Rosaline baru saja menyelesaikan mandinya dibantu oleh Mia pelayan pribadinya, Kini Rosaline duduk di depan meja rias dengan Mia yang sibuk mengeringkan rambutnya yang basah.
Rosaline menatap cermin yang memantulkan wajah Mia yang tengah serius mengeringkan rambut panjangnya.
“Hei, apa pandanganmu tentang Xavier?” tanya Rosaline dengan serius membuat Mia ketakutan.
Rosaline mengalihkan pandangannya dan sibuk melihat-lihat perhiasannya agar Mia tak ketakutan karena ditatap olehnya.
"Jika kau takut untuk menjawab maka, tidak usah menjawabnya.” Ujar Rosaline setelah itu terdiam namun saat pelayan yang mengeringkan rambutnya itu mulai membuka suara, Rosaline fokus mendengarkan.
“Tuan adalah orang yang baik. Mungkin nyonya sudah banyak mendengar rumor tentang tuan yang tersebar tetapi, saya bersumpah bahwa tuan tidak seperti yang dirumorkan karena tuan sangat baik kepada kami semua. Memang benar, jika tuan menjadi orang yang haus darah saat pembantaian itu tetapi saya rasa disetiap tindakan pasti ada penyebabnya.” jelas pelayan itu dengan sungguh-sungguh bahkan rasanya Rosaline dapat merasakan kobaran semangat dari pelayan itu saat menceritakan tentang Xavier.
“Sejujurnya, saya sangat khawatir jika nanti tuan tidak akan pernah menikah seumur hidup namun semua kekhawatiran saya hilang saat mengetahui bahwa ada nyonya disini.” Lanjut Mia kemudian menatap Rosaline yang memainkan kalung miliknya.
“Terimakasih banyak nyonya, karena sudah membuat tuan bertambah bahagia semenja nyonya tinggal disini.” Ujar Mia dengan tulus membuat Rosaline terdiam.
Rosaline menatap Mia dengan tatapan kosong,‘Baru kali ini, ada yang berterimakasih dengan tulus padaku hanya karena berada disini.’ Pikir Rosaline terharu.
Setelah Mia menyelesaikan pekerjaan nya ia pun diizinkan untuk keluar oleh Roselia.
Rosalia termenung, memikirkan apa yang ia rasakan saat ini. Awalnya, Rosalia ingin menjalankan rencananya agar Xavier bisa dengan cepat mengajukan perceraian namun melihat bagaimana baiknya Xavier dalam memperlakukannya membuat Rosaline ragu dan tak tega untuk mengkhianati kepercayaan dari Xavier terlebih ibu mertuanya yang sangat baik kepadanya.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanya, Rosaline pun membuka pintu kamarnya dan terkejut kala melihat ibu mertuanya yang mengetuk pintu kamarnya.
“Ibu? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Rosalie ramah yang disambut oleh senyuman hangat sang mertua.
“Apa aku mengganggu waktumu?” tanya Maddy pada menantunya, Rosaline menggelengkan kepalanya sebagai jawaban kemudian mempersilahkan Maddy untuk masuk kedalam kamarnya.
Keduanya pun duduk pada kursi yang berada disana, Rosaline memerintahkan pelayan untuk membawakan minuman untuk ibu mertuanya saat pelayan selesai menyeduhkan teh chamomile pada Maddy dan Rosaline ia pun pergi.
Maddy meminum tehnya dengan tenang, berbalik dengan Rosaline yang gugup karena berada di dekat mertuanya. Maddy meletakkan cangkir tehnya kemudian menatap Rosaline lekat.
“Aku dengar saat diperjalanan kalian diserang? Apa ada yang terluka nak?” tanya Maddy khawatir.
“Tidak bu, saya baik-baik saja karena suami saya yang menyelematkan saya.” Jawab Rosaline gugup.
Maddy tersenyum lembut menatap wajah cantik menantunya.
“Xavier apa dia memperlakukanmu dengan baik?” tanya Maddy tiba-tiba membuat Rosaline termangu sesaat.
“Putra ibu, memperlakukan saya dengan baik. Tentu saja, karena ibu juga baik.” jawab Rosaline dengan sopan.
Maddy tertawa kecil menanggapi perkataan Rosaline.
“Xavier bukan lah putra kandungku. Saat anak itu masih berusia muda, aku mengangkatnya menjadi putraku karena aku tidak ingin memiliki anak dari rahimku sendiri. Karena aku tidak ingin, membiarkan anakku merasakan kepahitan yang ada di dunia ini saat aku melihat Xavier, dia adalah anak yang kuat dan hebat menurutku. Karena, bertahan di tengah kerasnya cobaan hidup anak sekecil itu mampu mengatasinya sendiri dia tidak menangis ataupun mengadu.” Cerita Maddy dengan wajah yang tenang.
“seharusnya, anak seusia Xavier menikmati waktu lebih banyak bersama keluarganya dan teman-temannya tetapi dia tidak memiliki satupun diantara keduanya. Saat melihatnya, itu mengingatkan akan diriku sendiri jadi aku menjadikannya putraku. Dia yang awalnya, menyimpan kepedihannya sendirian pun berubah menjadi anak yang selalu menumpahkan keluh kesahnya padaku. Bercerita tentang kesehariannya bahkan mimpinya dengan wajah yang sangat ceria dan penuh semangat, Xavierku menjadikan aku yang bukan ibu kandungnya sebagai pusat dunianya. Sampai akhirnya, aku meninggalkannya karena aku ingin menyembuhkan diriku dari semua kepahitan yang ada tetapi aku malah menyakitinya.” Ujar Maddy tertawa namun air mata keluar dari kedua matanya.
“Vernon menceritakan apa yang terjadi pada Xavier selama aku tinggalkan, anak itu menjadi pendiam bahkan saat siang hari dia dapat berbicara dengan wajahnya yang penuh kebahagiaan tetapi di malam hari dia akan menjadi tenang dan diam.”
Maddy menjeda ucapannya dan menatap Rosaline sejenak sebelum melanjutkan perkataanya.
“Kau tau nak, apa yang paling menyakitkan bagi manusia?” tanya Maddy dengan sendu.
Rosaline terdiam saat Maddy melanjutkan perkataanya.
bersambung...
Halo guys sejauh ini gimana nih tanggapan kalian? jangan lupa untuk vote dan komennya ya sebagai dukungan buat author 💖
okai sekian baibaii
KAMU SEDANG MEMBACA
DUKE OF DAVIDSON
FantasySetelah Maddy meninggalkan mansion Davidson kehidupan Xavier telah berubah sepenuhnya. Tidak ada lagi Xavier anak baik yang dikenal oleh semua orang karena bagi mereka nama XAVIER DAVIDSON adalah sebuah peringatan yang menakutkan. Sang tirani kejam...