DOD- 11

416 23 2
                                    

Xavier berada di ruang kerjanya seharian penuh karena masalah yang ada di wilayah nya tampak semakin rumit. Dibantu oleh Kian, yang memberikan masukan dan saran untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Kedua pria itu tersentak saat mendengar suara pintu yang diketuk dari depan, Xavier pun menyuruh Kian untuk membuka pintunya dan melarang semua pelayan untuk masuk ke dalam ruangannya.

Namun, alih-alih pelayan yang datang tetapi istri dari tuannya lah yang datang dengan membawa berbagai macam camilan dan makanan ke dalam ruangan. Kian tertegun melihat bagaimana penampilan Rosaline hari ini.

"Kian, apa suamiku ada di dalam?"

Kian mengangguk dan membuka lebar pintunya mempersilahkan Rosaline masuk.

Xavier tampak belum menyadari kehadiran Rosaline diruangan itu. Hingga, sebuah tepukan mengejutkannya.

"Kau?"

Rosaline mengangguk kemudian menarik lengan Xavier.

"Ibu menyuruhku untuk memberi mu makanan. Jadi, cepatlah makan." Ujar Rosaline sembari menuntun Xavier untuk duduk di dekat bangku yang ada.

Xavier melirik kearah Rosaline yang menyiapkan makanannya kemudian mengalihkan pandangannya pada Kian.

"Kau juga belum makan apapun bukan? Kemari lah kita makan bersama." Ajak Xavier namun ditolak oleh Kian.

"Saya akan makan diluar, jika anda sudah menyelesaikan makan siang anda maka saya akan kembali." Tolak Kian kemudian meninggalkan ruang kerja Xavier.

Rosaline memberikan piring berisi makanan yang telah ia siapkan pada Xavier kemudian Xavier pun memakan nya.

Setelah Xavier menyelesaikan makan siangnya, ia menoleh pada istrinya yang sedari tadi membaca dokumen yang dikerjakannya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Xavier mendekati Rosaline.

Rosaline melihat kearahnya sekilas.

"Aku rasa untuk masalah ini, kau perlu berdiskusi dengan pemimpin wilayah lainnya." Saran Rosaline kala melihat dokumen itu.

"Kenapa aku harus melakukannya?" Tanya Xavier heran.

"Kau lihat ini, banyak sekali penduduk yang entah dari mana berasal tanpa status yang jelas. Ini bisa membuat pertikaian di wilayah kita dan bisa saja masyarakat tidak menerima mereka."

Xavier mengangguk setuju.

"Baiklah nyonya, sekarang keluar dari ruangan ku." Ujar Xavier sembari menarik dokumen yang di bawa oleh Rosaline.

Rosaline merengut.

"Aku bosan berada di kamar sepanjang hari." Keluh Rosaline membuka Xavier menghela nafas.

"Kau bisa pergi keluar, pergi ke salon atau pun pesta teh bersama lady lainnya." Ujar Xavier geram.

"Aku malas jika berpergian sendiri."

Mendengar jawaban dari Rosaline membuat Xavier menatapnya aneh.

"Kau bisa keluar bersama teman-temanmu yang lain --ahh aku lupa jika kau tidak punya teman." Ujar Xavier yang entah mengapa terdengar seperti ejekan bagi Rosaline.

Rosaline menatap Xavier garang.

"Dasar menyebalkan!" Rutuknya kemudian meninggalkan ruangan Xavier.

Xavier merasa heran pada istrinya, entah mengapa ia merasa Rosaline lebih menyebalkan dari biasanya.

"Itulah mengapa aku benci wanita yang menyebalkan." Gumam Xavier kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Berbeda dengan Xavier,

Rosaline pun akhirnya pergi menuju butik yang akhir-akhir ini menjadi populer karena modelnya. Rosaline  pergi sendirian menghiraukan berbagai tatapan yang mengarah ke arahnya.

Rosaline melihat-lihat buku katalog yang dimiliki oleh butik itu hingga tatapannya tertuju pada seorang pria yang baru saja keluar dari ruang ganti.

"Arsean?" Panggil Rosaline tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Pria berbadan kekar, bernetra hijau zamrud dan bersurai coklat terang itu terkejut melihat seseorang yang berada dihadapannya.

Kedua pasang mantan kekasih itu saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang berbeda.

"Kau? Sedang apa disini?" Tanya Rosaline sebelum melihat seorang wanita yang ia kenali datang dari belakang tubuh Arsean.

"Agnes?" Ujar Rosaline tak percaya kemudian semakin dibuat terkejut mengetahui bahwa wanita itu kini tengah mengandung.

Agnes menggenggam tangan Arsean kuat penuh ketakutan, Rosaline yang melihat itu semakin dibuat tak percaya.

"Jadi, alasan kau belum kembali adalah ini?" Tanya Rosaline dengan kecewa.

Baik Arsean maupun Agnes tak ada satupun yang membuka mulut untuk menjelaskan.

"Kau tidur dengan sahabatku sampai akhirnya seperti ini?" Tanya Rosaline lagi yang pada akhirnya hanya dijawab oleh anggukan oleh Arsean.

Rosaline menatapnya tak percaya.

"Kalian berdua? Tega sekali mengkhianati kepercayaan yang aku berikan." Rosaline tak sanggup untuk mengatakan apapun lagi hanya air mata yang dapat ia keluarkan untuk kenyataan yang diterimanya saat ini.

"Bagaimana kau bisa seperti ini, aku menunggumu selama bertahun-tahun dengan penuh kecemasan dan kekhawatiran tetapi kau? Justru bersenang-senang dengan sahabatku sendiri? Brengsek!!"

Rosaline hampir lepas kendali membuat Sean dengan sigap melindungi istrinya dari amukan Rosaline, hal itu malah membuat Rosaline semakin hancur.

Air matanya mengalir deras hingga sebuah tarikan membawanya masuk ke dalam pelukan hangat milik seseorang.

"Istriku, bagaimana kau bisa berada disini sendirian hmm?" Tanya orang itu membuat Rosaline sadar bahwa kini ia berada di dalam pelukan Xavier.

Xavier yang merasakan bahu milik istrinya semakin bergetar pun akhirnya memutuskan untuk membawa Rosaline dengan menggendongnya dan meninggalkan butik itu.

Sean menatap punggung Xavier sendu, merasa tak tega melihat bagaimana Rosaline yang untuk pertama kalinya memberikan tatapan kekecewaan padanya.

"Sayang?" Panggil Agnes pelan.

Sean hanya mengangguk dan akhirnya keduanya pun menyelesaikan belanja nya.













Bersambung....

Jangan lupa untuk vote dan komennya ya 🙏🏻 🫂

DUKE OF DAVIDSON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang