BAB 4

72 19 7
                                    

Keesokan harinya, Taehyung bangun kesiangan. Dengan tergesa-gesa, ia keluar dari kamar tidur Jinwoo. Tak ada seorangpun di dalam rumah, bahkan nenek Jinwoo pun tak berada di kamarnya.

Kepala Taehyung berdenyut-denyut. Ia melihat semangkuk nasi, ikan kakap merah rebus dan kkwong-toryeom tersaji lengkap di atas meja tamu. Ia menduga semua makanan itu sengaja dihidangkan untuknya.

Karena perutnya terasa lapar, Taehyung pun duduk bersila di depan meja dan menyantap habis semua masakan yang disediakan oleh Nyonya Sung. Tapi ia masih penasaran, ke manakah perginya semua orang?

Karena merasa bosan berada di rumah seorang diri, Taehyung pergi ke luar setelah mandi pagi. Ia sama sekali tak mengenal daerah Jeongdo, tapi tak ada salahnya berjalan-jalan sebentar.

Taehyung sempat mengintip ladang yang berada di belakang rumah. Ia menyangka akan menemukan Sung Dong-il di sana, tapi ternyata ladang itu kosong melompong. Taehyung memerhatikan tanaman apa saja yang ditanam oleh ayah Jimwoo di ladangnya yang luas itu. Tapi pengetahuan biologi Taehyung lebih terfokus pada anatomi tubuh manusia ketimbang anatomi sayur-mayur. Ia hanya bisa menebak-nebak bahwa Tuan Sung menanam kentang, kubis, serta tomat. Sisanya ia tak tahu lagi.

Gagal menebak sayur-sayuran lainnya di ladang keluarga Sung, Taehyung meninggalkan pekarangan rumah dan berjalan ke arah mana kakinya melangkah.

Orang-orang yang tinggal di Pulau Jeongdo sebagian besar berprofesi sebagai petani atau nelayan. Keadaan geografis Jeongdo memungkinkan siapapun yang berada pulau itu untuk bisa melihat bukit-bukit rendah di satu sisi dan lautan bebas di sisi lainnya.

Taehyung baru menyadari bahwa penduduk Jeongdo hampir tak ada yang memiliki mobil kecuali juragan ikan atau bos sayuran. Taehyung seperti dibawa ke tahun 1960-an di mana kebanyakan orang mengayuh sepeda atau menaiki traktor sebagai alat transportasi mereka.

Pemuda tampan itu tersenyum kecil mendapati sepasang suami-istri tengah mendorong sebuah gerobak berisi sayur mayur. Pemandangan seperti ini takkan dijumpainya di Seoul.

"Kring! Kring!"

Taehyung spontan menyingkir hingga ke tepi jalan mendengar bunyi bel sepeda di belakangnya.

"Taehyung ssi." Yoona menghentikan laju sepedanya. Ia tersenyum dan membungkukkan kepala pada Taehyung. "Kau hendak pergi ke mana?" Tanyanya ramah.

"Aku cuma berjalan-jalan tanpa arah." Taehyung mengangkat bahu. "Kau sendiri mau ke mana?"

"Aku hendak pergi ke perpustakaan. Oh ya, bagaimana kabar nenek Park? Apakah beliau sudah sehat?"

"Siapa nenek Park?" Dahi Taehyung berkerut.

Yoona memaklumi rasa bingung Taehyung. "Nenek Park adalah neneknya Jinwoo. Nama asli beliau adalah Park Joo Ah. Sepertinya paman dan bibi Sung belum sempat mengatakannya padamu."

Taehyung menggelengkan kepalanya. "Mereka memang belum mengatakannya padaku."

"Tapi sekarang kau sudah tahu, bukan?"

Taehyung mengangguk-angguk. Ia terbayang wanita tua renta yang membuatnya menginap semalaman di kediaman Keluarga Sung. "Eh, tapi Nenek Park tak ada di rumah. Aku tak tahu dia pergi ke mana. Apa mungkin nenek Park berkeliaran seorang sendiri?" Menyadari kemungkinan itu, Taehyung sontak diliputi oleh rasa cemas. "Haruskah aku khawatir? Tadi kukira nenek Park pergi bersama paman dan bibi Sung, tapi sekarang aku takut dugaanku ini salah."

Yoona turun dari sepedanya, "seingatku nenek Park tak pernah berkeliaran sendiri. Mungkin Bibi Ok-suk mengajaknya ke kedai."

"Kedai?"

LOVE THAT DOESN'T HAVE A NAME [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang