulai sekolah.
"Aku mandi dulu ya?" ujar Karabella yang hanya diangguki oleh Mavell.
"Aku tunggu disini." jawab Mavell yang tengah duduk sambil membuka laptopnya.
Karabella pun masuk ke dalam kamar mandi yang di dominasi oleh kaca itu. Nampak wanita itu menghela nafasnya berat, namun langsung memasuki bathub yang sudah terisi air berbusa itu.
Pandangannya tertuju pada sebuah cermin di depannya yang memperlihatkan wajah serta pundaknya. Bekas-bekas itu masih ada, dibandingkan dengan bekas cekikkan yang di ciptakan oleh Javier, Karabella lebih sakit saat melihat tanda merah keunguan yang lain, Karabella merasa jijik melihatnya.
Dengan kasar, ia menggosok semua bekas itu dengan sangat kasar hingga lehernya menimbulkan efek kemerahan. Air mata itu perlahan keluar, Karabella memejamkan matanya dengan kedua tangan yang masih memegang leher jenjangnya.
Merasa memakan waktu lama di kamar mandi, Karabella memutuskan untuk menghentikan berendam nya dan langsung pergi ke bilik shower.
Setelah beberapa menit, ia keluar memutuskan untuk keluar dengan menggunakan handuk karena wanita itu lupa membawa bajunya. Dan Karabella terkejut saat membuka pintu, Mavell berdiri tepat di depannya dengan membawa sepasang baju untuknya.
"Kamu-"
"Leher kamu kenapa makin merah?" tanya Mavell dengan khawatir.
"O-oh ini.. tadi aku kekencangan pake sabun nya." jawabnya membuat Mavell menatapnya dalam.
Jika diperhatikan, bekas kemerahan itu hanya ada di area leher yang bisa Mavell lihat. Dan dengan cepat Mavell bisa menangkap apa yang sebenarnya terjadi. Melihat Mavell hanya diam, Karabella hanya pasrah jika Mavell mengetahui yang sebenarnya.
Tangan hangat itu hinggap di pipinya, elusan ibu jarinya terasa seperti kapas. Sangat lembut. Keduanya saling menatap, perasaan saling cinta itu mereka tampakkan pada tatapan keduanya.
Lalu tangan itu berpindah pada leher Karabella, begitupun dengan mata tajam itu, namun masih mengusapnya dengan lembut. "Jangan lakuin itu lagi.. makin merah sekarang." ujarnya yang masih mengusap-usap lehernya.
"I hate that marks." Mavell hanya mengangguki. Karena dirinya juga merasa seperti itu.
"I know, tapi bukan kayak gini caranya. Bekasnya gak akan hilang kalau kamu gosok kasar kayak gitu." jawabnya yang kembali menatap wajah sendu Karabella.
"Kamu juga gak suka liatnya kan?" Mavell tak mengelak, "jadi biarin aku hapus bekas sialan ini!" dengan cepat Mavell menahan gerakan tangan Karabella menuju leher wanita itu.
"Mave-"
"Izinin aku buat hapus bekas-bekas ini ya?" sela Mavell sambil menatap mata Karabella yang berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Good Parents
FanfictionTentang Mavella Wira Adhiyaksa, dan Karabella Waverly yang akan sama-sama berusaha untuk menjadi orang tua yang terbaik untuk anak-anak mereka. Dimana masa lalu keduanya saat itu cukup jauh dari kata baik dalam perihal mengurus anak-anaknya. Namun d...