BAGIAN 5. PENGAKUAN

958 281 32
                                    

👑 BAGIAN 5 👑

Selamat membaca teman-teman 🤍

*

"Mustahil."

"Kami tidak punya rumah yang bisa ditempati di sini. Kami punya banyak tentu saja. Tapi semua ada di pinggiran kota dan akan makan waktu untuk pergi ke kampusmu kalau kau tinggal di salah satunya."

Bestari menghembuskan napas pendek. Dia terang-terangan menatap Jade dengan tatapan seakan ingin menguliti pria itu. Mereka sekarang berdiri di depan sebuah meja dan Jade sedang menunjukkan map di ponselnya. Bestari berkali-kali merunduk menatap map yang terus bergulir. Properti Leandro memang banyak, tidak diragukan lagi, tapi semua nyaris berada di pinggiran kota. Apartemen itu yang terdekat.

"Sebenarnya kau bisa tinggal di Brooklyn."

"Itu kelihatan lebih baik. Benar-benar New York. Atau...bagaimana dengan kemungkinan..."

"...tingkat kejahatan di sini cukup tinggi. Senjata api legal, jangan lupa."

"Huuh..." Bestari mendesis pelan. "Semua ini karena ibu Wijiastuti Pananggalih yang membuat perjanjian tertulis agar putrinya yang sudah dewasa ini tidak berkeliaran sendiri di New York. Seharusnya aku menyewa apartemen bukan? Atau tinggal di asrama kampus? Ya kan?"

"Apa yang dilakukan oleh Ibu Pananggalih benar. Beliau lebih sadar betapa keras kehidupan di sini."

Bestari seketika melirik Jade yang menatapnya. Lirikan yang membuat Jade kembali menekuni ponselnya.

"Ini apartemen. Ada 6 kamar di sini dan kau bisa menggunakan salah satunya."

"Kau meremehkan aku?"

"Banyak sekali kasus kejahatan seksual menimpa wanita di sini, Mbak. Kau bisa melihatnya di televisi atau membacanya di koran. Aku tidak berbohong. Lagipula, Nyonya Pananggalih meminta aku secara khusus untuk membantumu. Aku tidak bisa gegabah menjalankan amanah."

"Aaah..." Bestari tanpa sadar menghentakkan kakinya karena jengkel. Lagi-lagi, ibunya yang terlalu khawatir melakukan hal yang berlebihan. Dia bisa membayangkan bagaimana ibunya berbicara dengan Jade dan meminta pria itu untuk membantunya. "Tentu ada dong satu unit di sini..."

Jade menggeleng cepat. "...tidak ada. Semua sudah sold out atau sedang disewa. Aku tidak mungkin melakukan pengusiran hanya karena kau berada di sini dan butuh tempat tinggal."

Bahu Bestari luruh dan dia melepaskan mantelnya. Dia menarik napas panjang dan menyadari bahwa percuma saja mendebat Jade Paisley Leandro untuk hal itu. Pria itu jelas lebih tahu tentang kota itu. Dan satu hal yang pasti, Jade akan melapor pada ibunya kalau dia macam-macam.

"Kamarmu di sebelah mana?"

Jade menunjuk lantai atas dan Bestari mengangguk. "Okay. Aku izin memakai kamar yang itu." Bestari menunjuk pintu di mana kopernya teronggok.

"View di atas lebih bagus."

"Apa maksudnya?"

"Tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya bilang bahwa pemandangan dari kamar atas lebih bagus. Apa yang kau pikirkan?"

"Tidak ada. Terima kasih dan izinkan aku istirahat."

"Tentu."

CEO SANG ARUTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang