BAB 22

114 21 43
                                    

Sejak kecelakaan yang menimpa Paman Sung di tambang batu bara, Taehyung membeli dan menyimpan perlengkapan medis di rumah Keluarga Sung, tapi perlengkapan medis yang ia beli tentu tidak memadai untuk melakukan operasi usus buntu. Ditambah lagi, ia sendiri bukanlah seorang dokter bedah. Melakukan operasi usus buntu sekecil apapun di rumah, tentu sangat berbahaya. Tapi Taehyung tak punya banyak pilihan. Jika terlambat ditangani, usus buntu bisa mengalami perforasi atau pecah. Dan jika sampai pecah, maka akan terjadi peritonitis atau peradangan di bagian peritoneum, yakni lapisan jaringan ikat yang mengelilingi organ perut. Infeksi rongga perut ini termasuk kondisi serius yang akan berujung pada kematian.

Tubuh Yoona menggigil saat Taehyung menjelaskan semua prosedur operasi yang akan mereka lakukan jika seandainya keadaan Kongchi segawat perkiraan Taehyung. Itupun kalau benar yang Kongchi derita adalah usus buntu dan bukan penyakit lain yang memiliki gejala serupa seperti infeksi saluran kemih atau gangguan ginjal.

Karena peralatan dan obat-obatan yang dimiliki oleh Taehyung tidak memadai, ia terpaksa meminta sebagian kepada Bidan Min yang ikut mendampingi mereka ke rumah Kongchi.

Saat Taehyung tiba, Kongchi tengah meraung-raung kesakitan di atas kasurnya.

"Tuan, biarkan saya memeriksa Anda sebentar." Taehyung berkata tenang.

Yoona dan Bidan Min duduk di belakangnya dengan wajah tegang.

Usai memeriksa keadaan perut Kongchi, Taehyung bertambah yakin bahwa sakit yang diderita oleh bos preman itu memanglah apendisitis atau usus buntu.

"Tuan, saya akan membedah perut Tuan dan mengeluarkan usus buntu Tuan. Apakah Tuan bersedia?"

Kongchi yang sudah menahan sakit sejak semalaman hanya bisa mengerang dan mengangguk pasrah.

"Tapi peralatan medis yang saya miliki sangat minim, jadi ada beberapa prosedur medis yang terpaksa saya lewatkan."

Kongchi tiba-tiba menarik tangan Taehyung dengan keras, "cepat lakukan... Saya sudah... Tak tahan lagi...."

Taehyung menoleh dan mengangguk kepada Yoona dan Bidan Min. Ia meminta agar kamar tidur Kongchi disterilisasi untuk meminimalisir kuman serta bakteri yang bisa mengakibatkan infeksi. Ia juga menyuruh Yoona serta Bidan Min untuk mencuci tangan sampai bersih dan mengenakan pakaian yang juga bersih.

"Sebaiknya kalian menunggu di luar kamar sampai operasi selesai kami lakukan." Setelah berganti pakaian dengan yang sudah disterilisasi, Taehyung memerintahkan semua anak buah Kongchi untuk menutup pintu dari luar. "Dan apapun yang terjadi, jangan membuka pintu atau mengganggu kami."

"Baik, Seonsaengnim." Ujar Shin-il sambil menutup pintu kamar rapat-rapat.

"Yoona, kau tak apa-apa?" Taehyung menatap Yoona yang sedang mengenakan masker bedah.

Gadis itu mengangguk. Habisnya, ia harus menjawab apa? Taehyung yang menyeretnya ke dalam situasi ini.

Kongchi dibius total dan dipasangi selang oksigen. Bidan Min akan memantau denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasan si pasien selama operasi berlangsung.

Awalnya Yoona biasa-biasa saja, namun saat ia melihat Taehyung membuat sayatan pada perut bagian bawah Kongchi, ia hampir saja muntah melihat darah yang merembes keluar dari perut Kongchi.

"Yoona, kapas dan kasa steril." Dengan tenang Taehyung mengulurkan tangan kepada Yoona.

Yoona cepat-cepat memberikan apa yang Taehyung minta.

Selanjutnya Taehyung memisahkan otot perut dan membuka perut Kongchi. Bagian ini benar-benar membuat Yoona mual. Bau obat dan darah bercampur di udara. Ia memaksakan diri agar tidak jatuh pingsan. Tapi ternyata proses selanjutnya membuat tubuh Yoona semakin bergidik ngeri.

LOVE THAT DOESN'T HAVE A NAME [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang