BAB 1

309 38 23
                                    

Malam sudah begitu larut. Sebuah SUV Hyundai Genesis GV80 warna hijau gelap melesat dengan kecepatan tinggi menembus lengangnya jalanan di pusat kota Seoul.

Kim Taehyung----pengemudi mobil mewah tadi----mengeraskan volume musik yang sedang ia setel. Smoke On the Water milik grup rock asal Inggris, Deep Purple menghentak-hentak memenuhi kabin mobilnya.

Taehyung tak biasanya menyetel musik rock keras-keras, apalagi pada tengah malam buta seperti ini. Namun kedua matanya yang sudah sejak kemarin sore minta untuk diistirahatkan-----hampir tak bisa lagi diajak kompromi. Ia sangat mengantuk dan satu-satunya cara untuk membuat otaknya tetap bekerja adalah dengan menyetel musik rock keras-keras.

Suara khas Ian Gillan dan cabikan gitar listrik Ritchie Blackmore ternyata tidak cukup ampuh untuk menahan kantuk yang menyerang Taehyung.

Lelaki tampan itu menguap beberapa kali. Ia meraba cup holder di dalam mobil untuk meraih kaleng minuman karbonasi yang ia taruh di sana. Setelah meneguk setengah isi kaleng, Taehyung mengembalikan minuman soda tadi ke dalam cup holder tanpa memalingkan wajahnya dari kaca kemudi.

Taehyung mementangkan kedua matanya lebar-lebar, namun ia kembali menguap.

"NGEEEEEENG!!!"

Sekonyong-konyong, sebuah motor muncul dari tikungan di depannya. Taehyung sama sekali tidak sempat mengantisipasi kemunculan mendadak motor tersebut.

Ia tersentak kaget dan refleks menginjak pedal rem mobil dalam-dalam.

Terdengar sebuah bunyi benturan keras. Hyundai Genesis GV80 yang baru Taehyung beli tiga bulan yang lalu itu pun berputar dua kali sebelum akhirnya berhenti setelah menghantam pembatas jalan raya.

Kepala Taehyung tak sempat mengenai setir mobil karena kantung udara sudah keburu mengembang----menghantam wajah dan dadanya dengan sangat keras. Bagian samping kepalanya membentur kaca pintu mobil. Taehyung merasa telinganya berdenging. Batok tengkorak serta beberapa tulang di tubuhnya nyeri tak terkira. Hantaman kantung udara di dadanya sontak membuatnya sesak nafas.

Taehyung meringis kesakitan. Hal terakhir yang ia lihat adalah kaca mobilnya yang sedikit remuk. Dan sebelum ia jatuh tak sadarkan diri, Taehyung tahu bahwa dirinya baru saja melakukan sebuah kesalahan fatal.

_______________________________________


Begitu ia siuman, Taehyung merasakan bagian luar kelopak matanya panas terbakar. Spontan ia terbangun, namun secepat ia membuka matanya, secepat itu pula ia merapatkan kedua matanya kembali.

Silau! Ia tak bisa melihat apa-apa selain cahaya putih yang membutakan. Apakah ia sudah mati? Seperti inikah yang namanya alam baka?

"Taehyung?"

Taehyung merasakan sebuah sentuhan tangan seseorang di atas lengannya. Sentuhan itu terasa asing, namun tidak dengan suara yang didengarnya.

"Sun-bin?" Taehyung membuka matanya dengan hati-hati. Suaranya sendiri terdengar begitu parau.

"Kau sudah sadar!" Lee Sun-bin berseru keras. Perempuan cantik itu tidak dapat menutupi rasa lega yang tersembunyi di balik nada suaranya. Ia spontan bangkit dan memencet tombol yang menghubungkan kamar yang ditempati oleh Taehyung dengan meja suster. Tak puas hanya dengan memanggil suster, Sun-bin kemudian menelepon bosnya melalui ponselnya.

Saat Sun-bin berbicara di telepon, Taehyung baru menyadari rasa nyeri di sekujur tubuhnya, terutama di bagian kepala dan dada kirinya. Ia berusaha untuk duduk, tapi gagal.

"Jangan bangun dulu." Dengan penuh kecemasan, Sun-bin menutup telepon sambil menahan tubuh Taehyung. "Berbaringlah yang tenang, biar dokter memeriksamu terlebih dulu."

LOVE THAT DOESN'T HAVE A NAME [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang