BAB 5

121 26 10
                                    

Taehyung memandang bagian dalam perpustakaan yang rusak oleh badai. Tiga orang tukang bangunan tengah memperbaiki langit-langit perpustakaan. Beberapa orang lagi tengah menggeser-geser rak-rak buku yang kosong. Taehyung menduga semua buku-buku di sana pasti sudah dipindahkan ke suatu tempat yang lebih aman.

"Taehyung ssi,"

Suara Yoona membuat Taehyung menoleh. Gadis cantik itu menghampirinya bersama seorang lelaki paruh baya yang Taehyung yakin adalah ayah sang gadis.

"Ini ayahku."

Taehyung memberi hormat pada ayah Yoona.

Pria berambut kelabu itu menerima salam hormat Taehyung. "Jadi kau adalah temannya Jinwoo dari Seoul?"

Sekali lagi Taehyung terpaksa berdusta.

Ayah Yoona menatapnya tanpa bersuara. Tatapan tajam lelaki paruh baya itu menusuk ke dalam rongga dada Taehyung seolah-olah dia bisa melihat jelas kebohongan yang diciptakan oleh Taehyung.

"Semoga semua duka ini segera berlalu." Ujar ayah Yoona singkat.

Taehyung merasa heran melihat reaksi tawar ayah Yoona. Lelaki itu tidak menunjukkan sikap seorang calon mertua yang sangat menyayangkan kepergian calon menantunya. Taehyung melirik Yoona. Ia lega gadis itu tidak merasa terganggu dengan sikap dingin ayahnya. Mungkin Yoona sudah terbiasa.

Melihat sosok Tuan Lim, Taehyung dapat membayangkan kesulitan-kesulitan apa saja yang mesti dihadapi oleh Jinwoo dahulu demi mendapatkan Yoona. Tuan Lim bukanlah seorang pria yang akan dengan mudah menyerahkan anak gadisnya kepada sembarang lelaki yang memintanya. Layaknya seorang ayah yang bertanggung jawab, Taehyung percaya Tuan Lim tak pernah menganggap ada lelaki yang cukup pantas untuk menjadi pendamping anak perempuannya.

"Apa kau akan tinggal lama di Jeongdo?" Pertanyaan ayah Yoona ditujukan pada Taehyung.

Lelaki muda itu menggeleng. "Saya berencana untuk kembali ke Seoul sore nanti." Jawabnya.

"Kau harus pastikan cuaca sore nanti bagus, takkan ada satupun kapal yang mau berlayar dalam cuaca buruk."

Taehyung memastikan diri untuk mengikuti anjuran Tuan Lim. Ia tak mau berdiam diri lebih lama lagi di pulau kecil itu.

"Noona!"

"Eonnie!"

Serombongan anak kecil berusia 5-6 tahun berlari memasuki pintu perpustakaan yang terbuka lebar.

Yoona menyambut mereka semua dengan riang. Tapi sesaat kemudian gadis cantik itu menekuk alis dan bibir bawahnya dengan wajah ketus.

"Bukankah sudah kukatakan agar kalian jangan datang ke perpustakaan selama masa perbaikan? Sekarang tempat ini tidak aman untuk kalian. Ada banyak serpihan kayu, batu, dan paku di mana-mana."

"Tapi kami semua kangen pada Eonnie!" Seorang gadis cilik berkuncir pendek memeluk Yoona dengan erat.

"Betul apa kata Yisoo, kami kangen pada Noona. Kapan kita akan belajar lagi, Noona?" Salah satu bocah lelaki berkepala botak mengiyakan perkataan temannya.

"Nanti, setelah perpustakaan ini selesai diperbaiki." Jawab Yoona. Ia berjongkok sambil mengeluarkan selembar sapu tangan untuk membersihkan noda ingus yang menempel di ujung hidung si bocah.

"Kapan selesainya?" Tanya anak-anak yang lain.

"Minggu depan." Ayah Yoona yang menjawab. "Sekarang pulanglah sebelum orangtua kalian menyusul ke sini."

"Tapi kami masih kangen pada Noona." Salah satu dari mereka protes.

Taehyung memerhatikan kelima anak kecil itu saling berebut perhatian Yoona.

LOVE THAT DOESN'T HAVE A NAME [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang