Esok paginya, tepatnya sesudah sarapan. Karabella dan Mavell memutuskan untuk pulang ke rumah karena Wilo merengek meminta mereka untuk segera pulang, dalam panggilan video dari Irene. Dan benar saja, ketika keduanya sampai Wilo langsung berlari menghampiri mereka dan memeluk kaki jenjang Mavell.
Kini, mereka tengah duduk santai di ruang keluarga. Ada Irene, Shenan dan juga Maudy di sana. Dimana Maudy dan Shenan tengah bermain PS bersama sejak tadi.
"Bubu sakit?" tanya Wilo tak henti-hentinya melihat wajah Mavell yang di penuhi luka.
"Sedikit, nanti juga sembuh." jawab Mavell sambil menatap anaknya.
Bibir mungil milik Wilo itu melengkung ke bawah dengan mata yang berkaca-kaca, lalu menyandarkan kepalanya di dada sang bubu yang senantiasa mengelus kepalanya.
"Jangan sakit lagi, bubu~" cicitnya sambil mengeratkan pelukannya pada Mavell.
"Iyaa, bubu gak akan sakit lagi. Ilo tenang aja ya? Bubu gapapa kok." Wilo hanya diam menikmati dekapan hangat bubunya.
Anaknya itu menangis histeris saat melihat wajah Mavell yang penuh luka lebam. Dan selalu bertanya mengapa wajah bubunya bisa seperti itu? Namun sebisa mungkin Mavell menenangkan anaknya itu, bahwa dirinya terjatuh saat berada di kantornya.
Untungnya, si kecil mengangguk percaya.
Hari semakin siang, Shenan mulai berhenti bermain dan mengajak Mavell untuk berbicara berdua di taman belakang. Sementara Wilo bersama Karabella akan tidur siang, dan Maudy yang memang kedatangan dua temannya itu langsung ikut bermain.
"Gue denger ayahnya Javier dateng ke kantor lo ya?" Mavell mengangguk sebagai jawaban.
"Dia cari anaknya." jawabnya singkat.
Helaan nafas terdengar dari Shenan, "gue awalnya berpikir keputusan lo itu emang udah bener. Dia pantes dapetin itu. Tapi setelah ngeliat lo yang kayak gini, ayahnya dateng ke kantor– bahkan sempet mukul lo... Itu buat gue ragu." jelasnya membuat Mavell menatapnya.
Shenan membasahi bibirnya, "Vell, gue rasa lo harus lepasin dia. Gue gak mau terjadi sesuatu sama lo, atau mungkin Bella dan bahkan anak-anak juga. Lo gak bisa ngeremehin keluarga dia, apalagi ayahnya." Mavell hanya diam dan mencerna segala ucapan Shenan.
"Bukannya gue ngeremehin lo, gue percaya sama lo. Tapi kita gak bisa memprediksi apa yang akan terjadi kalo lo masih tetep kekeh. Gue cuman Khawatir."
Mavell mengerti kekhawatiran Shenan. Apalagi dirinya sangat tahu, bahwa Shenan sudah menganggap Bella dan dirinya sebagai adiknya sendiri.
"Tapi gue gak terima kalo dia lolos gitu aja kak," Shenan mengangguk mengerti.
"Lebih baik gitu daripada sesuatu yang gak baik menimpa kalian. Lo bisa jaga Bella sama anak-anak, supaya dia gak macem-macem lagi. Atau cari bodyguard buat jaga mereka, supaya lo bisa tau mereka aman atau nggak. Sebelum semuanya memburuk, lebih baik lo lepasin dia sekarang."
"Gue mohon Vell.. pikirin baik-baik." Mavell terdiam mendengar permohonan Shenan. Karena ini pertama kalinya Shenan memohon padanya.
Mavell menghela nafasnya, "oke. Gue bakal lepasin dia." mendengar itu, Shenan merasa lega.
Namun saat mereka akan kembali berbincang, ponsel milik Mavell berdering. Ternyata Rain yang menghubunginya, membuat Mavell langsung mengangkat panggilan tersebut.
"Hal—"
"....."
Shenan merasa heran ketika Mavell hanya terdiam menerima panggilan dari Rain. Apalagi eskpresi terkejutnya bisa Shenan lihat dengan jelas, bisa Shenan tebak jika saat ini Mavell mendapatkan kabar yang kurang mengenakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Good Parents
FanfictionTentang Mavella Wira Adhiyaksa, dan Karabella Waverly yang akan sama-sama berusaha untuk menjadi orang tua yang terbaik untuk anak-anak mereka. Dimana masa lalu keduanya saat itu cukup jauh dari kata baik dalam perihal mengurus anak-anaknya. Namun d...