DOD- 07

458 30 0
                                    


Sepeninggalnya Xavier dan Rosaline akhirnya Vernon memiliki ruang yang bebas untuk berbicara pada wanita yang sama sekali tak terlihat menua di sampingnya itu.

Maddy meletakkan cangkir yang tadi diminumnya dan berbalik menatap Vernon.

“Astaga, entah mengapa aku merasa kasihan padamu.” Ujar Maddy penuh kesedihan membuat Vernon tampak kesal.

“Kau ingin mengejekku seperti yang dilakukan putramu itu hah?!”

Maddy terkekeh melihat bagaimana kesalnya sahabatnya itu, kemudian memandang sekelilingnya dengan seksama.

“Kau memimpin dengan baik, Vernon. Terimakasih telah membesarkan putraku selama ini, dan juga memberikan perhatian padanya aku sangat berutang budi padamu.”

Vernon yang mendengar itu pun mengulum senyumannya,

“Mau bagaimana lagi, aku membesarkannya seperti putraku sendiiri bukan hanya karena pesan darimu tetapi aku sendiri pun masih belum memiliki penerus hingga saat ini.” Balas Vernon membuat Maddy terharu.

“Kau tidak ingin menikah?” tanya Maddy hati-hati.

“Bagaimana aku akan menikah? Jika wanita yang kucintai bahkan tak pernah menatapku sama sekali?”

Maddy terdiam mendengar jawaban dari Vernon.

“Aku berada didekatnya, tetapi dia tak pernah menyadari bahwa aku ada. Anehnya, perasaanku semakin membesar seiring berjalannya waktu. Aku inging membencinya agar dapat melupakannya namun aku kalah dengan perasaanku sendiri, bukankah aku bodoh?” tanya Vernon dengan tatapan sendu pada Maddy.

Maddy diam tak menjawab, wajah Vernon yang tak menua itu menjadi objek fokusnya saat ini entah mengapa secara tanpa sadar tangannya mengusap lembut air mata yang keluar dari mata indah milik sahabatnya.

“Vernon, kau berhak bahagia masih banyak wanita lain diluar sana. Aku sudah bersuami.” Nasehat Maddy yang membuat Vernon menatapnya tak percaya.

“Jika memang semudah itu, maka aku sudah menikah sejak lama Maddy. Hatiku, sampai saat ini masih menyimpan rasa yang membara ini hatiku…, hatiku rasanya tak sanggup menahan ini semua.” Maddy membawa pria itu kedalam pelukannya dan menumpahkan kesedihannya.

“Apa yang harus aku lakukan Maddy untuk melupakanmu? Hmm? Hatiku masih sangat bahkan setiap harinya bertambah hanya dengan mendengar namamu lantas bagaimana aku bisa mencari wanita lain untuk menggantikan mu?”

Maddy diam tak menjawab namun tangannya bergerak mengusap lembut belakang leher Vernon.

“Kita sudah tua Vernon, kita bukan anak muda lagi. Kau harus bisa melupakan perasaamu.” Vernon menggelengkan kepalanya cepat dan menelusupkan wajahnya pada pelukan Maddy.

“Jika kita menikah, maka hanya ada satu pewaris yang naik takhta. Xavier bukanlah putramu maupun putraku tetapi dia bisa menjadi Kaisar sebelumnya dengan begitu dia bisa menjadi orang terkuat di kekaisaran ini.”

“Vernon, maaf.”

Vernon melepaskan diri dari pelukan Maddy dan menatap Maddy dengan memelas.

“Tapi aku membutuhkan dirimu di hidupku Maddy, aku ingin menghabiskan waktu yang tersisa denganmu. Ku mohon menikah lah denganku, aku berjanji tidak akan menjadi seperti masa lalu mu aku bisa menjamin kau bahagia bersamaku.”

Maddy meneteskan air matanya mendengar ucapan Vernon yang tulus padanya itu entah mengapa Maddy merasa tak pantas untuk pria yang selama ini telah banyak membantu dirinya itu.

“YANG MULIA!!" sentak Xavier yang membuka pintu dengan kasar diikuti oleh Rosaline yang menahan pergelangan tangan suaminya.

Rosaline saat ini sangat panik takut apabila suaminya diliputi emosi hingga tanpa sadar menyerang Kaisar.

“Apa yang telah anda bicarakan?!”

Baik Maddy maupun Vernon diam tak menjawab keduanya membisu hingga akhirnya Xavier merengkuh kedua orang yang berarti baginya itu dan memeluk mereka erat.

“Ibu sudah memiliki suami dan ayahku masih hidup. Seharusnya, paman tidak berkata seperti itu.” tegur Xavier yang membuat Vernon terdiam.

“Xavier tenanglah, nak." Ujar Maddy menenangkan.

“Aku mengerti bagaimana perasaan paman, terlebih ibuku adalah wanita paling cantik di kekaisaran tetapi sayangnya ibu sudah menikah. Maka dari itu, paman harus melupakan perasaan paman pada ibu.” ujar Xavier membuat Vernon menatap Xavier tak terima.

“Dasar kau ini.” Umpat Vernon kesal. Sedangkan Maddy dan Xavier hanya tertawa melihat reaksinya. Maddy memberikan isyarat pada Rosaline untuk mendekat kemudian saat Rosaline telah berada disampingnya Maddy merangkul hangat menantunya itu.

Rosaline diam tak mengerti harus melakukan apa tetapi satu hal yang pasti bahwa kini, rasanya hatinya menghangat bergabung dalam keluarga suaminya.






Bersambung..

Ada masukan? sejauh ini gimana menurut kalian? oh ya mengingatkan lagi ya, cuma fiksi jadi gada kaitannya sama sejarah atau pun hal lainnya ya ini murni imajinasi saja 🙏🏻

jangan lupa untuk vote dan komennya ya 🙏🏻 terimakasih

DUKE OF DAVIDSON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang