👑 BAGIAN 3 👑
Selamat membaca teman-teman 🤍*
Duduk menyamping dengan melipat kaki dan meletakkan kedua tangan di pangkuan. Sosok ramping berisi Jade Paisley menatap ke depan.
"Aku punya anak. Mereka masih kecil-kecil."
"Ah. Tentu saja. Aku suka anak-anak."
"Aku..."
"...Aku itu terlalu tinggi. Kau seharusnya membahasakan dirimu dengan saya. Bukan begitu?"
"Ini semua urusan ayahku dan dia sudah mati."
"Bukan berarti kau berhak mempertahankan apa yang ayahmu pegang selama ini."
"Itu...Tuan Paisley..."
"Aah...tentu saja. Ayahku. Dia serakah dan aku harus menempatkan semua di tempat yang semestinya. Termasuk perusahaan itu. Ahli waris Tuan Solomon masih ada. Mereka lebih berhak bukan? Anak-anaknya?"
"Tapi..."
"...aku sudah menghitung berapa yang berhak kau dapatkan."
"Itu. Aku berjuang untuk perusahaan itu..."
"...kau memperjuangkan yang bukan milikmu. Kau tahu konsekuensinya."
"Kenapa? Heh? Kenapa tidak bisa?"
"Karena aku bukan ayahku."
Sosok Jade beranjak. Tatapan matanya dingin dan dia menatap pria di depannya lekat-lekat. Dia bergeming dan merasa cukup. Waktunya menyerahkan semua pada anak buahnya yang sudah bersiaga. Pria baya di depannya, yang sok merasa tua dan harus dihormati seusai hirarki, nyatanya bukan sosok yang bisa diajak berembuk. Dia salah satu yang paling memuakkan untuk Jade.
Lolongan terdengar sesaat kemudian saat Jade mengemudikan mobilnya keluar dari gudang kosong tak terpakai yang ada di pinggir kota.
"Apa ini akan meringankan langkahmu, Pa?"
Tanda tangan itu sudah pasti didapatkan. Satu dari sekian banyak keserakahan mendiang Brad Paisley terhadap koleganya akan segera diserahkan pada ahli warisnya. Itu masalah sepele namun pria tadi adalah salah satu yang paling bandel dan selalu memiliki cara untuk mangkir. Butuh bertahun-tahun untuk melacak pria itu yang ditemukannya di kepulauan Fiji beberapa jam lalu.
Jade melajukan mobilnya menuju mid Manhattan dan melesat kencang di jalan utama lalu berbelok memasuki basemen parkir sebuah apartemen mewah.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO SANG ARUTALA
RomanceKepergiannya meninggalkan sepucuk surat untuk kakak perempuannya, menyisakan ratusan pertanyaan hingga bertahun-tahun kemudian. Ketiadaan kabar darinya hingga waktu yang lama, membuat semua orang berpikir, dia membutuhkan waktu untuk menata hidupnya...