BAB 23

114 22 23
                                    

Taehyung membuka kedua matanya. Ia baru saja menuntaskan doanya. Lelaki yang sangat tampan itu menatap keseribu lilin yang masih menyala di tengah embusan angin malam. Ternyata para dewa enggan mengabulkan permohonannya----satu-satunya permohonan yang ia panjatkan semenjak ia terlahir ke dunia ini.

Taehyung merunduk dan memadamkan lilin-lilin di depannya satu persatu seolah tengah mencoba untuk menghapus satu demi satu kenangannya bersama Yoona. Hhhh, mengapa Tuhan mempertemukannya dengan Yoona? Mengapa mereka jatuh cinta jika akhirnya mesti berpisah seperti ini?

Tapi anehnya, Taehyung sama sekali tidak menyesal telah bertemu dan mengenal Yoona. Ia sama sekali tidak menyesal telah jatuh hati dan mencintai gadis itu sedemikian dalamnya. Jika ia harus mengulangi semuanya, ia akan tetap memilih untuk bertemu dan jatuh cinta dengan Yoona lagi meskipun harus berakhir pahit seperti ini. Oh, seandainya saja ada sebuah keajaiban bagi Yoona dan dirinya....

Taehyung berjongkok untuk memadamkan nyala api pada lilin terakhir. Namun ketika ia hendak meniup lilin tersebut, ada sebuah tangan yang merebut lilin itu.

"Jangan kau padamkan lilin yang terakhir ini."

Taehyung mendongak dan melihat Yoona tengah melindungi satu-satunya lilin yang belum sempat ia padamkan.

"Kau... Kembali...?" Cetus Taehyung tak percaya.

"Tae, apa yang kau rasakan saat kau berbohong padaku, saat kau tak bisa mengatakan padaku siapa dirimu yang sebenarnya? Saat kau harus terus berdusta di depan mataku?" Yoona menatapnya lekat-lekat. Ada sisa-sisa airmata yang membekas di pelupuk mata gadis itu.

"Rasanya aku seperti membunuh diriku berkali-kali dan tetap merasa tersiksa."

Yoona mengangguk. "Seperti itulah perasaanku sekarang. Aku sudah mencoba untuk melupakanmu, untuk berhenti mencintaimu. Aku terus memaksakan dusta bahwa suatu saat nanti, aku tidak akan pernah mengingatmu lagi dan cintaku akan padam dengan sendirinya." Airmata Yoona kembali mengalir turun. "Tapi saat aku membayangkan bahwa aku tidak akan pernah melihatmu lagi, rasanya aku seperti menerima hukuman mati. Mengapa aku tak bisa membencimu pada saat seharusnya aku benci setengah mati padamu? Mengapa mencoba melupakanmu malah sangat menyiksaku? Jika ini adalah cinta, apa yang harus kulakukan dengan cinta yang seperti ini?"

"Yoona," Taehyung mengambil batang lilin yang meleleh mengenai tangan Yoona. "Tanganmu melepuh."

Yoona baru sadar bahwa tangannya merah terkena lelehan lilin yang panas. Ia diam saja saat Taehyung membawanya ke dalam pondok. Ia duduk di atas dipan panjang yang dialasi oleh kasur lipat dan selimut. Jadi di sinikah Taehyung tidur selama ini? Tempat itu memang bersih dan wangi lilin, tapi tetap saja Hati Yoona membatin.

Taehyung masuk ke bagian dalam pondok dan kembali dengan membawa satu kotak obat. Ia mengolesi punggung tangan dan juga jari-jari Yoona dengan salep antiseptik untuk mengurangi rasa perih. Tapi malah Yoona yang terkejut saat melihat kedua telapak Taehyung yang merah melepuh. Lepuhan di tangan Taehyung jauh lebih parah daripada lepuhan di tangannya sendiri.

"Tanganmu." Yoona cepat-cepat mengangkat dan menatap kedua telapak Taehyung. "Tanganmu tentu melepuh karena membuat seribu lilin." Sebagai penduduk asli Jeongdo, Yoona tahu salah satu tahapan pembuatan lilin tradisional pulau mereka adalah melumurkan cairan lilin panas ke batang sumbu. Dan itu semua harus dilakukan dengan tangan telanjang. Tak terbayangkan olehnya berapa ribu kali Taehyung mesti mencelupkan tangannya ke dalam cairan lilin yang panas.

"Tanganku tidak apa-apa." Taehyung tersenyum.

Namun melihat senyuman Taehyung, Yoona justru semakin keras menangis. "Kau... Kau..." Ia memegang tangan Taehyung erat-erat. "Maafkan aku telah membuatmu seperti ini...."

LOVE THAT DOESN'T HAVE A NAME [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang