BAB 8

74 21 16
                                    

Usaha delivery service kedai Bibi Ok-sun laris manis. Hampir setiap jam mereka mendapatkan pesanan untuk diantarkan. Lama kelamaan Taehyung menjadi hafal dengan daerah-daerah di sepanjang Pulau Jeongdo. Karena Keluarga Sung hanya memiliki sebuah sepeda dan sepeda itu biasanya digunakan Yoojung untuk bersekolah, setiap harinya Taehyung selalu mengantar-jemput gadis remaja itu ke sekolahnya.

"Baik, baik. Pesanan Anda akan segera kami antarkan." Ayah Jinwoo mencatat di selembar kertas sambil menutup ponselnya. Ia menyerahkan catatan tersebut kepada isterinya yang langsung menyiapkan semuanya di dapur kedai.

"Ada pesanan lagi, Paman?" Taehyung yang sedang mengelap meja mendongakkan kepalanya.

"Ada, Pak Jung yang pesan. Dia ingin pesanannya diantarkan ke bengkel kayunya." Dong-il mengencangkan ikatan kepalanya. "Kali ini Paman kembali meminta bantuanmu, Taehyung ssi."

Taehyung mengiyakan permintaan ayah Jinwoo. Hari itu kedai sedang ramai dan semua orang sibuk melayani para tamu yang baru turun dari kapal.

"Guluduk, guluduk." Suara gesekan awan yang kelabu terdengar jelas dari atas langit----seperti bunyi perut seorang raksasa yang tengah kelaparan.

Yoona membawa nampan berisi dua mangkuk ramyeon kimchi dari dalam dapur untuk meja nomor 4. Ia melirik keluar jendela. Sepertinya sore nanti akan turun hujan.

Sejak perpustakaan tempatnya bekerja telah selesai diperbaiki bulan lalu, Yoona kembali menghabiskan setiap harinya di perpustakaan. Namun karena ia juga ingin membantu Keluarga Sung menjalankan kedai mereka, akhirnya Yoona meminta izin kepada ayahnya----sang kepala perpustakaan-----untuk bisa pulang lebih awal. Sang ayah mengabulkan permintaannya tanpa banyak cakap.

"Kalau kau hendak mengantarkan pesanan makanan pada Pak Jung, sebaiknya kau jangan lupa membawa jas hujan." Yoona berkata pada Taehyung. "Biar kuambilkan di dapur." Ia melangkah pergi.

Taehyung menoleh langit di luar jendela kedai. Awan mendung memang tampak menutupi beberapa bagian langit, tapi ia yakin hujan tidak akan segera turun.

"Taehyung ssi, tolong antarkan ini ke rumah Pak Jung, ya." Bibi Sung menyerahkan satu kantung plastik berisi dus ayam goreng yang dipesan oleh Pak Jung.

"Baik, Bi." Sahut Taehyung sambil mengambil bungkusan plastik putih tersebut.

"Berhati-hatilah di jalan." Kata Bibi Sung lagi.

Taehyung mengangguk. Ia keluar dari dalam kedai dan menaruh plastik makanan yang harus ia antarkan ke dalam keranjang sepeda. Ia kemudian mulai mengayuh sepedanya.

Yoona yang baru saja kembali dari dapur dengan membawa jas hujan celingukan mencari-cari Taehyung di luar kedai.

"Bi, apakah Taehyung sudah pergi?" Tanya Yoona kepada ibu Jinwoo.

"Dia baru saja pergi." Jawab ibu Jinwoo.

Yoona memandang jas hujan yang ia pegang dan menghela nafas.

Sepuluh menit kemudian hujan turun secara mendadak dengan derasnya. Dong-il segera menutup pintu kedai agar air hujan tidak memercik ke dalam ruangan dan membuat basah tamu-tamunya.

"Taehyung tidak membawa jas hujan, ya?" Celetuk Bibi Sung kepada Yoona.

Yoona menggeleng. Ia sedikit jengkel karena tadi Taehyung tidak mau bersabar menunggunya membawakan jas hujan dari dalam dapur. Hujan deras yang diiringi oleh angin kencang itu membuat Yoona mengkhawatirkan keadaan Taehyung di luar sana. Semoga saja Taehyung tidak jatuh terperosok ke dalam parit atau ke dalam petak-petak sawah karena jalanan yang basah dan licin oleh air hujan. Yoona juga berdoa agar Taehyung tidak akan jatuh sakit. Ia ingat pemuda itu pergi hanya dengan memakai kaus dan celana berbahan kain tanpa memakai jaket ataupun mantel.

LOVE THAT DOESN'T HAVE A NAME [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang