Matahari telah terbit, diiringi dengan suara burung yang berkicauan di dekat balkon kamar Xavier membuat seorang gadis yang tadinya tertidur pulas itu pun bangun dari tidurnya.
Dengan susah payah Rosaline berusaha untuk membuka matanya lebar namun saat ia mencobanya kedua matanya sangat terasa pedih. Sebuah tangan besar dan hangat menyentuh punggungnya, membuat Rosaline terkejut.
"Kau sudah merasa tenang?" Tanya seseorang dengan suara berat disebelahnya.
Rosaline melihat seseorang yang berada disampingnya itu dan tak percaya kala melihat Xavier yang baru saja bangun dari tidurnya.
Xavier mendekatkan wajahnya pada wajah Rosaline yang terdiam,
"Lihatlah, kedua matamu membengkak seperti kuda." Ujar Xavier yang menatap lekat istrinya.
Rosaline menatap Xavier tak terima, sedangkan Xavier yang melihat reaksi itu hanya tersenyum.
"Bukankah itu aneh? mengapa cinta bisa menyakiti dirimu sampai seperti ini." Mendengar perkataan Xavier membuat Rosaline terbungkam.
"Kau tidak akan tau, bagaimana rasanya ketika mencintai seseorang dengan tulus namun dibalas dengan pengkhianatan." Jawab Rosaline sendu.
"Aku tau bagaimana rasanya. Maka, dari itu aku tidak ingin mengalaminya lagi."
Rosaline menatap lekat wajah Xavier dengan tatapan datar.
"Kau sedang adu nasib denganku?"
Xavier menggelengkan kepalanya sebagai jawaban pertanyaan Rosaline.
"Tidak, aku hanya ingin kau mempelajari sesuatu. Bahwa, kita tidak boleh terlalu bergantung dengan yang dinamakan 'cinta' karena itu membunuhmu." Ujar Xavier sembari memainkan ujung rambut Rosaline.
"Apa aku terlalu bodoh?" Tanya Rosaline pada Xavier.
Xavier mengangguk, "Ya walaupun begitu, kau sudah mendapatkan pelajaran sekarang. Jangan terlalu meletakkan kepercayaan untuk orang yang kau cintai, jangan bodoh jika jatuh cinta." Kata Xavier yang terdengar sangat menyakitkan bagi Rosaline.
Xavier yang tak mendengar jawaban pun akhirnya memilih untuk diam dan beranjak dari ranjang.
"Ibu akan datang kemari setelah ini, jadi jika kau ingin bercerita dengan ibuku. Kau boleh melakukannya, tetapi jangan membuat ibuku menangis." Ujar Xavier sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar mandi miliknya.
Rosaline menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang menatap langit kamarnya dengan berkaca-kaca.
"Padahal, aku hanya ingin dicintai." Ujarnya parau hingga akhirnya tangisnya mulai pecah.
Xavier yang baru saja menyelesaikan mandinya pun menatap kesal dan khawatir pada Rosaline.
"Ck, dasar bodoh! Bagaimana jika nanti kau tidak bisa melihat dengan kedua matamu yang membengkak seperti ini?!" Bentaknya kesal namun mendekati Rosaline dan membawanya kedalam pelukannya.
"Aku- aku mencintai nya Xavier...apa yang kurang dariku? Sampai dia memilih orang lain daripada aku? Apa aku kurang cantik? Apa aku terlalu gemuk? Atau apa yang kurang dariku? Aku tulus mencintai nya." Tangisnya semakin mengeras membuat Xavier semakin mengeratkan pelukannya dan mengelus punggung Rosaline pelan.
"Tidak, kau tidak kekurangan apapun kau cantik sangat cantik, tubuhmu pun indah bahkan jika dia tidak mampu memberikan balasan yang setara itu artinya dia yang memiliki kekurangan untukmu bukan kau. Cintamu itu, berarti tidak setara dengannya bukan salahmu. Itu salahnya karena dengan tidak tau dirinya dengan sembarangan menorehkan luka di hatimu." Ujar Xavier menenangkan istrinya.
Rosaline meluapkan seluruh emosinya hingga akhirnya saat dirasa tenang, Xavier melepaskan pelukannya dan menggendongnya untuk masuk ke dalam bak mandi.
"Diam disini, aku akan memanggil pelayan." Pesan Xavier sembari mengecup singkat kening Rosaline kemudian pergi keluar untuk memanggil pelayan.
Sesaat kemudian, pelayan datang dan membantunya untuk membersihkan diri dan meriasnya sedikit untuk menutupi bengkak di matanya.
Setelah selesai, Rosaline tetap berada di dalam kamar sampai Xavier yang masuk dan membawakan sarapan untuknya.
"Biar aku suapi." Ujar Xavier yang mengambil tempat di dekat ranjang dan menyuapi Rosaline dengan lembut dan pelan.
Tanpa kedua orang itu sadari, Maddy masuk ke dalam ruangan itu dan menatapnya keduanya dari depan pintu.
Walaupun Xavier mengatakan ia tidak mencintai Rosaline, namun Maddy menyadari bahwa putranya masih belum sadar akan perasaannya sendiri. Tidak mungkin Xavier yang tidak mencintai Rosaline, akan menyuruh orang untuk mencari keberadaan pria yang membuat Rosaline sampai menangis seperti ini.
Melihat interaksi suami istri kontrak itu membuat Maddy tersenyum tipis, semoga saja kedepannya putranya tidak akan mengalami pengkhianatan kembali.
"Ibu." Panggil Xavier yang sudah mendekat kearahnya.
Maddy tersenyum kemudian mengelus pelan bahu putranya dan berjalan mendekati menantunya.
"Astaga, putriku sampai seperti ini hmm?" Ujarnya terkejut kemudian memeluk Rosaline erat.
"Tak apa nak, siapapun yang membuatmu seperti ini pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal." Ujar Maddy dengan tenang dan lembut tanpa Xavier dan Rosaline sadari. Maddy dengan sengaja mengucapkan kata seperti itu untuk memancing reaksi putranya yang langsung keluar dari ruangan setelah ia mengatakan hal itu. Melihat itu, Maddy lagi-lagi tersenyum tipis.
Bersambung....
My type: Xavier Davison 💍💍💍💍
Jangan lupa untuk vote dan komennya yaa 🫂 terimakasih semuanya 💓
KAMU SEDANG MEMBACA
DUKE OF DAVIDSON
FantasiaSetelah Maddy meninggalkan mansion Davidson kehidupan Xavier telah berubah sepenuhnya. Tidak ada lagi Xavier anak baik yang dikenal oleh semua orang karena bagi mereka nama XAVIER DAVIDSON adalah sebuah peringatan yang menakutkan. Sang tirani kejam...