DOD-12

406 25 0
                                    

Pada akhirnya, kini Xavier membawa Rosaline untuk pergi ketempat yang biasa ia kunjungi kala merasa sedih.

Rosaline masih mengeluarkan tangisannya entah sudah berapa lama bahkan kedua matanya pun telah memerah dan membengkak.

Xavier semakin tak tega melihat bagaimana istrinya yang menangis itu. Xavier kembali membawa Rosaline kedalam pelukannya membiarkan Rosaline mengeluarkan semua kekecewaan dan sakit hatinya sampai tenang.

Rosaline masih tak percaya bagaimana dua orang yang ia sayangi itu mengkhianati kepercayaannya. Hatinya terasa hancur berkali-kali lipat.

"Keluarkan semuanya." Bisik Xavier lembut sembari mengeratkan pelukannya.

Rosaline yang tadinya menangis berangsur tenang, namun Xavier tetap memeluknya.

Kala dirasa, Rosaline telah tenang Xavier pun melepaskan pelukannya dan menatap wajah Rosaline yang sembab.

"Berhentilah menangis, bodoh." Ujar Xavier geram karena merasa tak tega terlebih lagi ia takut bila Rosaline tak bisa membuka matanya karena bengkak.

"Pria seperti itu, bukanlah pria yang baik untuk kau tangisi." Rosaline menatap kearah Xavier setelah mendengarkan perkataannya.

Xavier menghapus bekas air mata di wajah istrinya dengan lembut dan hati-hati. Membuat Rosaline menutup kedua matanya menikmati perasaan tenang yang menjalar ke dalam hatinya.

Untungnya saat Rosaline meninggalkan ruangan, Xavier segera mengikutinya dan menjadi saksi bagaimana tulusnya Rosaline dalam mencintai pria yang telah mengkhianatinya. Entah bagaimana, rasanya Xavier tak tega melihat kekecewaan yang tersirat pada wajah istrinya.

"Kau terlalu berharga untuk bajingan itu, jadi jangan pernah memberikan hatimu pada orang seperti itu. Paham?" Ujar Xavier yang tak mendapatkan jawaban apapun.

Melihat Rosaline yang tertidur membuat Xavier menghela nafas lega. Kemudian, Xavier pun memutuskan untuk membawa Rosaline kembali menuju mansion karena udara yang semakin dingin.

Setelah tiba di mansion, Xavier menyuruh pelayan untuk memanggil dokter dan kemudian membaringkan Rosaline di dalam kamar miliknya.
Setelah itu dokter datang dan memeriksa keadaan Rosaline.

"Beliau tampaknya masih terkejut, alangkah baiknya jika nyonya bangun segera diberi makan agar tidak jatuh sakit." Kata dokter kala itu.

Xavier terjaga sepanjang malam, menjaga Rosaline karena khawatir apabila nantinya gadis itu melakukan hal bodoh.

Maddy yang melihat dokter yang keluar dari kamar putranya itu pun menjadi khawatir kemudian memutuskan untuk masuk kedalam kamar Xavier.

Namun bukannya Xavier yang berada diatas ranjang melainkan istrinya, membuat Maddy merasa lega namun tersadar bahwa Rosaline tampak kacau.

"Apa yang terjadi pada menantuku?" Tanya Maddy pada Xavier.

Maddy pun duduk di dekat ranjang dan menggenggam tangan dingin milik Rosaline. Melihat sang ibu, Xavier menjadi sedikit lega dan menceritakan semua kejadian yang terjadi hari ini.

Mendengar itu, membuat Maddy menatap sendu pada Rosaline dan mengecup punggung tangannya.

"Pengkhianatan itu sangat sakit nak." Ujar Maddy tiba-tiba membuat Xavier mengingat apa yang terjadi bertahun-tahun yang lalu.

"Ibu, jangan mengungkit kejadian itu lagi."

Xavier takut jika ibunya masih memiliki kenangan yang menyakitkan dari pria yang pernah menjadi suami dan ayah baginya.

"Tidak. Aku tidak mengungkitnya, hanya saja harga yang harus dibayar untuk pengkhianatan itu sangat berat. Kau tau itu kan nak?" Ujar Maddy tiba-tiba dengan tatapan yang sama seperti dulu.

"Ibu. Tenanglah."

Xavier tau bahwa ibunya dulu pernah mengalami kebangkitan, hal itu membuat Xavier semakin khawatir jika nanti ibunya melakukan sesuatu yang tidak terduga karena dikuasi oleh emosi.

"Rasa dikhianati itu, pasti akan berbekas di dalam hatinya. Nak, ibu mohon untuk sementara temani istrimu dulu ya? Jangan biarkan dia sendirian, ibu khawatir jika dia melakukan sesuatu hal yang menakutkan." Ujar Maddy memohon pada Xavier.

Xavier mengangguk,

"Ibu, dia adalah istriku pastinya aku akan menjaga istriku dengan baik."

Mendengar itu, membuat Maddy tersenyum tipis kemudian membawa satu tangan Xavier untuk ia kecup bergantian dengan milik Rosaline.

"Kalian berdua, adalah hal yang paling ibu sayangi di dunia. Walaupun ibu baru pertama kali bertemu dengan istrimu, tetapi ibu telah menyayangi nya seperti putri ibu sendiri."

Xavier memeluk ibunya dengan penuh kasih sayang namun tatapannya mengarah pada Rosaline yang tertidur.

"Kau tidak mencintai istrimu hmm?" Tanya Maddy tiba-tiba membuat Xavier melepaskan pelukannya.

"Untuk apa? Aku tidak ingin terlibat dengan hal seperti itu." Jawab Xavier apa adanya.

"Nak, tidak semua cinta berakhir sama seperti yang ibu alami. Bisa saja, kau beruntung karena memiliki orang yang kau cintai dan mencintaimu dengan tulus."

"Ibu aku hanya kasihan dan merasa tak tega dengannya." Jawab Xavier menjelaskan karena takut ibunya salah paham.

"Iya. Iya baiklah lakukanlah sampai akhirnya kau sadar sendiri."

Setelah itu, Xavier meminta ibunya untuk kembali ke kamar agar dapat beristirahat. Yang akhirnya, kini ia berada di kamar bersama istrinya lagi. Xavier menatap Rosaline sembari memikirkan perkataan ibunya terus menerus sampai akhirnya merasa kesal dan memutuskan untuk mengerjakan dokumen yang belum ia selesaikan tadi.











Bersambung...

Double update untuk hari iniii...

Jangan lupa untuk vote dan komennya ya 💓💓

Terimakasih banyak 💖

DUKE OF DAVIDSON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang