Selamat membaca teman-teman 🤍
*
"Begini rasanya punya kekasih CEO?"
Bestari berbalik setelah menyipit menatap Jade yang duduk di dalam mobil menunggunya. Pria itu tidak turun sesuai dengan permintaannya, namun mobilnya tidak segera meninggalkan jalan di depan kampusnya. Jack sang sopir juga terlihat anteng seakan keberpihakan pada bosnya adalah yang utama.
"Aku sudah tua. Seharusnya aku tidak perlu diantar kemana-mana. Apalagi ke kampus."
Bestari terus melangkah dan terkejut ketika Phui menepuk pundaknya dari belakang.
"Ya Tuhan. Kau membuat aku kaget."
"Dia mengantarmu, huuh?"
"Iya."
"Aku yakin kalian ada apa-apa."
"Hahaha..." Bestari tertawa terputus-putus dan mereka memilih menaiki tangga untuk pergi ke kelas. "Lima menit lagi, ayo kita cepat." Bestari menarik Phui setelah memastikan jam di pergelangan tangannya.
"Dia menyamakan jam kerjanya denganmu. Apalagi? Huum?"
"Jangam berpikir terlalu jauh. Itu perusahaan keluarga dan dia malas."
Mereka melangkah di sepanjang koridor dan memasuki ruang kelas. Siang itu adalah kelas Prof Archer Broudy dan banyak muridnya sudah menunggu. Bestari mengekor Phui menaiki anak tangga dan memilih bangku paling atas.
Kembali pada kesibukan kampus yang terlihat membosankan. Bestari bersyukur kelas cukup menyenangkan karena cara mengajar Prof Broudy yang asik. Dia sangat yakin teman-temannya sebagian adalah wanita-wanita yang sudah menikah dan memiliki anak, tapi kharisma dosen itu tidak terbantahkan.
Kecuali Phui. Wanita itu nampak serius menyimak pelajaran namun dengan tangan yang samar menutup mulutnya dia berbisik pada Bestari. "Ada yang ganjil dengan pria itu."
Bestari tidak menggubris. Dia merasa tidak ada yang aneh dari Archer Broudy. Kalau ada yang aneh sekarang adalah situasinya karena peringatan yang diberikan oleh keluarga besarnya di Indonesia. Mereka, keluarga Pananggalih dan Danurwendo, tidak akan begitu saja memberikan peringatan tanda bahaya kalau tidak benar-benar ada situasi yang penting. Di belahan bumi manapun seorang Agung Laksmono, Bestari berharap, pria itu tidak ada di daratan New York.
Lengang dengan beberapa kali melihat keluar melalui kaca jendela besar. Lalu riuh beberapa menit kemudian ketika kuis berlangsung.
"Setelah ini, kau ada acara?"
Bestari menoleh ke arah Phui sambil mengusap matanya. Dia menahan diri untuk tidak menguap. Kelas berakhir dan Bestari mengoreksi catatannya. Dia hanya mendongak ketika Prof Broudy mengucapkan selamat tinggal dan meninggalkan kelas. Satu setengah jam dengan kesuksesan menahan kantuk dan menyelesaikan catatannya dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO SANG ARUTALA
RomanceKepergiannya meninggalkan sepucuk surat untuk kakak perempuannya, menyisakan ratusan pertanyaan hingga bertahun-tahun kemudian. Ketiadaan kabar darinya hingga waktu yang lama, membuat semua orang berpikir, dia membutuhkan waktu untuk menata hidupnya...