👑 BAGIAN 4 👑
Selamat membaca teman-teman 🤍
*
“Hei, Mike. Ada apa dengan bos kita?“
Kurang lebih seperti itu pertanyaan yang keluar dari mulut para karyawan yang jeli melihat perubahan dalam diri bos mereka. Dan Mike Benally, sebagai seseorang yang bersinggungan langsung dengan CEO mereka, adalah orang yang paling tepat untuk bertanya.
“Ada apa?“ Mike balik bertanya. Mereka masuk lift dan berdiri dengan gesture penasaran.
“Tuan Leandro datang pagi-pagi dan menggunakan lift karyawan. Resepsionis bilang seperti itu.“
“Hari ini jadwalnya sangat padat. Dia datang lebih pagi itu wajar bukan?“
“Dia menyapa semua orang.“
“Paginya baik. Itu saja. Sudah. Selamat bekerja semuanya.“
Rasa penasaran itu tidak terjawab karena Mike Benally sebelas dua belas dengan CEO mereka. Dia sekertaris yang selalu serius dan tidak bisa diajak bergosip. Gerundelan terdengar di sana-sini namun semua orang diam ketika sampai di ruangan mereka dan memasuki kubikel masing-masing. Atmosfer selanjutnya adalah suasana yang serius dengan komputer-komputer yang menyala di sana sini. Lalu pesanan kopi dan teh datang dibawakan seorang office boy.
Sosok Mike Benally sendiri terlihat memasuki ruang CEO dan menyerahkan jadwal bos nya hari itu. Dan seperti hari-hari biasanya, sang bos segera memeriksa jadwalnya itu dengan teliti.
Mungkin benar ada yang terjadi hari itu atau kemarin? Mike Benally menautkan alis ketika Jade Paisley menerima permohonan untuk wawancara dari sebuah tabloid wanita. Selama ini dia sangat menghindari bersinggungan langsung dengan media. Pria itu juga memberikan ceklist pada kunjungan ke sebuah shelter, sementara selama ini dia hanya mengirimkan banyak bantuan tanpa mau menampakkan diri.
“Kosongkan jadwalku setelah jam 16.00, Mike. Jadwal setelah itu tolong diatur ulang untuk besok. Aku harus menemui nenekku.“
“Baik, Sir.“
Dan hari berlangsung seperti biasanya. Mereka sibuk seperti yang sudah seharusnya terjadi di Thunderhawk Corp. Jiwa-jiwa pekerja yang selalu penasaran dengan inovasi baru, pria-pria kaku yang terpaku pada ambisi bekerja dengan benar, resepsionis yang berkaca dan memoles lagi bibirnya dengan lipstik merah, hingga janitor tua yang mendorong peralatan kebersihan dengan pelan, memastikan area di mana dia bertugas sempurna.
Dan jam 16.30 terlalu cepat untuk sebuah makan malam dan terlambat untuk acara minum teh. Jade melajukan mobilnya memasuki gerbang yang terbuka otomatis. Dia melambai ke arah seorang penjaga rumah pertanian milik kakeknya. Jade memastikan bunga yang dia letakkan di jok tetap baik-baik saja.
Jade memarkir mobil di halaman rumah. Itu menandakan bahwa dia tidak akan menginap. Dia memasuki rumah pertanian disambut oleh kepala pelayan baru. Tidak benar-benar baru karena kepala pelayan itu dipilih karena dia sudah lama bekerja di rumah itu. Pria itu memiliki jabatan baru menggantikan kepala pelayan lama yang pensiun.
Diantarkan ke kamar utama di rumah itu, Jade menunggu kepala pelayan mengetuk pintu. Terdengar suara kakeknya dari dalam dan pintu dibuka.
“Terima kasih.“ Jade mengangguk ke arah kepala pelayan.
“Sama-sama, Tuan.“
Jade masuk dan pintu ditutup kembali.
“Kau sudah makan, Jade?“
Jade melemparkan tubuhnya ke samping kakeknya yang sedang menonton pertandingan baseball. Pria tua di sampingnya itu segera memiting kepalanya dan mereka bergulat sesaat. Tawa Caleb Leandro memenuhi kamar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO SANG ARUTALA
RomanceKepergiannya meninggalkan sepucuk surat untuk kakak perempuannya, menyisakan ratusan pertanyaan hingga bertahun-tahun kemudian. Ketiadaan kabar darinya hingga waktu yang lama, membuat semua orang berpikir, dia membutuhkan waktu untuk menata hidupnya...