Sudah satu Minggu berlalu, namun tidak ada tanda-tanda akan kesadaran Mavell. Selama itu juga Karabella tak pernah absen untuk menemani Mavell. Sementara Maudy ditemani oleh Irene, meskipun Karabella juga sesekali pulang.
Tatapannya terkunci pada wajah lelap Mavell. Lalu ia meraih tangan kirinya dengan hati-hati karena terdapat infusan di punggung tangannya.
"Kamu gak mau bangun apa? Aku kangen tau, kamu emangnya nggak kangen? Wilo juga nanyain kamu terus kapan bangunnya, Maudy juga.. dia nunggu kamu sadar." suara serak nan lemas itu terdengar.
Setiap malam, Karabella selalu menangis. Meskipun keadaan Mavell sudah lebih baik dari sebelumnya dan hanya tinggal menunggu Mavell sadar, namun karena Mavell tak kunjung sadar hal itu membuat Karabella takut.
"Mommy!" seruan dari Wilo membuat Karabella baru menyadari bahwa pintu ruangan terbuka.
Dengan cepat ia menghapus air matanya, lalu memberikan senyuman pada anaknya itu. Sehingga kini Wilo duduk di pangkuannya, sembari menatap Mavell dengan tatapan sendunya.
"Mommy, kenapa bubu tidulnya lama?" Karabella hanya memberi senyum manisnya selagi tangan itu mengusap kepalanya.
"Bubunya masih kecapekan, mungkin sebentar lagi bangun.." jawabnya sangat berharap jika perkataannya benar.
Wilo menatap Karabella dengan wajah polosnya, "emangnya gak bisa dibangunin sekalang ya? Ilo kangen bubu.. mau main sama bubu~ bubu janji nanti ajalin Ilo main bola, mommy~" rengeknya yang Karabella yakin bahwa sebentar lagi calon anaknya itu akan menangis.
"Bubu ayo bangun~! Kenapa tidulnya lama? Bubu masih sakit ya, mommy?" Karabella hanya diam. Hal itu membuat Wilo menatapnya dengan raut wajah yang sedih.
"Ayo buat bubu bangun, mommy~" tangisnya mulai terdengar, Karabella pun langsung memeluk Wilo yang masih berada di pangkuannya.
"Mau bubu bangun~ mommy! Jangan diem aja.. buat bubu bangun! Ilo mau bubu!" teriakan itu membuat Tifanny yang sejak tadi menyimak turun tangan.
"Sayang.. kamu gak boleh bentak mommy. Bubu kamu gak suka loh, gimana kalo bubu denger kamu bentak mommy? Mau bubu marah?" Wilo nampak menggeleng enggan.
"Tapi Ilo mau bubu glammy~" isaknya lagi. Karabella pun hanya diam sambil menahan tangisnya, ia usap punggung kecil calon anaknya itu dengan pelan.
"Mommy juga mau bubu bangun sayang.. cuman bubu kayaknya masih pengen tidur, jadi jangan di ganggu dulu ya?" suaranya nampak serak dan bergetar, sebisa mungkin Karabella menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Kita tunggu bubu sampe bubu mau bangun.. okay?" Wilo hanya diam namun tangisnya mulai berhenti.
Melihat itu, Tifanny tak bisa menahan senyumnya. Ia bangga melihat bagaimana cara Karabella menenangkan Wilo. Meskipun Karabella sudah berpengalaman sebelumnya saat merawat Maudy sejak kecil, namun Tifanny tetap bangga.
Setelah beberapa saat kemudian, pintu ruangan kembali terbuka. Terlihat Theo yang tengah membawa sesuatu di kedua tangannya. Hal itu pun tak luput dari pandangan mereka.
"Kalian udah makan?" tanyanya selagi menyimpan dua kantong kresek di meja yang tersedia.
"Bella belum makan dari pagi." ujar Tifanny; mengambil alih Wilo yang kini tampak excited melihat banyak sekali camilan yang dibawakan oleh Theo.
"Makan dulu, mama beli makanan. Mumpung masih anget," Karabella sebenarnya enggan, namun tak enak jika menolak.
"Jangan lupakan kesehatan kamu, mama ngerti kamu gak nafsu makan. Tapi kalau pola makan kamu gak teratur, nanti kamu sakit." ujar Theo di sela makannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Good Parents
FanfictionTentang Mavella Wira Adhiyaksa, dan Karabella Waverly yang akan sama-sama berusaha untuk menjadi orang tua yang terbaik untuk anak-anak mereka. Dimana masa lalu keduanya saat itu cukup jauh dari kata baik dalam perihal mengurus anak-anaknya. Namun d...