BAB 9

103 23 24
                                    

"Taehyung Oppa, pesanannya sudah siap." Yoojung menyusun tiga kotak nasi dan ayam goreng tepung ke dalam sebuah kantung plastik putih berukuran sedang.

"Alamatnya mana?" Taehyung mengambil pesanan yang harus ia antarkan dan melirik potongan kertas yang dipegang oleh Yoojung.

"Alamatnya, tunggu sebentar...." Yoojung membacakan alamat dan isi kertas tersebut, "pesanan atas nama Min Hee-kyo. Nasi ayam tepung tiga porsi."

"Oke." Sahut Taehyung.

"Oppa, berhati-hatilah. Jalanan menuju rumah Min Hee-kyo ini cukup terjal dan sangat jelek. Banyak yang jatuh karena tersandung batu atau terperosok ke dalam saluran air." Yoojung membaca ulang alamat rumah pelanggan mereka yang terletak di bagian bukit Pulau Jeongdo tersebut.

"Tak usah khawatir, Oppa sudah biasa naik sepeda naik-turun lembah." Taehyung menyeringai lebar.

Namun peringatan Yoojung tadi ternyata benar adanya. Selain curam dan menanjak, jalur menuju rumah Min Hee-kyo ini rupanya belum diaspal. Tanah yang merah dan licin membuat ban sepeda Taehyung selip beberapa kali. Pemuda tampan itu menjadi kesulitan mengendalikan laju sepedanya.

Tapi mendorong sepedanya menaiki tanjakan tidaklah sesulit sewaktu ia menuruni tanjakan tersebut. Jalan di depannya begitu curam. Taehyung memegangi setang sepeda sambil berusaha untuk memperlambat lajunya.

"Bruuuk!"

Taehyung terpeleset tanah merah yang gembur. Ia beserta sepedanya jatuh terperosok beberapa meter di bawah tanjakan. Kantung plastik berisi kotak nasi ayam terlempar keluar keranjang. Taehyung refleks menyelamatkan dan buru-buru memeriksa kotak makanan tersebut.

Hatinya terkesiap kaget saat mendapati ketiga kotak nasi dan ayam di dalam kantung plastik itu rusak. Isinya memang masih utuh dan tidak kotor karena telah dilapisi oleh kertas lagi, tapi kotak kemasannya sudah tidak layak untuk dipakai.

Taehyung mengeluh dalam hati. Akan butuh waktu lama jika ia harus kembali lagi ke kedai dan mengambil makanan baru, sedangkan slogan Kedai Bibi Sung adalah 'mengantarkan makanan ke seluruh penjuru Pulau Jeongdo dalam waktu lima belas menit'.

Taehyung menggelengkan kepala. Sebaiknya ia menunjukkan wajah di hadapan Min Hee-kyo dan meminta maaf terlebih dahulu, barulah setelah itu ia akan kembali untuk mengganti semua makanan yang rusak itu dengan makanan yang baru.

Untungnya Min Hee-kyo adalah seorang nenek tua yang sangat pengertian. Wanita sepuh itu bahkan menolak saat Taehyung menawarkan tambahan makanan gratis sebagai sebuah bentuk kompensasi asalkan sang pelanggan baru itu tidak lantas berhenti membeli makanan dari kedai Bibi Sung hanya dikarenakan kecelakaan ini.

"Tidak, tidak usah. Tak perlu kau lakukan itu." Nenek Min tersenyum menampik penawaran gratis dari Taehyung. "Yang rusak kan hanya kotaknya saja, sedangkan isinya masih utuh. Biar kuterima saja yang ini."

Taehyung spontan membungkukkan badan beberapa kali di hadapan nenek tua itu. Ia sama sekali tidak menyangka ada pelanggan sebaik itu.

"Sudah, sudah. Jangan menghormat lagi." Nenek Min mengibaskan kedua telapak tangannya berkali-kali. "Kau ini sedang terluka. Sebaiknya kau obati dulu luka-luka di tubuhmu itu. Biar kupanggilkan cucuku untuk mengambilkan kotak obat."

"Tak perlu repot-repot." Kali ini Taehyung yang menampik kebaikan hati si nenek. "Luka saya tidak begitu parah. Bisa saya obati nanti."

Sebelum ia semakin tak enak hati menerima kebaikan si nenek, Taehyung cepat-cepat berpamitan pulang.

Saat Taehyung tertatih-tatih membuka pintu kedai, semua orang di dalam sana menjadi kaget melihatnya. Yoojung dan juga Yoona-----yang baru tiba di kedai beberapa menit yang lalu-----sontak bergegas menghampirinya.

LOVE THAT DOESN'T HAVE A NAME [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang