Selamat membaca teman-teman 🤍
*
“Jangan tertawa.“
Jade dengan tinggi badannya yang membuat Bestari nampak pendek, terseok mengikuti langkah tergesa wanita itu sambil terus tertawa melihat kepanikan di wajahnya. Dengan penuh perjuangan, Bestari menyeret Jade meninggalkan depan pintu kamar orang tuanya menuju ke ruang keluarga.
Jade terhempas ke sofa. Dia berhenti tertawa ketika melihat wajah Bestari yang nampak serius.
“Jangan bercanda masalah penting seperti ini Jade. Ya Allah.“
“Aku tidak bercanda. Bahkan niat melakukannya saja aku tidak punya. Lagipula, siapa yang berani bercanda dengan Raden Mas Arianto Pananggalih? Huum?“
“Bukan berarti ya.“ Bestari memukul dada Jade dengan punggung tangannya. “Ada apa sih dengan kalian? Huuh? Dengarkan aku Jade. Bapak tidak sungguh-sungguh dengan perkataannya.“
“Tidak terdengar seperti itu. Bapak tidak akan berkata seperti itu tanpa alasan.“
“Dan kau setuju?”
Pembicaraan itu mbulet tidak karuan karena Bestari yang syok setelah mendengar perkataan bapaknya tadi.
“Sudah kubilang, aku akan memintamu pada bapak. Walaupun bapak tidak bilang apa-apa.“
Bestari menoleh menatap Jade. “Kalian benar-benar ya...itu sana saja dengan pernikahan. Pernikahan bukan hal yang bisa dipermainkan Jade.“
“Aku tahu itu.“
“Duduk yang benar.“
Bestari mengangkat kaki Jade yang menumpu satu sama lain. Pria yang nampak santai dan tidak terpengaruh, membuatnya gelisah. Bagaimana dia bisa setenang itu? Sekarang, Jade justru menyadarkan tubuhnya ke sandaran sofa dan itu nampak lebih santai dari gesture tubuhnya tadi.
Bestari menarik napas pendek-pendek dan menghembuskannya pelan.
“Pernikahan itu bukan hal main-main. Kau tahu jaman sekarang banyak sekali orang yang tidak mau menikah karena berpikir bahwa pernikahan semengerikan itu.“
“Dan aku tidak termasuk dalam kumpulan itu. Orang-orang yang berpikir bahwa pernikahan itu mengerikan.“
Bestari mendongak. Dia kembali menarik napas. “Kau boleh bilang aku kuno, tapi pernikahan itu harus dilandasi cinta, Jade.“
“Jadi tolong cintai aku, Bestari.“
Bestari yang menyibak rambutnya, tertegun menatap Jade. Tangannya tertahan di kepala dan dia menggeleng pelan.
“Kamu tidak ada romantis-romantisnya.“
“Bahasa cintaku bukan seperti itu. Kau merasakannya tapi tidak menyadarinya.“
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO SANG ARUTALA
RomanceKepergiannya meninggalkan sepucuk surat untuk kakak perempuannya, menyisakan ratusan pertanyaan hingga bertahun-tahun kemudian. Ketiadaan kabar darinya hingga waktu yang lama, membuat semua orang berpikir, dia membutuhkan waktu untuk menata hidupnya...