BAB 16

93 21 33
                                    

"Selamat datang," Yoona menoleh ke arah pintu kedai untuk menyambut tamu yang baru saja melangkah masuk.

"Hai!"

"Oppa!" Yoona berseru girang. "Kapan kau tiba?" Ia cepat-cepat menyambut tamunya itu.

"Baru beberapa menit yang lalu. Nih, lihat. Koperku saja masih kubawa-bawa." Pria bertubuh tegap itu menunjukkan koper merah mudanya. "Aku langsung datang ke sini untuk melihat kedai milik Bibi Sung."

"Heechul ah," Bibi Sung melongok dari dalam dapur. Ia mengelap tangannya dan keluar menyambut pria yang dulu sering sekali main ke rumahnya itu. "Apa kabarmu? Oh, kau tentu lapar. Biar Bibi bawakan sesuatu untukmu."

"Tapi gratis ya, Bi?" Heechul mengambil meja yang paling dekat dengan dapur.

"Kapan Bibi pernah meminta bayaran darimu setiap kali kau makan di rumah Bibi?" Song Ok-suk tertawa.

Heechul ikut tertawa. Ia melihat-lihat sekelilingnya. Hmm, jadi ini kedai yang mati-matian Jinwoo beli untuk ibunya itu?

"Oppa, minumlah dan ceritakan padaku tentang kehidupan di ibukota." Yoona menaruh segelas teh hijau dingin di atas meja.

"Kehidupan apa?" Heechul menegak isi gelas sampai tandas. "Ibukota itu membosankan. Makanya aku pulang."

"Kau akan menetap di Jeongdo?"

"Ya." Jawab Heechul. "Sampai aku mendapatkan pekerjaan lain yang lebih menyenangkan di Seoul."

"Ah, kau dipecat lagi, ya?" Yoona menahan tawa. Heechul memang seperti itu. Dia selalu pulang kampung setiap kali dipecat dari pekerjaannya.

"Kali ini bukan salahku. Managerku sirik karena aku begitu diperhatikan oleh bosku. Dia kemudian menyabotase pekerjaanku dan... Yah seperti yang kau lihat, aku terpaksa pulang kampung."

"Alasan Oppa selalu sama." Yoona tertawa geli.

Heechul menatap Yoona. Ada yang berbeda dari gadis cantik itu. Dulu ketika terakhir kali mereka bertemu-----di pemakaman Jinwoo-----Yoona menangis tiada henti. Tapi kini rona kebahagiaan tampaknya sudah kembali menghiasi wajah cantiknya.

"Kau baik-baik saja?" Heechul menyentuh tangan Yoona. "Bagaimana keadaanmu?"

Yoona menyambut sentuhan tangan Heechul. Jika Taehyung sampai melihatnya berpegangan tangan seperti ini dengan laki-laki lain, mungkin kekasihnya itu akan marah atau cemburu dan menuduhnya berselingkuh. Tapi hubungan Yoona dengan Heechul tidak pernah seperti itu. Tidak ada asmara dan romansa di antara mereka berdua.

Heechul adalah saudara jauh dari pihak ayahnya. Heechul juga temannya Jinwoo. Yoona menganggap Heechul sebagai sosok kakak laki-laki yang tak pernah dimilikinya dan Heechulpun hanya menganggap Yoona sebagai adik kecilnya.

"Aku baik-baik saja." Yoona tersenyum. Namun senyumnya sedikit ternodai saat ia kembali teringat pada Taehyung. Kekasihnya akan segera pergi dari Jeongdo. Entah untuk berapa lama Yoona mesti menahan bilur-bilur kerinduan di antara mereka berdua. Rasanya ia ingin nekat saja ikut Taehyung kembali ke ibukota daripada mesti menanti dalam ketidakpastian. Tapi Yoona tahu ia takkan berbuat nekat. Sebesar apapun cintanya, sekuat apapun rindu yang ia rasakan kepada Taehyung, ada sebuah tembok tak kasat mata yang menghalangi langkahnya. Tembok itu bernama kehormatan.

"Maafkan aku, ya." Heechul menghela nafas, "aku tidak ada saat kau membutuhkanku. Aku bahkan tidak bisa membantu Bibi Sung."

"Heechul ah, makanlah. Makan sebanyak-banyaknya, ya." Bibi Sung kembali dengan membawa satu nampan besar berisi nasi, samgyeopsal, daging dan tahu rebus, serta semangkok kimchi segar. "Jika kurang, kau boleh meminta tambah."

LOVE THAT DOESN'T HAVE A NAME [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang