DOD 22

475 20 0
                                    

Maddy melihat pemandangan dihadapannya dan teringat tentang bagaimana ia menemukan peti itu.

Beberapa tahun yang lalu, tepat setelah Maddy meninggalkan wilayah milik keluarga Davidson. Zack kakak ketiganya selalu berusaha untuk mencaru keberadaannya dan mengirimkan surat. Namun saat itu, Maddy tidak menghiraukannya sehingga saat ia membaca salah satu surat yang dikirimkan oleh Zack membuat Maddy tercengang.

"Xavier, adalah putranya? Dengan siapa? Siapa ibunya?" Ujar Maddy bertanya-tanya. Hingga membutuhkan waktu yang cukup lama bagi Maddy untuk menelusuri jejak ibu kandung Xavier. Hingga, suatu hari ia tanpa sengaja bertemu dengan Zack yang berada di rumah yang ia cari.

Penampilan Zack yang sangat terlihat tidak baik-baik saja, bahkan menggenggam erat peti yang tampak berdebu itu. Maddy tak menyangka bahwa ia akan menemukan fakta sebesar ini yang bahkan tidak pernah ia temukan di masa lalu.

Zack yang melihat keberadaan Maddy pun bangkit dan mendekati Maddy pelan. Dengan jelas, Maddy dapat melihat bekas air mata disekitar wajah Zack bahkan kedua matanya pun terlihat sembab.

"Kau disini?" Tanya Zack dengan suara parau.

Maddy mengangguk dan melihat-lihat rumah yang tampak kecil dan lama tidak ditinggali itu.

"Aku sangat bodoh bukan? Aku kehilangan adikku dan sekarang kekasihku juga. Karena kebodohanku, Hera pergi jauh." Saat mengatakan kalimat itu air mata Zack kembali keluar dan membawa Maddy menatapnya datar.

"Kau bilang, dia adalah ibu kandung Xavier. Bagaimana kau bisa tau bahwa Xavier adalah putramu?"

Zack tersenyum tipis.

"Saat Hera mengandung, aku sering mengunjunginya kemari bahkan menyiapkan keperluannya dan anak kami. Saat itu, aku pergi berperang dan saat kembali rumah ini telah kosong. Aku bertanya kepada orang-orang sekitar dan mereka berkata bahwa Hera mengakhiri hidupnya sendiri, aku sangat terpukul mendengar itu. Awalnya aku mengira bahwa Hera pergi bersama putra kami tetapi saat sahabat Hera datang dan memberikan sebuah peti. Aku akhirnya sadar bahwa masih ada yang tersisa."

Maddy diam mendengarkan cerita dari kakak ketiganya.

"Bertahun-tahun aku mencari keberadaan Xavier, hingga akhirnya aku menemukannya. Dan dia kini bersamamu, hatiku jauh lebih tenang."

Zack memberikan benda yang ada di pelukannya pada sang adik. Maddy menerimanya dengan ragu.

"Aku titipkan ini untuk putraku, terimakasih karena telah membawa putraku. Aku ingin membawanya bersamaku namun aku ingin menjaganya dari jangkauan ayah."

Maddy menatap Zack dengan tatapan seolah bertanya.

"Ayah tak pernah merestui hubungan kami." Ujar Zack dengan tawa hambar.

Maddy pada akhirnya mengerti apa alasan Zack yang selalu memilih untuk ikut berperang hingga gugur di medan perang. Semua itu, karena tampaknya ia sangat merindukan kekasihnya dan berniat menyusulnya.

Setelah kematian Zack, Xavier tumbuh menjadi remaja yang tampan dari figur wajahnya pun nampak jelas bahwa sekilas mirip dengan mendiang kakaknya. Namun, tak ada seorangpun yang menyadari hal itu.

Oleh karena itu, Maddy meminta Vernon untuk mendidik Xavier karena hanya anak itulah satu-satunya penerus laki-laki keturunan Davidson yang bisa mewarisi gelar itu. Sedari awal, Maddy memang tak pernah berniat untuk mewarisi gelar dari mendiang sang ayah.

Setelahnya, Maddy menyimpan benda itu selama bertahun-tahun lamanya dan memutuskan untuk kembali demi memberikan titipan dari mendiang kakaknya. Bahkan di perjalanannya, ia mengunjungi makam sang kakak yang tampak lusuh bahkan saat Maddy melihat sekitar hanya keluarga Davidson yang tak memiliki bunga pada makamnya. Maddy memutuskan untuk memetik bunga seadanya dan meletakkannya di dekat makam milik keluarganya.

Maddy akui dia membenci seluruh keluarganya, namun rasa bencinya tak terlalu besar untuk kakak ketiganya entah mengapa rasanya Maddy sangat merasa tak tega. Setelah bertahun-tahun lamanya, Maddy telah memutuskan untuk berdamai dengan masa lalu m berusaha memaafkan apa yang telah terjadi sebelumnya, karena yang ia benci pun telah tiada Maddy tak ingin hidup dibawah bayang-bayang kebencian dan dendam. Ia hanya ingin menghabiskan waktu yang tersisa dengan tenang.

Saat melihat Xavier menjadi dewasa pun bayang-bayang wajah mendiang sang kakak terlihat jelas padanya. Menurut Maddy, separuh sifat dari Xavier adalah mirip dengan mendiang kakaknya namun untuk beberapa hal Maddy kembali berpikir bahwa sudah pasti Xavier memiliki sifat seperti ibu kandungnya. Selama ini, dia telah menjaga apa yang telah Zack titipkan padanya dan ia rasa sudah waktunya memberikan itu pada Xavier.

Xavier berhak tau tentang keluarga aslinya, agar ia tidak terus berpikiran telah merebut posisi Maddy sebagai penerus satu-satunya yang tersisa. Hanya itu, yang Maddy pikirkan.







Bersambung....

Jangan lupa untuk vote dan komennya ya terimakasih ✨

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DUKE OF DAVIDSON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang