BAB 17

68 19 22
                                    

Begitu ia tiba di Seoul, Taehyung langsung menyerahkan diri ke kantor polisi. Ia mengakui kelalaiannya dalam mengemudi hingga mengakibatkan kematian Sung Jinwoo.

Tapi Taehyung hanya tinggal di kantor polisi selama beberapa jam saja. Ia bahkan tidak ditahan, tidak dijebloskan ke dalam sel sementara.

Ayah-ibunya bersama Park Seojoon segera datang ke kantor polisi. Tak berapa lama kemudian Taehyung dibiarkan pulang dengan bebas.

"PLAAAAK!"

Ayah Taehyung menampar puteranya sekeras mungkin begitu mereka berada di luar kantor polisi. "Memalukan!" Desisnya tajam. "Apa-apaan kau ini! Setelah menghilang selama satu tahun, pulang-pulang kau malah mendatangi kantor polisi. Apa otakmu itu sudah dilobotomi sampai bolong, hah?"

"Taehyung ah," ibunya mencengkeram lengan Taehyung. "Mengapa kau berbuat bodoh seperti ini?"

"Appa, Eomma, kalian tidak menanyakan tentang kabarku?" Taehyung menatap pahit. "Kalian tidak ingin tahu apa saja yang telah kulakukan selama satu tahun ini?"

Ayah dan ibu Taehyung saling pandang. Mereka menghela nafas kesal. "Kau harus diperiksa di rumah sakit. Bukan di kantor polisi."

"Otakku tidak sakit." Taehyung tersenyum. "Tapi hatiku. Batinku. Perasaanku. Semuanya sakit. Apa kalian tidak ingin tahu apa sebabnya?"

"Huh," ayah Taehyung mendengus sinis, "bukankah kau sudah mendapatkan ketenangan yang kau cari-cari dalam pengembaraanmu selama satu tahun ini?"

"Satu-satunya ketenangan yang kucari-cari ada di depan mataku," Taehyung menunjuk bangunan kantor polisi yang menjulang tinggi. "Aku harus menerima hukuman karena telah menewaskan seseorang."

"Kau sudah tidak waras!" Ayah Taehyung mengangkat tangan, hendak menggampar puteranya yang mendadak menjadi idiot itu.

"Paman," Seojoon cepat-cepat menyela. "Biarkan aku bicara dengan Taehyung." Ia menarik lengan sahabatnya dan menyeretnya jauh-jauh.

Taehyung pasrah saja ditarik-tarik oleh Seojoon. Ia seperti yang sudah tidak memiliki keinginan untuk hidup lagi.

"Tae, aku akan membantumu jika kau setuju untuk mengikuti kata-kataku." Kata Seojoon.

Taehyung bergeming.

"Kau tak bisa menyerahkan diri ke polisi karena kasusmu bukanlah kasus tabrak lari. Polisi sudah menutupnya sebagai kasus kecelakaan biasa. Kau tak bisa dijebloskan ke dalam penjara karena menurut hukum, kau tidak berbuat kejahatan." Seojoon berbisik. "Satu-satunya cara agar polisi mau membuka kembali kasus ini dan kau bisa diadili adalah jika keluarga Jinwoo mengajukan tuntutan padamu."

Taehyung menatap Seojoon. "Kau bersedia membujuk keluarga Sung agar mereka mau menuntutku?"

Seojoon mengangguk. "Asalkan kau mau menurut padaku."

"Aku akan menuruti semua kata-katamu."

"Pulanglah. Di rumahmu nanti, kita akan mendiskusikan proses hukum yang mungkin akan kau jalani."

"Tapi kau harus datang ke Jeongdo dan membujuk Paman Sung untuk menuntutku. Kau harus membantunya. Carikan dia pengacara yang sama bagusnya denganmu. Semuanya aku yang bayar."

Seumur hidupnya, baru kali ini Seojoon bertemu dengan orang seperti Taehyung yang pola pikirnya sulit sekali untuk dimengerti.

Seojoon mengangguk. Setuju atau tidak setuju dengan rencana Taehyung, ia harus membantu sahabatnya itu.


_______________________________________



Taehyung menurut saat kedua orangtuanya membawanya pulang. Ia juga menurut saat mereka mengundang dokter-dokter spesialis untuk memeriksa kesehatan fisik serta kejiwaannya. Taehyung juga tidak membantah saat diharuskan beristirahat di kamarnya. Semuanya sudah tidak penting lagi baginya.

LOVE THAT DOESN'T HAVE A NAME [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang