BAB 3

83 22 7
                                    

Wajah Taehyung memucat seketika begitu mendengar jawaban Yoona. Jadi, ia telah membunuh calon suami gadis cantik ini?

Perasaan bersalah semakin memberati hati Taehyung. Ia spontan membungkukkan tubuhnya hingga kepalanya tak sengaja membentur lantai. "Maafkan aku, Yoona ssi. Tolong maafkan aku!"

Yoona mengira Taehyung meminta maaf karena telah salah mengira dirinya sebagai adik Jinwoo. Gadis cantik itu tersenyum. "Kau tak perlu meminta maaf seperti ini. Sepertinya Jinwoo juga tidak pernah bercerita tentang diriku kepadamu."

Taehyung merasa, semakin lama waktu yang ia habiskan di rumah itu, semakin banyak juga kesalahapahaman yang dibuatnya. Taehyung sadar diri, ia harus secepatnya pergi.

"Jinwoo ah... Jinwoo ah, akhirnya kau pulang, Nak.... "

Bukan cuma Taehyung yang kaget mendengar rintihan tadi, melainkan juga Yoona, ayah dan ibu Jinwoo.

Nenek Jinwoo yang sudah renta tertatih-tatih melangkah keluar dari dalam kamarnya dan menjatuhkan diri begitu saja di hadapan Taehyung.

"Dong-il ah, Ok-suk ah, apa yang selama ini selalu kukatakan pada kalian? Jinwoo pasti akan pulang. Lihatlah sekarang, cucuku sudah kembali." Air mata membasahi mata nenek Jinwoo. Wanita renta itu tak hentinya mengusapi wajah Taehyung dengan segala kerinduan yang dipendamnya.

Taehyung menahan nafas. Ia bahkan tak berani bergerak.

"Eomma, itu bukan Jinwoo. Dia Kim Taehyung, teman Jinwoo dari Seoul." Dong-il bersimpuh, berusaha untuk menarik ibunya menjauh dari Taehyung.

"Apa yang kau ocehkan, Anak Bodoh? Bagaimana mungkin kau tak bisa mengenali putera kandungmu sendiri? Sudah jelas-jelas dia adalah Jinwoo. Jinwoo kita." Nenek Jinwoo menghardik putera sulungnya. Dengan mata berkaca-kaca, sang nenek memandangi Taehyung. "Temani Nenek di sini ya, Nak. Jangan kau tinggalkan lagi wanita tua ini. Tinggallah di sini bersama Nenek." Nenek Jinwoo memeluk Taehyung erat-erat.

Dong-il dan Ok-suk saling bertukar pandangan dengan resah.

Taehyung bergeming. Ia teringat akan mendiang neneknya sendiri yang wafat setahun yang lalu. Hatinya remuk redam melihat wanita tua renta yang tengah memeluknya dengan erat itu mengiranya sebagai Sung Jinwoo----lelaki yang telah ia bunuh.

"Eomonim, Jinwoo pasti lelah karena sudah menempuh perjalanan jauh, biarkan dia beristirahat terlebih dahulu." Dengan lembut, Ok-suk menarik tubuh ibu mertuanya. Bibirnya bergetar pilu mengatakan semua kebohongan tadi.

"Ya ya ya, ibumu benar. Kau beristirahatlah, Woo-ah. Nenek takkan mengganggumu." Nenek Jinwoo tersenyum bahagia menatap wajah Taehyung. "Tapi jangan sampai kau tinggalkan Nenek lagi, ya. Nenek mau ikut denganmu kalau kau pergi."

Taehyung memandang tubuh renta nenek Jinwoo dengan pedih. Rasa trauma dan syok akibat kehilangan cucu kesayangannya pasti telah membuat nenek Jinwoo berhalusinasi. Sewaktu tadi memeluknya, Taehyung merasakan tubuh si nenek panas akibat demam tinggi.

Tak tahan dengan keadaan yang dihadapi olehnya, Taehyung cepat-cepat bangkit berdiri. Ia membungkuk pada Dong-il yang masih terpana memandang kamar ibunya. "Paman Sung, saya pamit pulang."

Tanpa menunggu jawaban dari ayah Jinwoo, Taehyung tergesa-gesa mengambil tas ranselnya di samping meja tamu dan memakai sepatunya secara asal.

"Tunggu sebentar, Taehyung ssi!" Belum juga ia melangkahkan kaki, Dong-ll segera menarik lengannya dan menyeretnya ke samping pekarangan rumah. Lelaki setengah baya itu kemudian membungkuk sedalam-dalamnya di hadapan Taehyung.

"Paman...." Taehyung buru-buru menahan tubuh Dong-il. "Apa yang Paman lakukan? Kenapa Paman membungkuk padaku?" Taehyung setengah berseru kesal. Semua perlakuan ini salah. Kesalahapahaman keluarga Sung semakin menyiksa batinnya.

LOVE THAT DOESN'T HAVE A NAME [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang