BAB 12

141 21 34
                                    

Hari berikutnya, Yoona tidak muncul di kedai. Sia-sia Taehyung menanti sampai matahari tenggelam, gadis itu tak menampakkan diri sama sekali. Ia menjadi gelisah. Taehyung percaya Yoona sengaja tidak datang ke kedai karena apa yang ia perbuat kepada gadis itu semalam. Walaupun Yoona mengatakan bahwa dirinya tidak marah atas kecupan yang dicuri olehnya, Taehyung yakin gadis cantik itu berdusta.

Yoona pasti marah. Benar-benar marah. Taehyung mendesah berkali-kali. Sudah empat kali ia melintas di depan perpustakaan dan juga di depan rumah Yoona, namun gadis yang dirindukannya itu tak juga ia lihat. Baik perpustakaan maupun gerbang rumah Yoona, kedua-duanya sama-sama tertutup rapat.

Taehyung mengelap meja kedai sambil menggelengkan kepala berkali-kali. Wajahnya muram. Gerakannyapun lesu tanpa semangat. Setiap kali pintu kedai terbuka, ia akan cepat-cepat menoleh dan kemudian kembali mendesah kecewa saat yang datang bukanlah pujaan hatinya.

"Eomma, apa Eomma tahu kalau Yoona eonnie sedang sakit?" Yoojung yang baru pulang sekolah datang ke kedai diantar oleh Soobin. Ia setengah berlari menghampiri ibunya.

Taehyung mendongak kaget. Yoona sakit? Apakah karena terkena hujan semalam?

"Yoona sakit apa?" Tanya ibunya. "Bagaimana kau tahu?"

"Chaerin yang bilang. Adiknya Chaerin, Yisoo, adalah murid eonnie. Chaerin bilang hari ini perpustakaan tutup karena Yoona eonnie jatuh sakit."

Taehyung ingin sekali berlari menemui Yoona di rumahnya, tapi ia takut gadis itu justru tak mau melihat wajahnya.

"Kalau begitu, cepat kau antarkan makanan untuk Yoona." Bibi Sung bergegas ke dapur dan membungkus beberapa makanan untuk diantarkan ke rumah Yoona.

"Apa Yoona sakit parah? Demamkah dia?" Taehyung mendesak Yoojung.

"Aku tak tahu, nanti aku kabari Oppa kalau aku sudah melihat sendiri bagaimana kabar eonnie." Yoojung menatap Taehyung. "Hei, kenapa Oppa tidak ikut saja denganku?"

Taehyung buru-buru menggelengkan kepalanya. "Kau saja yang pergi. Kedai sedang ramai. Aku lebih dibutuhkan di sini."

Yoojung memandang Taehyung. Ia angkat bahu acuh tak acuh.

Malamnya, Yoojung kembali dari rumah Yoona dengan membawa sebuah kabar.

"Yoona eonnie ternyata demam tinggi. Panasnya sampai 38 derajat!" Ia berkata heboh.

Taehyung dan keluarga Sung yang sedang makan malam mendongak kaget.

"Apa Yoona sudah dibawa ke dokter?" Taehyung mencetus. Wajahnya diliputi oleh kekhawatiran. "Demam di atas 38 derajat harus mendapatkan penanganan khusus. Jika demamnya sampai mencapai 40 derajat celsius, bisa berisiko menyebabkan gangguan fungsi otak dan kejang." Taehyung hampir saja melonjak dari bangku yang ia duduki.

"Aih, Oppa ini bicaranya sudah seperti dokter saja." Yoojung menebah dada saking kagetnya melihat reaksi Taehyung.

"Bagaimana gejala demam yang dimiliki oleh Yoona?" Taehyung berdiri dan menarik Yoojung agar duduk di sampingnya.

"Demam ya demam. Dia panas tinggi." Jawab Yoojung sekenanya. Memangnya Taehyung tidak tahu seperti apa orang yang sedang demam?

"Dia menggigil, tidak?"

"Menggigil. Selimutnya saja sampai tiga lapis."

"Batuk? Nyeri kepala? Nyeri tenggorokan? Diare? Muntah-muntah?" Cecar Taehyung.

"Aduuuh, Oppa. Kau membuatku pusing." Yoojung menutup telinganya. "Kalau Oppa ingin tahu, jenguk saja sendiri."

Taehyung merasa jengah. Ayah, ibu, serta nenek Jinwoo menatapnya dengan bingung.

LOVE THAT DOESN'T HAVE A NAME [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang