DOD-19

331 23 0
                                    

Setelah kejadian itu, Rosaline dan Xavier nampak berbunga-bunga dan mulai menunjukkan rasa mencintai satu sama lain tentunya hal itu membuat seluruh mansion terasa sangat hangat.

Termasuk Maddy yang melihat keduanya dari jauh pun tak dapat menyembunyikan rasa bahagianya, namun senyumnya hilang saat menyadari bahwa sampai saat ini Xavier masih belum ia beritahu tentang sebuah rahasia dari kelahirannya yang membuat Maddy menjadikannya sebagai duke Davidson.

Vernon yang baru saja tiba, mengurungkan langkahnya untuk mendekati Xavier yang tengah bermesraan dan lebih memilih untuk menghampiri Maddy yang berada tak jauh dari Xavier.

"Selamat siang, Nona manis." Goda Vernon yang disambut garang oleh Maddy.

"Bagaimana jika ada yang mendengarnya?!" Ujar Maddy khawatir.

Vernon hanya tertawa menanggapi ucapan sahabat wanitanya yang pernah ia cintai itu.

Sedangkan di sisi lain, kedua pasangan muda itu sepertinya saling menunjukkan perasaan mereka masing-masing mengabaikan masalah yang tengah mereka hadapi atau bahkan belum mereka selesaikan.

Hingga saat malam tiba, Xavier dikejutkan dengan keberadaan Vernon yang berada diruang makan.

"Salam kepada matahari kekaisaran, Apa yang membawa yang mulia Kaisar berkunjung kemari?" Tanya Xavier sedangkan Rosaline mengikuti suaminya untuk memberikan sapaan pada Vernon.

"Anak ini. Bukankah aku sudah pernah mengatakan untuk tidak terlalu formal dalam berbicara padaku? Panggil saja aku paman." Ujar Vernon menatap Rosaline seakan menggoda Xavier.

Xavier memicingkan matanya merasa geli pada apa yang dilakukan Vernon, namun ia memilih mengabaikannya dan membantu istrinya untuk duduk.

"Xavier, setelah ini ada yang ingin aku bicara denganmu."

Xavier mengangguk membalas ucapan Vernon dan mereka pun menyelesaikan makan malam dengan tenang.

Setelahnya, Xavier dan Vernon pun bertemu dan membicarakan mengenai hukuman yang akan diberikan pada Kian.

"Aku rasa menyerahkan kekuasaan pada seseorang yang bahkan memiliki niat untuk memberontak adalah hal yang gila." Ujar Xavier setelah mendengar keputusan apa yang diberikan Vernon untuk Kian.

"Dalam hal ini, aku tidak bisa memberikan hukuman apapun Xavier. Bahkan, istrimu sendiri yang merupakan korban penculikan dari Kian pun sudah memberikan keterangannya dan tidak ada alasan kuat untuk menghukum anak itu."

Mendengar penjelasan Vernon membuat Xavier menjadi semakin kesal, tak urung ia pun merasa tenang saat mendengar bahwa Kian tidak akan diberikan hukuman yang berat namun entah mengapa hatinya menjadi terasa terbakar saat mengingat bagaimana perhatiannya Rosaline pada Kian. Namun, Xavier tak dapat bertindak egois hanya karena mementingkan perasaannya.

"Lalu? Bagaimana dengan paman? Setelah Kian menjadi Kaisar berikutnya apa yang akan paman lakukan?"

Vernon tersenyum tenang.

"Aku berencana untuk menghabiskan sisa hidupku di sebuah pedesaan yang terkenal dengan kecantikan dan ketenangannya. Pasti akan menyenangkan menghabiskan sisa waktu yang tersisa disana."

Mendengar penjelasan Vernon, Xavier tak tau harus berbicara bagaimana untuk menghalanginya. Di sisi lain, Xavier merasa tenang karena akhirnya Vernon dapat beristirahat dari tugasnya dan tidak perlu khawatir tentang terjadinya pembunuhan karena perebutan takhta. Namun disisi lain, Xavier tak dapat membayangkan bagaimana dirinya yang akan selalu mengkhawatirkan Vernon yang menjadi separuh dalam hidupnya.

Melihat itu, Vernon menepuk pundak Xavier singkat.

"Tidak perlu khawatir, disana aman karena aku meletakkan beberapa kstaria dan pelayan untuk menjaga ku." Jelas Vernon yang mampu membuat Xavier dapat menghilangkan kekhawatirannya.

"Aku akan meletakkan kstaria milik keluarga Davidson disana, untuk membantu menjaga paman."

Vernon tersenyum dan mengangguk menyetujui ucapan Xavier.

"Terimakasih banyak, nak."

Di tempat lain,

Rosaline bersama Maddy baru menyelesaikan duel pedang mereka tanpa sepengetahuan Xavier dan Vernon.

Maddy tak menyangka bahwa Rosaline mampu menguasai teknik pedang bahkan lebih ahli dibandingkan para kstaria. Bagi Maddy, Rosaline memiliki daya tarik sendiri yang mampu membuat orang lain menjadi tertarik padanya.

"Aku tak menyangka, ibu sangat lihai dalam menggunakan pedang." Puji Rosaline dengan berbinar-binar.

Maddy tertawa kecil,

"Terimakasih, aku pun masih tak percaya bahwa menantuku sangat pintar bermain pedang. Apa Xavier mengetahui itu?"

Rosaline menggeleng kecil dan meringis.

"Aku tidak pernah memberitahu siapapun selain ibu."

Maddy tertawa menanggapinya dan keduanya pun menghabiskan waktu mereka untuk mengisi tenaga serta berbincang-bincang.

"Nak, apa kau sudah mendapatkan tanda-tanda kehamilan?" Tanya Maddy kala itu mampu membuat Rosaline terdiam membisu.





Bersambung....

Jangan lupa untuk vote dan komennya ya, terimakasih..

DUKE OF DAVIDSON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang